Sederhana ceritanya, namun apa yang dapat kita petik dari ilustrasi tersebut? Seorang anak akan terus belajar semasa hidupnya, terutama anak yang masih di bawah umur, mereka belajar dengan orang-orang terdekat mereka. Dengan ilustrasi diatas, sang anak belajar untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan dengan merengek/meminta. Apabila keinginannya tidak dipenuhi, maka sang anakpun akan terus meminta hingga apa yang dia inginkan tercapai. Â Lantas bagaimanakah seharusnya?Â
Disinlah seharusnya kita bentuk mental anak sejak ia kecil, dalam ilustrasi diatas seharusnya apabila sang anak meminta sesuatu yang tidak baik, kita harus tegas untuk mengatakan tidak, tegas bukan berarti kita harus marah kepada anak tersebut. Kita ajari mereka untuk berpikir sejak dini, supaya keputusan apapun yang ia ambil selalu dipikirkan terlebih dahulu. Kita selaku orang tua atau yang lebih tua sebaiknya menjelaskan kepada anak tersebut mengapa petasan itu tidak baik dengan kata-kata yang mudah di mengerti  oleh sang anak.Â
Misal, katakan  pada anak bahwa petasan berbahaya apabila terkena tangan, berbahaya juga untuk orang lain dan dapat mengganggu ketenangan orang lain. Dengan kita menjelaskan  secara perlahan, sang anak pasti akan mengerti dan mulai berpikir apa yang seharusnya ia lakukan dan apa yang seharusnya ia hindari, Jangan jadikan anak-anak kita sebagai generasi yang lemah, generasi  yang hanya meminta tanpa adanya usaha. Jadikanlah anak atau generasi kita menjadi anak yang berkarakter, dimulai dengan pendidikan saat di rumah.
Selain pendidikan di rumah, pendidikan ke dua adalah pendidikan di sekolah. Sebagian besar waktu yang dimiliki anak tersita disekolah. Berangkat sejak matahari terbit dan pulang ketika matahari terbenam, mungkin ini berlaku untuk anak SMP atau SMA. Pendidikan di Indonesia sudah seharusnya mengedepankan pendidikan karakter, karena apabila karakter peserta didik telah terbentuk dengan baik, maka intelektualnya pun akan baik pula.Â
Pendidikan di Indonesia seharusnya tidak hanya berorientasi pada nilai atau hasil akhir, namun harus dilihat dari prosesnya dan menerapkan nilai-nilai yang sesuai dengan karakter kepribadian bangsa Indoensia, seperti ramah, berpikir kritis, dan dapat bekerjasama dengan baik dalam suatu kelompok. Disini mental seorang anak juga dibentuk, jangan jadikan mental anak Indonesia menjadi mental plagiarism, sehingga hal ini harus dididik sejak awal. Â
Diharapkan dengan penekanan revolusi mental melalui pendidikan, dapat mengarahkan pendidikan Indonesia menjadi lebih baik lagi dan menghasilkan generasi yang memiliki daya saing ditingkat internasional. Mari kita semua tanamkan dalam diri kita sendiri untuk memiliki mental yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, supaya bangsa ini dapat terus maju dan menjaga nama baik Indonesia di tingkat Internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H