" Kamu masih mau sekolah lagi trus suamimu ditinggal gitu ?"
" Iya untuk beberapa waktu kedepan memang kita akan menjalani LDR untuk sementara, suami saya cukup memahami tujuan saya dan saya berangkat pun atas izin dari dia kan tentunya, jadi tinggal saya bagaimana secepatnya menyelesaikan sekolah ini dan segera kembali berkumpul dengan keluarga kecil saya "
Mungkin beberapa dari orang akan menganggap saya mengambil keputusan yang egois atau apalah, Tetapi ketika keputusan itu mempunyai tujuan yang jelas kita bisa ngomong kan bahwa hidup itu adalah pilihan.
Bukankah sejak lahir pun kita adalah orang-orang yang terpilih untuk bisa hidup, iya kan ?
Maka seperti pilihan ganda di persoalan kehidupan, pilihlah jawaban yang paling BENAR menurut Anda.
Value-nya ya tentu saja akan berbeda bagi setiap orang, saya juga sering heran saat ada kerabat yang mendebat mengapa saya tidak segera saja melamar pekerjaan di perusahaan, membantu usaha orang tua atau mungkin melamar kerja di pemerintahan, padahal saya juga sudah 7 tahun menghabiskan waktu untuk bersekolah, dan sekarang masih mau sekolah lagi, Mengapa tidak tinggal dengan nyaman di rumah sendiri saja dengan keluarga, dibanding ngontrak di tempat orang, menunda untuk memiliki momongan, dan lain sebagainya.
Bukan salah mereka yang bertanya sih sebenarnya, namun sering kali lingkungan kita mendukung framework yang terlalu sederhana dan paten hukumnya.
Misalnya, wanita dengan usia 26-28 tahun itu sudah kena deadline untuk menikah, Laki-Laki yang mau melamar harus mapan, terus habis nikah kalau bisa langsung punya anak karena ortu juga ingin segera mendapat cucu.
saya minta maaf kalau Anda mengernyitkan dahi membacanya, jika sekiranya tidak sepaham dengan saya, boleh kok tidak meneruskan membaca... hehe....
Everything has to be done with a reason, setidaknya itu menurut saya. sah saja saja kan jika memutuskan menikah di usia 29 - 30 tahun.
Sebelum saya memutuskan menikah, sudah seharusnya saya dan suami mengkalkulasi segala kebaikan dan resiko yang ada, tentang umur kita, penghasilan suami berapa dan saya harus bisa hitung biaya yang layak untuk hidup kami sebulan, karena saya pribadi tidak mau ketika kita sudah menikah kita masih bergantung pada orang tua, meskipun saat itu ortu masih mampu itu bukan menjadi alasan bagi kita untuk belajar hidup mandiri.
Kita juga membicarakan mekipun kita harus LDR karena faktor pendidikan, kita tidak harus menunda momongan juga, toh saya pikir saya masih sanggup bila harus sekolah dengan posisi mengandung, saya juga menghitung berapa waktu tercepat yang harus saya perkirakan untuk menyelesaikan pendidikan ini, dan perhitungan saya apabila saya termasuk kategori cepat untuk dapat momongan, sebelum saya melahirkan saya pikir saya sudah menyelesaikan sekolah saya, jadi untuk permasalahan ini tidak perlu juga menundanya.
sedangkan untuk masa depan seperti mau punya anak berapa dan bagaimana anak-anak kita harus hidup dengan baik serta sehat bersama kondisi keluarga kami nantinya, Those were a complicated math of married-life yang harus kami pecahkan bersama. Intinya, kami akan berusaha menjalani pilihan-pilihan hidup ini dengan alasan yang paling bijak dan rasional.