Mohon tunggu...
Dhiyaul qalbimahfuzhah
Dhiyaul qalbimahfuzhah Mohon Tunggu... Aktor - mahasiswa

Netflix

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Self-Efficacy dalam Keberhasilan Perkuliahan

21 Juni 2023   18:35 Diperbarui: 21 Juni 2023   18:41 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam menyelesaikan perkuliahan, mahasiswa sering dihadapkan kepada beberapa kesulitan dalam menyelesaikan tugas tugas perkuliahan. Kesulitan kesulitan ini akhirnya menimbulkan kecemasan. Kecemasan ini mengakibatkan tekanan termasuk stres karena masalah akademik. Kecemasan mahasiswa muncul dari perasaan terancam di tengah ketidakpastian. Kecemasan pada mahasiswa terjadi karena adanya ketimpangan antara apa yang diinginkan siswa dengan apa yang terjadi pada mahasiswa terkait masalah akademik. Kecemasan adalah kondisi risau atau khawatir, mengeluh bahwa sesuatu yang tidak diinginkan mungkin akan terjadi. Banyak hal yang bisa menyebabkan kecemasan, misalnya kesehatan, hubungan sosial, ujian, tugas, dan kondisi lingkungan adalah hal-hal yang perlu dikhawatirkan.

Kecemasan bisa disebabkan oleh beban akademik yang dihadapi mahasiswa, seperti tugas dan ujian, presentasi, ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS), hal itu   karena banyak mahasiswa yang khawatir jika mendapat nilai di bawah standar. Mahasiswa memiliki kondisi mental yang berbeda ketika mereka menghadapi sesuatu, yang disebabkan oleh perbedaan dinamika psikologis dalam diri mahasiswa. Mahasiswa dengan kondisi psikologis yang baik cenderung menghadapi berbagai masalah tanpa rasa cemas atau takut. Sebaliknya mahasiswa dengan motivasi psikologis yang kurang baik akan merasa cemas atau takut saat menghadapi ujian. 

Ketika seorang mahasiswa merasa cemas saat menghadapi ujian, hal itu dapat mengganggu proses belajar mahasiswa dan mempengaruhi nilai. Kecemasan yang dihadapi mahasiswa dalam menghadapi ujian dapat mempengaruhi kinerja otak mahasiswa dalam belajar. Dampak kecemasan dapat mempengaruhi daya ingat, minat, keterampilan kritis dan produktivitas mahasiswa dalam belajar. Rasa cemas juga akan mengganggu suasana hati, mengganggu tidur, mengurangi nafsu makan, dan menurunkan kesehatan tubuh, maka bisa jadi itulah penyebab mahasiswa gagal ujian dan mendapat nilai IPK rendah. Oleh karena itu perlu adanya efikasi diri (self efficacy)

Self-efficacy adalah kepercayaan diri seseorang bahwa ia mampu menyelesaikan pekerjaan yang diberikan dengan baik. Self-efficacy memiliki kemampuan untuk evaluasi diri dan menganggap bahwa mereka memiliki kemampuan untuk melakukan apa yang diharapkan. Tingginya rasa percaya diri yang dihargai akan mendorong orang untuk berpikir lebih terarah, khususnya jika tujuan yang ingin dicapai adalah tujuan yang dapat dilihat (Azwar, 1996). 

Di sisi lain, arti dari kata effikasi adalah kepercayaan diri dari seseorang tentang kapasitasnya untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Arti dari statement tersebut adalah bahwa jika individu percaya bahwa dia dapat menyelesaikan suatu tugas tertentu, maka besar kemungkinan dia memang dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Dengan demikian, ada efek psikologis yang dimiliki oleh mahasiswa yang awalnya merasa tidak percaya diri tentang kapasitasnya, akhirnya ia mampu melakukan perintah tanpa merasa takut atau khawatir berlebihan.

Penelitian membuktikan bahwa self-efficacy adalah salah satu faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan kesuksesan belajar seseorang. Peningkatan self-efficacy merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan dalam menghadapi tuntutan hidup. Self-efficacy membuat mahasiswa tidak mudah menyerah sampai hasil yang diinginkan tercapai. 

Mahasiswa dengan self-efficacy bertahan dalam menghadapi kendala atau tantangan yang diberikan. Oleh karena itu, setiap mahasiswa dituntut untuk memiliki rasa self-efficacy sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan. Self-efficacy berperan dalam mendorong keberhasilan akademik atau masa depan setiap mahasiswa. Untuk terwujudnya hasil akhir yang memuaskan orang tidak cukup hanya memikirkan potensi yang dimiliki, tanpa adanya self-efficacy yang memadai potensi yang dimiliki tidak akan dapat teraktualisasi dengan optimal. Potensi yang dimiliki seseorang akan terpendam selamanya tanpa adanya self efficacy yang tinggi.

Menurut Bandura dalam sechutack (2008:272) self efficacy dipengaruhi oleh  empat macam pengalaman, yaitu : 1) pengalaman tentang keberhasilan sebelumnya dalam melakukan tugas tertentu secara kompeten. 2) pengalaman sosial dalam arti  melihat orang lain di masyarakat berhasil mengerjakan suatu tugas tertentu. Hal ini  meningkatkan persepsi bahwa tugas tersebut dapat dikerjakan. 3) persuasi  sosial atau dorongan dari orang lain  yang menyemangati dengan mengatakan bahwa kita mampu mengerjakan tugas tersebut. 4) kondisi emosi yang mempengaruhi persepsi individu tentang kemampuan untuk mencapai tujuan.

Bandura dalam Feist, (2011:136) menyatakan bahwa proses psikologis efikasi diri dalam mempengaruhi manusia  dapat dilakukan dengan proses berikut ini : 1) Proses kognitif, artinya fungsi kognitif memungkinkan seseorang memprediksi kejadian  dan akibat di masa depan. 2) Proses motivasi, artinya seseorang  berusaha memotivasi dirinya dengan yakin pada tindakan yang akan dilakukan, merencanakan tindakan yang akan direalisasikan. 3) Proses afeksi,  ditujukan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola-pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan. 4) Proses seleksi, berkaitan dengan kemampuan seseorang  menyeleksi tingkah laku yang tepat dalam mencapai tujuan.

Dari teori di atas dapat dijabarkan bahwa urgensi self efficacy dalam menunjang keberhasilan mahasiswa dalam perkuliahan di antara dapat dilihat dari beberapa proses. 

1) proses kognitif. Efikasi mempengaruhi kemampuan kognitif dalam menetapkan tujuan perkuliahan, lalu memprediksi tindakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan perkuliahan dimaksud. Lalu menetapkan segala sesuatu yang perlu dilakukan untuk mendukung kesuksesan perkuliahan. Dalam teori belajar  kognitif  dinyatakan bahwa belajar mencakup beberapa proses yaitu  proses analisis, mengolah informasi, prediksi dan problem solving. Aktivitas kognitif ini sangat meungkinkan mahasiswa untuk selalu berpikir dalam memecahkan masalah. Apa pun bentuk masalah yanag dihadapi dalam penyelesaian perkuliahan dapat dianalisis dengan seksama, menemukan informasi yang dibutuhkan, memprediksi aneka kemungkinan  dalam memecahkan masalah dan menentukan jawaban ayau solusi terbaik untuk penyelesaiannya.  Dengan demikian, efikasi diri akan mendorong kognitif mahasiswa berproses lebih efektif dan sehingga dapat diprediksi tidak ada masalah perkuliahan yang tidak dapat diselesaikan dengan baik. 

2) Proses motivasi. Self efficacy Memungkinkankan mahasiswa meningkatkan dorongan (motivasi) baik internal maupun eksternal. Motivasi internal terkait dengan kebutuhan mahasiswa untuk mengetahui beragam informasi terkait bidang yang sedang ditekuninya termasuk kebutuhan untuk  mengaktualisasii diri. 

3) Proses afeksi. Aspek afeksi dalam psikologi terkait dengan perasaaan, emosi. Perasaan dan emosi yang dialami seseorang dapat bervariasi tergantung pada situasi dan pengalaman hidup mereka, namun perasaan afektif yang umum seperti senang, sedih, marah, dan takut dapat dialami oleh banyak orang termasuk mahasiswa. Aspek afektif sangat penting dalam kehidupan mahasiswa karena berperan dalam pengambilan keputusan, interaksi sosial, dan kesejahteraan psikologis seseorang. Pengembangan aspek afektif yang sehat dapat membantu seseorang menjadi lebih baik dalam mengelola emosi, membangun hubungan yang sehat, dan meraih kesuksesan dalam kehidupan. Dengan demikian mahasiswa yang memikiki effikasi yang tinggi tentu cenderung dapat mengatasi  hal terkait emosional dan hibungan baik dengan banyak orang yang mana hal ini potensial utnuk membanyu keberhasilannya dalam perkuliahan. 4) proses seleksi, terkait tingkah laku mahasiswa dalam menentukan tinfakan apa yang haru s dilakukan untuk keberhasilan perkuliahan dan tindakan mana yang harus dijauhi dan dihindari. Kesadaran tentang hal ini akan mendukung keberhasilan mahasiswa dalam memilih tindakan yang diperlukan menyelesaikan studinya di perguruan tinggi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy mempengaruhi proses kognitif, motivasi, afeksi dan fumgsi seleksi dalam diri mahasiswa. Keempat faktor ini sangat mempengaruhi pikiran, perasan dan tindakan mahasiswa dan mengarahkan prilakunya . Memiliki self-efficacy sangat membantu mahasiswa dalam  menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Maka perlu didukung semua upaya untuk meningkatkan tingkat efficacy mahasiswa di perguruan tinggi.

 

Referensi :

Bandura, Albert. (1997). Self-Efficacy The Exercise of Control. United States of America: W.H Freeman and Company.

Feist. 2011. Theories Of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Schunk, D. & Frank Pajares. 2005. Development of Academic Self-Efficacy. San Diego: Academic Press.

Florina, Sri. "Efikasi diri dalam proses pembelajaran." Jurnal ReviewPendidikan dan Pengajaran vol.2, No.2 (2019): 389-391

Roni Setiawan. 2022. Memahami teori belajar Kognitif, tersedia  ada laman https://www.dicoding.com/blog/memahami-teori-belajar-kognitif/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun