Mohon tunggu...
Dhiya Fauzia Fahrudini
Dhiya Fauzia Fahrudini Mohon Tunggu... Penulis - We are what we think!

Perbaiki diri dan lakukan yang terbaik! Mari belajar dan bertumbuh bersama!

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Jangan Kalah Ketika Futur Menghadang

19 Juni 2022   14:14 Diperbarui: 19 Juni 2022   14:25 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iman itu yazid wa yanqus. Adakalanya iman kita sedang di titik tertinggi, namun di waktu lain berada di titik terendah. Iman meningkat ketika dalam ketaatan dan menurun ketika dalam kemaksiatan. Tidak ada yang bisa menjamin iman kita tetap naik kecuali kita yang menjaganya. Iman adalah nikmat yang amat berharga bagi kita. Ketika iman sudah tertancap di dalam hati, rawatlah, siramilah iman itu dengan ilmu dan amal agar tetap terpatri di dalam diri.

Diantara kita pasti pernah merasakan, suatu waktu ibadah kita begitu giat dan bersemangat, namun di waktu lain kita dapati diri kita dalam kemalasan yang luar biasa. Bisa jadi ini adalah indikasi sedang menurunnya kualitas keimanan kita. Jika iman tidak dijaga, jangan salahkan Allah jika Allah mencabutnya, na'udzubillah. Ingatlah, setiap amal ada semangatnya, namun sepaket dengan futurnya.

Futur, melemahnya iman, sangatlah berpengaruh dalam kehidupan seorang Muslim. Bukan saja berdampak pada dirinya di masa itu, tetapi berdampak pula pada kehidupannya di masa yang akan datang. Jika futur ini tidak diatasi sesegera mungkin, ia akan menganggu tatanan iman kita esok hari dan menyisakan penyesalan yang mendalam kelak nanti. Futur menyebabkan kita tidak produktif dalam mengisi waktu yang Allah berikan. Lebih parahnya, futur meyebabkan kita jauh dari Allah, lalai akan perintah-Nya, bahkan sampai menjerumuskannya pada kemaksiatan. Setan tak akan pernah membiarkan kesempatan dibalik kefuturan kita untuk memalingkan kita dari Allah ta'ala.

Setiap orang pasti pernah mengalami masa kefuturan dalam hidupnya. Bahkan, sekelas Imam Syafi'i saja pernah mengalaminya. Itu terjadi ketika Imam Syafi'i mengadukan buruknya hafalan hingga menemukan jawabannya. Apa jawabannya? Maksiatlah yang menjadi hijab dengan ilmu. Ilmu itu cahaya. Ibarat jendela kaca yang begitu bening, ia akan mudah menerima pancaran dari sinar matahari. Ketika banyak noda yang menempel pada kaca jendela, apa yang akan terjadi? Tentu sinar matahari akan sulit menembus kaca yang kotor. Begitupun dengan hati kita. Hati yang bersihlah yang akan mampu menerima cahaya ilmu dari-Nya. Hati yang keruh disebabkan dosa-dosa kita yang luput kita taubati setiap harinya.

Maka, indikasi ketika futur sedang menghadang, dikatakan Ibnu Athaillah bahwa diantara tanda matinya hati adalah tidak adanya perasaan sedih atas kesempatan beramal yang engkau lewatkan dan tidak adanya penyesalan atas pelanggaran yang engkau lakukan. Jika kesempatan beramal yang Allah masih Allah berikan kepada kita dilewatkan tanpa penyesalan dan kemaksiatan yang kita lakukan tanpa rasa bersalah, periksa hati kita. Jangan-jangan kita sedang terserang virus futur yang siap menggerogoti kita.

Mengutip sebuah syair indah namun menggelora dari Sang Pejuang Dakwah, Imam Hasan Al-Banna,

Berjuanglah untuk kebaikan dan kebenaran, sepahit dan sesulit apapun.

Bersatulah dalam jamaah. Sebenci dan sekecewa apapun, karena berjamaah lebih baik daripada sendirian.

Bangkitlah ketika jatuh dan jangan menyerah.

Peganglah prinsip kita selama kita benar.

Bertausiyahlah setiap saat, agar saudaramu merasa memiliki dan dimiliki.

Jangan tinggalkan yang di belakangmu, tunggu dengan kesabaran dan keikhlasan.

Betapa indah apa yang digambarkan Imam Hasan Al-Banna. Begitulah jiwa seorang mujahid dan mujahidah Islam. Orang-orang yang kini telah dahulu berada di puncak kesuksesan, bukanlah yang tanpa hambatan dan kefuturan. Melainkan mereka yang tetap bangkit, bergerak, dan berjuang di tengah kefuturan.

"Ingatlah, setiap amal itu pasti ada masa semangat dan masa lemahnya. Barangsiapa yang pada masa lemahnya ia tetap dalam sunnah (petunjuk)-ku, maka ia telah beruntung. Namun, barangsiapa yang beralih kepada selain itu, berarti ia telah celaka." (HR. Ahmad)

Jangan larut dalam kefuturan. Jangan biarkan setan tertawa menyaksikan lemahnya keimanan kita. Anggaplah futur ini sebagai energi untuk melompat lebih jauh dalam ketaatan dan amal saleh.

Semangattt ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun