Mohon tunggu...
Dhita Arinanda
Dhita Arinanda Mohon Tunggu... wiraswasta -

I find inspiration from hearing a song 'Time' by 'Chantal Kreviazuk'

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Memahami Perekonomian Indonesia dengan Membaca Aliran Uang

22 Maret 2014   12:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:38 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya ini dimulai dari kita berkerja untuk mencari uang, yang selanjutnya uang hasil kerja tersebut sudah pasti akan kita pakai berbelanja untuk memenuhi kebutuhan kita, dan diakhir apabila ada sisa uang tersebut pasti akan di tabung.

Uang tabungan kita tadi selanjutnya dibawa ke Bank, ya pada dasarnya jaman sekarang juga sudah jarang orang menyimpan uangnya di bawah bantal kan, mereka akan lebih condong membawa ke Bank untuk mendapatkan profit.

Nah sesampai di Bank, pasti anda akan segera ditawari investasi dalam bentuk tabungan, selanjutnya uang anda ini akan di investasikan juga oleh Bank sehingga memperoleh profit yang nantinya juga akan dipakai oleh Bank untuk membayar profit tabungan anda tadi, jadi disini kita dengan menabung bisa memperoleh tambahan penghasilan yag dapat diistilahkan uang bekerja untuk kita.

Dan selanjutnya uang tadi akan di pakai oleh orang lain lagi, dibayarkan orang, buat belanja lagi, Buat bayar tagihan ini itu, di share ke rek giro, transkasi bermacam-macam, dst

Nah aliran uang inilah yang nantinya membentuk PDB negara ini, yang selama ini kita ketahui bersama angkanya meningkat terus, yang bisa diartikan juga semakin tingginya tingkat konsumsi dalam negri.

Permasalahanya aliran uang dalam tingkat konsumsi ini kan harus diukur juga dengan tingkat produksi dalam negri, Karena apa ? ya karena jika kita impor dari luar negri untuk barang yang dikonsumsi, bisa diartikan Dollar pergi dari Indonesia, nah kalau impor Indonesia lebih besar dari produksinya bukankah itu berarti kita minus cadangan devisa.

Terus apa hubunganya dengan rupiah ? ya kalau impor lebih tinggi kan bisa dikatakan permintaan akan Dollar jadi tinggi juga yang membuat harga Dollar menguat, sementara rupiah jadi melimpah dan menjadi lemah.

Oiya, didalam PDB tadi aliran uang juga belum tentu dihasilkan oleh orang Indonesia loh, bisa jadi juga dari Orang Luar Negri yang ada keperluan di Indonesia, dimana ketika keperluanya tadi selesai rupiahnya tentu saja ditukarkan kembali dalam bentuk Dollar dan dibawa pergi ke negara mereka.

Wah kenapa kalau begitu dibiarkan orang luar negri mencari keuntungan di Indonesia dan kemudian membawa Dollar pergi ? yah kan sekarang jamanya Globalisasi, jadi ya banyak sekali orang luar negri yang investasi di Indonesia, itu sebenarnya tidak ada masalah tergantung pemerintahnya sendiri mau buat aturan atau UU seperti apa untuk menghadapi ini, sehingga rakyatnya bisa lebih diuntungkan dan terlindungi lagi dari arus globalisasi tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan disini jika tiba-tiba pemerintah menerbitkan SUN (surat utang Negara) untuk mendapatkan Dollar, ya mudahnya itu dapat dibaca pasti ada apa-apa dengan devisa kita dan harusnya kita lebih waspada.

Nah dalam perkembangan ekonomi Indonesia sendiri, Bank Indonesia sendiri memandang perkembangan hutang kita masih cukup sehat dan rasionya juga bagus terhadap fundamental ekonomi, dan tentun saja kita semua pasti juga berharap seperti itu, dan mendukung segala bentuk kebijakan BI untuk kebaikan rakyat.

Memang masalah hutang ini banyak sekali perbedaan cara pandangnya, Bagi sebagian orang ada yang beranggapan hutang harus dihindari agar tidak repot melunasinya, Ada juga yang berhutang itu karena kepepet (terpaksa) dan tidak ada jalan lain, Tetapi ada juga yang mencintai hutang karena menurut mereka bisa bikin kaya.

Padahal logika secara umumnya hutang itu ya tentu saja berbunga, belum lagi kalau ada persyaratan khusus dari si pemberi hutang. Contohnya saja ketika kita pinjam uang dari bank untuk membangun sebuah usaha tentu saja kita harus menghitung dulu apa usaha kita nanti hasilnya mencukupi untuk membayar bunga dan angsuran bank tersebut, kalau hutang itu sendiri dipakai buat usaha dan berhasil, ya tentu saja kita bakal memperoleh keuntungan ketika hasil usaha tersebut lebih besar dari bunga dan angsuran Bank, Tetapi jangan sampai nih uang pinjaman dari bank tersebut tidak kita pakai usaha dan malah kita gunakan untuk menutupi anggaran kebutuhan sehari-hari yang minus, ya bahaya dong nanti ngangsurnya pakai apa ? saat menerima uang sih tidak masalah orang kita masih pegang uang dari pinjaman tadi, terus 3-5 tahun kedepan kalau uangnya sudah habis bagaimana ? sedangkan usaha tidak jadi terbentuk.

Nah disini tergantung kita mau ambil cara apa, apa hutang untuk membuat usaha, atau meminimalisasikan pengeluaran untuk menabung dan membangun usaha tersebut, semuanya kembali lagi kepada si pengambil kebijakan.

Pemerintah kan akhir-akhir ini juga mengatakan selain ekonomi tumbuh, bahwa angka pengangguran dan kemiskinan berkurang, sebenarnya itu juga tergantung alat ukur apa yang digunakan, disini yang berwenang melakukan itu adalah BPS, tetapi secara garis besar kita dapat  melihatnya dari aliran uang unsur pembentuk PDB sendiri, lihat saja lebih banyak mana yang dihasilkan antara sektor yang melibatkan masyarakat Indonesia, dengan sektor yang tidak melibatkan kebanyakan masyarakat Indonesia, kalau lebih banyak dari sektor yang tidak melibatkan kebanyakan masyarakat Indonesia, ya tentu saja dapat dibilang mayoritas rakyat kita masih kecil tingkat daya belinya.

Saya pribadi kadang terheran juga melihatnya, itukan masih di ukur dengan kertas yang namanya uang, coba sekali-kali diukur dengan yang namanya nilai Emas (gold), barangkali saja penduduk Indonesia ini yang miskin malah lebih dari 75% alias mayoritas bukan minoritas lagi... hehe...

Dia akhir sebagai rakyat yang mencintai negri ini tentu saja akan mendukung siapapun rezim pemerintahan yang akan menjalankanya, dengan harapan untuk bisa lebih memperbaiki kesejahteraan ekonomi rakyat Indonesia ini.

Namun disini yang diharapkan bukan untuk memperbaiki 'kesan' yang tergambar pada angka-angka saja, ya karena buat apa kalau hanya sekedar ngoprek angka saja ? karena rakyat itu tidak butuh angka-angka saja, tetapi mereka butuh pemenuhan kebutuhan terutama yang pokok, butuh peningkatan kesejahteraan sehingga meningkatkan daya beli mereka, Oleh karena itu bagi rakyat kesan tidaklah penting sama sekali.

Coba lihat rekor impor mobil mewah kita seperti Ferrari, Bentley, dan kawan-kawanya, kita berada di urutan nomer 2 dunia loh di bawah cina, Dan itu terjadi ketika rasio gini (tingkat kesenjangan sosial) kita semakin tinggi....  Apa tidak malu kita melihatnya ?

Dhita Arinanda PM

22 Maret 2014

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun