Mohon tunggu...
Dhiya Turfa
Dhiya Turfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa sastra Indonesia, Universitas Pamulang

Membaca novel dan menonton film action, fiksi

Selanjutnya

Tutup

Book

Alur Cerita Pertempuran 2 Pemanah Arjuna-Karna

15 Desember 2023   23:32 Diperbarui: 15 Desember 2023   23:50 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

ALUR NOVEL PERTEMPURAN 2 PEMANAH ARJUNA-KARNA KARYA PITOYO AMRIH

Novel Pertempuran 2 Pemanah Arjuna-Karna karya Pitoyo Amrih ini merupakan novel wayang yang berhasil menjadi novel best seller nasional pada tahun 2010. Novel ini berbahasa indonesia yang terdiri dari 426 halaman yang diterbitkan oleh DIVA Press Yogyakarta pada tahun 2010. Novel ini ditulis oleh Pitoyo Amrih yang lahir di semarang, 13 Mei 1970, meskipun memiliki latar belakang pendidikan sarjana teknik mesin dari Institut Teknologi Bandung namun ketertarikannya dalam membaca yang tinggi membuat Pitoyo Amrih untuk menuangkan pikiran dan ide-idenya dalam bentuk tulisan, yang akhirnya pada tahun 1997 Pitoyo Amrih membuat banyak artikel dengan mengangkat tema pemberdayaan diri khususnya dalam lingkup diri dan keluarga. Dan pada tahun 2006 Pitoyo Amrih mulai membuat karya tulisnya berupa buku yang mengangkat falsafah dan kearifan lokal budaya Jawa yaitu kisah dunia pewayangan.

Ada enam judul novel bertema wayang yang ditulisnya, salah satunya novel Pertempuran 2 Pemanah Arjuna-Karna yang mengangkat kisah bagaimana konflik itu berawal dan terus-menerus terjadi yang menjadikan percikan demi percikan antar saudara Pandawa dan Kurawa, bagaimana akhirnya tahta Hastinapura hanya akan jatuh pada satu pihak yang menang dalam perang, hingga bagaimana akhirnya peperangan besar Bharatayudha yaitu perang antar saudara itu harus terjadi. Apa yang sebenarnya terjadi hingga perang adalah keputusan terakhir dan satu-satunya jalan bagi Pandawa dan Kurawa?

Semuanya bermula pada suatu hari, lahirlah anak laki-laki dari seorang putri Raja Mandura Prabu Basukunti yang bernama Dewi Kunti. Sebenarnya anak itu hasil hubungan terlarang antara manusia dengan dewa. Dewi Kunti yang seharusnya 'bersih' karena sebenarnya sayembara Kunti akan segera diselenggarakan, untuk itu sang ayah mengutus Resi Druwasa untuk membantu Dewi Kunti. 

Atas kesaktiannya maka anak tersebut lahir dari telinga kiri Dewi Kunti, anak yang bernama Karna kelak memiliki sifat yang keras, angkuh dan sulit bergaul terpaksa harus dihanyutkan ke sungai dengan sebuah peti, bersama pusaka berupa anting-anting dan baju perak yang diberikan sang ayah Batara Surya yang diam-diam memakaikannya. 

Hingga akhirnya Karna ditemukan oleh seorang kusir istana bernama Kusir Adirata, yang memutuskan untuk mengasuh Karna bersama istrinya Nyai Radha dengan sepenuh hati sampai karna tumbuh dan beranjak dewasa. Berbagai macam pertanyaan dibenak Karna tentang kemampuan memanahnya yang luar biasa tanpa ajaran dari seorang guru. Bagaimana bisa ia hanya anak dari seorang kusir kerajaan, kemampuannya bahkan tak seperti masyarakat biasa.

Sebuah Sayembara Kunti diselenggarakan untuk mencari siapakah yang pantas meminang Dewi Kunti yang cantiknya tak tertandingi. Hingga tak sengaja sebuah kecelakaan yang terjadi melibatkan seorang raja yang saat itu menonton keberlangsungan pertandingan yaitu raja Hastinapura bernama Prabu Pandu Dewanata yang akhirnya pantas untuk bersanding dengan Dewi Kunti. Dari sayembara itupun Prabu Pandu meminang Dewi Madrim anak dari raja Mandraka. Atas pernikahan itu Dewi Kunti dan Prabu pandu mempunyai anak bernama Samiaji, Bima, dan Arjuna. Dewi Madrim yang mempunyai keturunan dengan Prabu pandu yang bernama Nakula dan Sadewa yang nantinya lima anak tersebut mempunyai julukan Pandawa.

Seorang anak yang membuat siapa saja melihatnya akan takjub karena ketampananya tak tertandingi, kemampuan memanahnya luar biasa anak itu adalah Permadi yang akan kita kenal dengan nama Arjuna, sosoknya banyak digemari dan dipuja dalam dunia pewayangan, bagaimana tidak sifatnya yang baik pada siapa saja, gagah dan berani. Namun seringkali ketampanannya menjadi kelemahan bagi Arjuna, saat Arjuna berguru di banyak tempat untuk lebih melatih kemampuannya, tak jarang banyak wanita memintanya untuk dipinang, sifatnya yang tak bisa menolak membuat akhirnya Arjuna mempunyai 15 istri, istri pertamanya adalah Sumbadra anak dari Basudewa yaitu saudara kandung Dewi Kunti.

Suatu ketika saat berita bahwa Prabu Pandu dan istrinya Dewi Mandrim dicabut nyawanya akibat kecerobohan saat memburu yang salah sasaran di hutan Bajubarat, hal itu merupakan sebuah hukuman dari bangsa Dewa. Sang kaka yaitu Bhisma yang seharusnya paling berhak atas Hastinapura memutuskan untuk memanggil kakanya yang buta dan mengasingkan diri di Gajahoya yaitu Raden Destarata bersama seratus anaknya untuk sementara waktu mempimpin negeri Hastinapura didampingi oleh Bhisma, sampai Samiaji cukup dewasa untuk memerintah kerajaan Hastinapura. Para Pandawa dan Kurawa dilatih bersama oleh seorang resi kepercayaan Hastinapura yaitu Resi Durna.

Pada saat yang lain, tekadnya yang membara membuat Karna pergi dan menjadi ksatria di kerajaan Hastinapura, walau seringkali kemampuannya diremehkan karna statusnya hanya anak dari seorang kusir, namun semangatnya dan pantang menyerah walau tak ada yang mau menjadi guru Karna, ia mengambil kesempatan diam-diam melihat dan mendengar apa yang diajarkan Resi Durna pada Pandawa dan Kurawa, hingga seorang Resi Rama Bargawa menemukan Karna yang sedang berlatih di hutan menyadari bahwa Karna bukanlah anak dari orang yang sembarangan melaikan Dewa. 

Akhirnya Karna dibekali pusaka sakti panah Wijayacapa, keris Kalatida dan Kyai Jalak yang nantinya pusaka tersebut akan sangat membantu Karna. Kemampuan Karna yang mampu mencuri perhatian anak Destarata, sulung Kurawa yaitu Duryudana yang perlahan-lahan mulai semakin dekat dan percaya penuh pada Karna, hingga Karna memimpin sebuah kerajaan bernama Awangga dan menjadi penentu dalam perang Bharatayudha melawan Arjuna.

Semenjak Kurawa ikut tinggal di Hastinapura, banyak sekali kerusuhan yang terjadi, mereka merusak beberapa tempat di kerajaan termasuk membuat keributan yang berawal dari sebuah pesta malam, Sengkuni anak dari raja Plasajenar yang selalu berhasil menghasut Duryudana dan Samiaji untuk melakukan sebuah permainan dadu dan menjebak Samiaji yang kalah harus meninggalkan kerajaan Hastinapura selama-lamanya. Tentu tak hanya Samiaji saudara-saudaranya bersama istri Samiaji yaitu Drupadi ikut tinggal di hutan Bajubarat yang terkenal angker banyak ditinggali makhluk tak kasat mata dan para raksasa ganas. Tak disangka dari tinggal dihutan tersebut, karena sebuah kecelakaan Samiaji memimpin sebuah kerajaan yang awalnya tak kasat mata, kerajaan tersebut diberikan oleh raja dari bangsa jin yaitu Prabu Yudhistira yang sepenuhnya memberikan kerajaanya untuk dipimpin Samiaji yang berganti nama menjadi Prabu Yudhistira untuk menghormatinya.

Megahnya kerajaan Amarta terdengar oleh banyak kerajaan termasuk Hastinapura. Sulung kurawa memanggil Yudhistira untuk menghadiri pesta di kerajaan Hastinapura, kedatangan Yudhistira bermaksud untuk membicarakan haknya akan tahta Hastinapura berakhir pada bencana. Drupadi yang dilecehkan didepannya oleh Dursasana adik Duryudana hingga para Pandawa yang harus mengasingkan diri selama 13 warsa tanpa ketahuan para Kurawa, jika sampai Kurawa mengetahui keberadaannya maka 13 warsa itu akan diulang hingga para Pandawa benar-benar berhasil. 13 warsa berhasil dilalui oleh Pandawa, namun banyak kekacauan yang melibatkan banyak kerajaan yang dilakukan oleh Kurawa karena mendengar keberadaan Pandawa.

Tak tinggal diam, atas banyak pertimbangan untuk mengakhiri pertarungan ini benar-benar harus diakhiri dengan perang antara Kurawa dan Pandawa. Bermaksud untuk menghalangi terjadinya perang yang mengharuskan Karna memihak Kurawa meskipun sebenarnya dia adalah saudara kandung Pandawa, tak dipungkiri Duryudana telah baik padanya bahkan membuat Karna sekarang tak lagi dipandang sebelah mata dan menjadi orang terhormat, Dewi Kunti mengaku bahwa Karna adalah putra kandungnya tak membuat Karna mengalah untuk melawan saudara kandungnya sendiri. Meskipun benar hal itu sempat membuat Karna goyah pada detik-detik mulainya peperangan, namun istrinya yaitu Surtikanti yang selalu ada dan menjadi penenang kecemasan Karna, begitupun sebaliknya Karna juga dengan lembut menenangkan Surtikanti yang khawatir padanya saat mengetahui salah satu pusaka untuk melawan Arjuna telah hilang.

Perang Bharatayudha akhirnya terjadi, banyak kerajaan yang memihak pada Pandawa namun tak sedikit juga kerajaan yang memihak Kurawa. Selama 79 hari berperang 2 kereta yang ditunggangi Arjuna dan Karna bertemu. Karna yang melesatkan belasan panah pada Arjuna namun dalam waktu yang hampir bersamaan Arjuna membalas mengeluarkan gandewa emas dan melesatkannya pada Karna membuat panah yang diluncurkan keduanya bertubrukan di udara. Rintik hujan terasa tak membuat keduanya lengah, Arjuna melepas salah satu pusakanya dari sekian banyak panah yaitu Kiai Sarutama yang membuat Karna mengeluarkan Keris Katilada. Hingga sore hari Karna mengambil panah Wijayacapa bersamaan dengan Arjuna yang meluncurkan Pasopati dan Harudadali, meski kalah cepat dengan Wijayacapa yang berhasil menggores leher Arjuna, namun Pasopati juga berhasil meluncur cepat mengenai dada Karna.

Karna hanya tampak berdiri dengan sorot mata tajam dan kaku terdiam, dan berkata untuk Arjuna turun dari keretanya. Arjuna yang juga terheran melihat kedua anting di telinga karna berubah wujud menjadi sepasang ular berkepala naga yang menyerang Arjuna, namun dengan lihai Arjuna menghunusnya dengan Keris Pulanggeni yang membuat kepala naga itu putus. Dan sebenarnya Karna sejak tadi telah benar-benar mati. Jasadnya Karna dibersihkan pada malam hari, Surtikanti melihat suaminya meraung menangis. Pada saat yang sama Arjuna demam tunggi akibat racun panah Wijayacapa yang menggores lehernya.

Banyak nilai moral yang terkandung dalam novel ini, bagaimana tokoh Samiaji yang mengajarkan bahwa sesuatu yang kita alami dianggap buruk jika dihadapi dengan sabar dan ikhlas akan mendatangkan sesuatu yang luar biasa diluar dugaan kita. Bagaimana tokoh Karna yang berjuang tanpa henti walau nasibnya yang kurang beruntung dan selalu dianggap sebelah mata akhirnya membuahkan hasil karna kesungguhannya dan pantang menyerah. Bagaimana tokoh Arjuna meskipun lahir dalam keluarga terpandang ia tetap mencari ilmu ke berbagai tempat dan selalu rendah hati. Dan masih banyak lagi tokoh yang menjadi inspirasi untuk kehidupan manusia pada saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun