Mohon tunggu...
Dhita Mutiara Nabella
Dhita Mutiara Nabella Mohon Tunggu... Konsultan - Program Officer Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia - Pendiri Komunitas Cerita Iklim

I am a dedicated sustainability professional with a Master’s degree in Environment and Sustainable Development from University College London and a background from the Faculty of Mathematics and Natural Sciences at the University of Indonesia. In my current role as Senior Consultant for Net Zero Sustainability Transition at Equatorise, an international advisory firm based in London, I collaborate with institutions and governments to support Indonesian corporates and family offices in exploring opportunities within the UK and EU markets. I also help UK and EU-based entities unlock value and thrive in Indonesia, a growing hub in the Indo-Pacific region. My previous experience includes founding Climate Stories (Cerita Iklim), a youth community focused on climate change awareness, and working at the Research Center for Climate Change at the University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Swasembada Energi dan Swasembada Pangan, Kunci Kemandirian Bangsa dalam Pidato Pertama Presiden Prabowo Subianto

20 Oktober 2024   12:15 Diperbarui: 20 Oktober 2024   16:45 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hilirisasi dan Nilai Tambah Ekonomi

Pidato Prabowo juga menyinggung pentingnya hilirisasi sebagai strategi untuk menambah nilai komoditas dan memperkuat ekonomi nasional. Dengan melakukan hilirisasi, Indonesia dapat mengolah sumber daya alam di dalam negeri dan meningkatkan nilai tambah sebelum diekspor. Sektor pertambangan dan pertanian menjadi fokus utama dalam kebijakan hilirisasi ini.

Namun, meski hilirisasi terdengar menjanjikan, pelaksanaannya memerlukan investasi besar dalam infrastruktur industri dan teknologi. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2022, sekitar 70% ekspor Indonesia masih berbasis bahan mentah atau setengah jadi, sementara produk dengan nilai tambah tinggi masih relatif kecil. Tantangan utama pemerintah adalah mendorong hilirisasi secara efektif sehingga bisa menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.

Menuju Kemandirian yang Berkelanjutan

Pidato pertama Prabowo Subianto menandai komitmen besar terhadap swasembada pangan dan energi sebagai landasan kemandirian bangsa. Namun, ambisi besar ini hanya bisa terwujud dengan perencanaan yang matang dan kebijakan yang tepat sasaran. Data dan teknologi harus menjadi pendorong utama dalam setiap langkah menuju kemandirian tersebut.

Indonesia memiliki potensi besar, baik dalam hal sumber daya alam maupun kapasitas manusia, untuk menjadi negara yang mandiri secara pangan dan energi. Namun, perjalanan menuju swasembada ini tidak akan mudah. Reformasi dalam sektor pertanian, energi, dan subsidi akan menjadi kunci keberhasilan, dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap ekonomi dan lingkungan. 

Jika dikelola dengan baik, swasembada pangan dan energi tidak hanya akan meningkatkan kemandirian bangsa, tetapi juga memastikan bahwa kesejahteraan dan keberlanjutan menjadi warisan bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun