Hanya aroma khas nya yang menerobos ke hidung. Kepulan asapnya pun tak lagi terlihat. Nampaknya ia tengah tenang menunggu untuk kuminum.
Terus saja kutelan deretan diksi sebuah buku yg kupegang sedari tadi. Melahap tiap kalimat yang terpahat. Buku berhalaman 312 hampir selesai kubaca.
Ketika kututup sampulnya, kulihat kopi tampak kesal. Ia cemburu buku lebih kupedulikan.
Aku hanya tersenyum...simpul....
Seolah secangkir kopi menyeretku pada masa lalu.
Ketika Sutradara menghentikan dialog kita, maka berakhirlah semuanya.
Sebuah malam ketika kau gengam secangkir kopi hitam, dan sebuah buku yang tengah kubaca. Tanpa sebuah tanda, kita dipisahkan dalam dunia yang berbeda.
Aneh...kau tau aku tak menyukai kopi, namun kini aku meramunya setiap hari.
^~^~^~^~
Aku berdiri ...
Kuletakkan buku di sebelah secangkir kopi yang masih utuh. Beberapa semut melambaikan tangan....nampaknya mereka tengah asyik berenang.
Begitulah caraku mengenangmu....
...............Kopi............
This is just a mini story by keinu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H