Asertivitas dalam berkomunikasi bukanlah sesuatu yang sudah ada sejak lahir, sehingga untuk membentuk dan membiasakan seseorang berperilaku asertif diperlukan pelatihan asertivitas yang bertahap dan sebaiknya dimulai sejak usia dini. Dan penerapan sikap asertif juga tidak lepas dari peran orang tua.
Dengan hadirnya orang tua dalam memberikan penerapan mengenai bagaimana bersikap asertif dalam komunikasi pada anak usia dini. Besar kemungkinan ketika anak-anak beralih menjadi remaja mereka akan lebih menghargai pendapat orang lain dan dapat menempatkan dirinya di dalam proses komunikasi.Â
Asertivitas dalam berkomunikasi bagi remaja bermanfaat untuk memudahkan bersosialisasi dalam  lingkungannya,  menghindari  konflik karena bersikap jujur dan terus terang, dan dapat  menyelesaikan  masalah  yang dihadapi  secara  efektif.
Sejak anak masih dini orang tua dapat melakukan beberapa hal, antara lainÂ
1. Orang tua menjadi pendengar aktif ketika anak berusaha mengutarakan perasaannya
2. Memberikan pengetahuan terhadap anak bahwa setiap orang mempunyai batasan baik itu secara emosional maupun perilaku sehingga anak akan menjadi individu yang bisa mengungkapkan pendapatnya tanpa melukai orang lain
3. Hindari sikap menahan anak dalam mengekspresikan perasaannya karena terkadang orang tua kerap menghukum anaknya yang berusaha untuk mengungkapkan perasaannya dengan mengeluarkan emosi negatifnya. Dalam hal ini orang tua harus menjadi "teman" bagi si anak dan mendengarkan sudut pandangnya
4. Memberikan anak kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya mengenai suatu hal. orang tua dalam hal ini berperan untuk memberikan nasihat dan pertimbangan kepada keputusan anaknya, bukan memaksa untuk menyetujui pendapat orang tua. Dengan memberikan kesempatan, anak ketika beralih ke masa remaja akan terbiasa memilih mana keputusan yang tepat untuknya dan bertanggung jawab atas hal tersebut
Referensi
https://klikpsikolog.com/hindari-kesalahpahaman-antara-orangtua-dan-anak-dengan-komunikasi-asertif/
https://core.ac.uk/download/pdf/327205463.pdf