Bukankah lebih bijak jika dalam konteks ini kita berupaya menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan di dalam negri ini, daripada menghakimi sesuatu yang masih butuh pengkajian lebih dalam lagi. Andaikan regulasi tersebut benar-benar membunuh Industri rokok kecil-menengah kedepanya, sementara di sisi lain perusahaan rokok asing dalam kenyataanya semakin berkembang ketika itu diterapkan, atau malah jumlah impor rokok kita semakin tinggi, karena pada kenyataanya tidak semudah membalik tangan kita melarang rakyat Indonesia untuk berhenti merokok, sementara Industri rokok lokal sudah pada hancur karena regulasi tersebut. apakah itu tidak akan menjadi blunder bagi kita sendiri ?
Jadi dalam konteks permasalahan ini jika proges akhirnya adalah mengurangi angka perokok di Indonesia, seharusnya pemerintah melakukan itu secara bertahap dan memberi waktu penyesuain bagi Industri yang kecil dan menengah, sementara di sisilain pemerintah berupaya membangun Industri di sektor yang lain untuk solusi pengalihan bidang dan tenaga kerja dari Industri rokok ini. Tentunya ini hanya bisa dilakukan dengan birokrasi pemerintah yang bersih dari sebuah kepentingan tertentu.
Kesimpulan
Industri rokok kretek Indonesia ini sangat istimewa dalam pandangan bisnis, secara perlahan saya menyadari bahwa Industri ini sangatlah berharga jika hanya sekedar di hakimi, di musuhi dan di rampas dengan berbagai cara, industri ini sebenarnya membawa karakter nilai lebih bagi perekonomian Indonesia khususnya mulai dari sektor hilir hingga sektor hulu-nya. Jangan sampai terjadi karena kesalahan pemerintah Industri rokok dalam negri hancur, sementara Industri rokok Asing berkembang, sedangkan di sisi lain pemerintah gagal mengurangi jumlah perokok Indonesia, akan sangatlah ironis sekali jika itu terjadi.
Coba kalau anda pernah ke sentra home Industri rokok kecil-menengah seperti di Kudus Jawa Tengah atau di Malang Jawa Timur, Industri tersebut hanya mengajak para ibu-ibu untuk mencari nafkah dengan melinting rokok, tanpa mereka mempertanyakan apa yang telah diberikan negara kepada mereka sehingga mereka bekerja seperti itu, di situ mereka hanya berusaha untuk menyambung hidup dengan melinting rokok tersebut. Selanjutnya karena kesalahan pemerintah, mereka harus berhenti kerja karena perusahaan rokok dimana mereka mencari uang tadi tutup, akibat dari semakin ketatnya peraturan pemerintah yang terkesan dipukul rata untuk semua Industri rokok baik besar maupun kecil. Cukai yang semakin tinggi bagi mereka merupakan sebuah nilai yang tinggi juga karena akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan mereka, bila dibandingkan dengan kapitalis besar sekelas Sampoerna (Phillip Morris) dan Bentoel (British Tobacco Indonesia).
Jujur sebenarnya saya pesimis terhadap keberadaan Industri rokok Indonesia dewasa ini, jika mengingat dan Bapak Poetra Sampoerna generasi kedua pendiri HM. Sampoerna, beliau ini sangatlah terkenal dengan mental visionernya sebagai pebisnis yang mampu melihat jauh pasar masa depan, saya pribadi seringkali mengikuti langkah atau terobosan bisnis beliau hingga saat ini, beliau selalu membuat sensasi yang terukur dalam dunia bisnis, yang terkadang itu tidak bisa dimengerti atau dipahami orang lain karena mungkin orang lain tersebut belum selevel pemikiran beliau, seperti banyaknya yang terkejut ketika beliau menjual saham mayoritas HM. Sampoerna kepada Philip Morris, dimana ketika di jual HM. Sampoerna sangatlah sehat sekali keuanganya dengan menghasilkan laba yang sangat tinggi, dan saya melihat ini seperti langkah terbaik Bapak poetra Sampoerna dalam menghadapi masa depan Industri rokok Indonesia yang suram, karena dominasi kekuatan asing semakin menancapkan kukunya di sektor Industri ini. Langkah seperti ini terulang ketika Bapak Peter Sondakh melepaskan mayoritas sahamnya di Bentoel kepada British American Tobacco, yang seolah memperkuat argumen yang sedang timbul.
Semoga pemerintah semakin baik mengatasi permasalahan ini kedepanya.
Dhita Arinanda PM
9 April 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H