Mohon tunggu...
Dhiyaul Furqon
Dhiyaul Furqon Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menguatkan Peran Keluarga bagi Pendidikan Anak

29 April 2018   14:24 Diperbarui: 29 April 2018   14:28 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhir-akhir ini kita disugukan oleh banyaknya korban akibat menenggak miras oplosan, rentang kurun waktu bulan april ini sudah 141 korban meninggal di wilayah Jawa Barat, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto menuturkan; "Untuk jumlah penjual miras oplosan yang sudah ditangkap saya masih dapat kabar terbarunya, namun untuk korban jiwa sudah mencapai 141 orang," tutur Setyo Wasisto di Hotel 88, Mamprang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (24/4/2018).dan masih banyak lagi kasus- kasus serupa diseluruh wilayah Indonesia.

Kasus miras oplosan yang akhir akhir ini menjangkiti masyarakat kita merupakan tanggung jawab bersama sebagai warga masyarakat, terlebih banyak anak-anak dibawah umur yang menjadi korban, hal ini tidak lepas dari sistem pendidikan yang diajarkan terutama keluarga. Pendidikan yang diajarkan dilingkungan keluarga , sekolah dan masyarakat akan mempengaruhi cara berpikir anak. Kasus anak yang mengkomsumsi miras biasanya didorong kegagalan keluarga dalam mendidik anak.

Suatu kenyataan yang ironi sekarang ini adalah semakin kurangnya perhatian orangtua terhadap keluarga dalam pendidikan dan pembinaan kualitas anak, banyak sekali kita hanya mengandalkan sekolah dan lembaga lain diluar keluarga yang kita percayai untuk membina kualitas anak, Padahal kenyataan yang banyak kita hadapi memberikan bukti bahwa pada umumnya manusia-manusia yang berkualitas berasal dari lingkungan keluarga yang memberikan pendidikan dengan baik.

Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi seseorang, dan orang tua sebagai kuncinya. Pendidikan dalam keluarga terutama berperan dalam pengembangan watak, kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan dan moral, serta keterampilan sederhana. 

Pendidikan dalam konteks ini mempunyai arti pembudayaan, yaitu proses sosialisasi dan inkulturasi secara berkelanjutan dengan tujuan untuk mengantar anak agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak luhur, tangguh, mandiri, kreatif, inovatif, beretos kerja, setia kawan dan lain sebagainya

Muhammad tholhah hasan pada tahun 1990 pernah melakukan penelitian tentang  "Menurunnya peran keluarga sebagai pranata pendidikan". Ada tiga pertanyaan kunci yang diajukan kepada responden tentang sebab menurunnya peran keluarga sebagai pranata pendidikan tersebut, yaitu:

1. Apakah karena kurangnya kemauan dari pihak orangtua?

2. Apakah karena kurangnya kemampuan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anaknya?

3. Apakah karena kurangnya kesempatan (waktu) untuk memberikan pendidikan kepada anak-anaknya di tengah-tengah kehidupan keluarga?

Ternyata jawaban terbanyak mengemukakan karena "tidak mempunyai kesempatan/ waktu" untuk mendidik anak-anaknya di rumah. Tetapi apapun alasannya, pada kenyataanya berakibat sama, yakni mundurnya peran keluarga dalam memberikan pendidikan langsung kepada anak-anaknya dan keluarga sebagai pranata pendidikan mengalami disfungsi (tidak dapat berperan).

Pada saat ini teknologi tak terlepas dari aktivitas anak setiap harinya sehingga dapat mempengaruhi perilaku anak kearah negatif , terlebih lagi pengaruh teman sebaya , lingkungan masyarakat,  serta penyakit masyarakat lainnya seperti peredaran miras oplosan sehingga mudah ditemukan, membuat peran orangtua harus lebih ekstra dalam memberikan pendidikan kepada anak agar terciptanya keluarga yang sejahtera dan masyarakat yang madani, yang mampu melahirkan generasi-generasi Islam yang berilmu dan beriman serta berakhlak mulia.

Oleh karena itu orang tua dalam mendidik anak dilingkungan keluarga bisa memanfaatkan beberapa metode yang sudah ada,.Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam terdapat 8 metode pendidikan anak dalam keluarga

1. Metode Keteladanan

Perilaku memiliki kekuatan 2x lebih besar daripada kata-kata. Jadi, sangat penting bagi orangtua untuk menampilkan perilaku positif baik di rumah maupun di luar rumah.Karena membiasakan perilaku positif untuk diri sendiri sama dengan memberikan pendidikan kebaikan pada anak.

2. Metode Pembiasaan

Agar pendidikan yang diterima anak tertanam secara otomatis, maka kita perlu menjadikannya sebagai kebiasaan. Cara paling mudah untuk menjadikan perilaku sebagai kebiasaan adalah dengan melakukannya secara teratur.

3. Metode Nasihat

Anak-anak kita bukannya tidak suka dengan nasihat. Orangtua saja yang belum tahu cara tepat untuk memberikan nasihat.

4. Metode Latihan dan Praktik

Kebiasaan baik yang kita ajarkan tidak bisa membuat anak berubah dalam sekali waktu.kita harus bersabar dan konsisten dalam mencontohkan kebaikan.Jadi, metode yang paling tepat untuk ini adalah terus melatih anak untuk praktik.

5. Metode Perintah dan Larangan

Orangtua harus menetapkan aturan yang jelas untuk anaknya.kita harus memberitahu anak, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak bisa dilakukan.Supaya aturan ini berhasil ditaati, kita harus melibatkan anak dalam membuat aturan.

6. Metode Penghargaan dan Hukuman

Saat aturan sudah ditetapkan melalui diskusi dengan anak, selanjutnya adalah waktu bagi mereka untuk berlatih mentaatinya.Anak memang tidak bisa berubah dalam sekali waktu.Namun, bukan berarti kita bisa meloloskan mereka saat melakukan kesalahan.Inilah fungsi dari metode penghargaan dan hukuman.Dukung, kuatkan dan puji anak saat ia berhasil mentaati aturan keluarga.Berikan hukuman untuk membuat anak jera dan menyadari kesalahannya.

7. Metode Mendongeng                                                                                                  

Anak-anak paling suka dibacakan dongeng atau mendengarkan kisah. Anda bisa manfaatkan metode mendongeng untuk menanamkan prinsip kebaikan pada anak.

8. Metode Mengambil Hikmah dari Suatu Kondisi

Setiap kesalahan yang anak lakukan, itu adalah pembelajaran nyata bagi mereka.Tanpa adanya kesalahan, justru anak tidak akan mengenal mana hal yang benar.

Pendidikan keluarga merupakan cikal bakal pendidikan anak pada hakikatnya, sehingga pendidikan dalam lingkunga keluarga harus diperhatikan oleh para orangtua supaya anak tidak mudah terjerumus untuk melaksanakan hal--hal yang melanggar norma agama maupun norma sosial. Hal ini bisa meminimalisir kasus miras yang meresahkan akhir akhir ini.

By Line : Dhiya'ul Furqon Mahasiswa Unisnu 6 PAI A.8 Fakultas Tabiyah dan Ilmu Keguruan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun