Mohon tunggu...
Dhita Arinanda
Dhita Arinanda Mohon Tunggu... wiraswasta -

I find inspiration from hearing a song 'Time' by 'Chantal Kreviazuk'

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Langkah-langkah untuk Menjadi Investor yang Handal

5 September 2014   23:02 Diperbarui: 4 April 2017   17:01 2501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Investasi adalah bentuk dari cara kita untuk mengatur keuangan dengan baik akan memberikan banyak manfaat, antara lain pertama mencapai cita-cita keluarga, seperti pendidikan berkualiatas untuk anak, merencanakan dana pensiun, membeli rumah kedua yang lebih besar, membeli mobil, memulai bisnis/usaha, dll. Keuntungan yang kedua yaitu bisa untuk mengantisipasi terjadinya masalah keuangan keluarga, seperti menghindari permasalahan hutang yang membelit, karena dengan investasi dan perencanaan keuangan resiko tentang 'keuangan' yang akan timbul akan bisa diantisipasi dengan mudah, sehingga dalam pengelolahan keuangan keluarga/pribadi tidak ada lagi istilah “Lebih besar pasak daripada tiang”

Produk investasi tersedia dalam berbagai macam pilihan, salah satunya yang menjanjikan keuntungan sangat baik adalah saham (ritel), nah mari kita ulas lebih detail tentang investasi di dunia saham tersebut.

Ketika kita masuk dalam dunia saham tersebut, tentu kita akan berharap bisa menemukan saham yang bagus di awal langkah kita untuk menentukan pilihan. Hal tersebut adalah hal yang wajar, dan apabila kita jeli hal tersebut akan menjadi langkah yang bagus, sebagai hasil dari usaha kita melakukan penelitian tentang pilihan-pilihan saham yang tersedia . Dalam proses tersebut kita akan menemukan 1 sampai 2 saham yang bagus dan kemudian memutuskan untuk membelinya dengan berharap harganya akan naik di kemudian hari.

Tentu setelah kita bisa menemukan saham yang bagus adalah suatu langkah yang baik. Namun jika kita telah memutuskan untuk berinvestasi dalam jangka panjang, hal tersebut tidaklah cukup. Selanjutnya kita harus cukup rajin dan up-todate dalam membaca informasi, seperti rajin membaca koran, majalah, artikel di media online, ataupun kasak kusuk di sosial media.

Dari hal tersebut, dalam satu atau beberapa kesempatan kita akan mendengar cerita mengenai orang-orang yang mendapatkan keuntungan fantastis dari saham yang dibelinya. Itu memang benar bisa terjadi, karena tidak menutup kemungkinan juga saham yang kita miliki akan memberikan keuntungan puluhan, ratusan, bahkan ribuan persen. Tetapi sayangnya saham yang seperti itu tidaklah banyak dan mencarinya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Dalam kenyataannya, kebanyakan pergerakan saham itu akan menyerupai sebuah pasar, yang artinya kita tidak bisa hanya berhenti di satu saham dan selanjutnya 'duduk manis' berharap saham kita akan membuat keuntungan besar, yang menjadikan investasi kita menjadi berlipat-lipat. Kita harus tetap 'move' untuk terus mencari peluan di saham-saham baru, karena pasti ada kemungkinan bahwa saham-saham yang kita miliki itu ada masa kadaluarsanya. Seperti karena manajemen perusahaan yang buruk, perusahaan yang bisnisnya semakin tidak prospektif, ataupun perusahaan yang terkena tuntutan hukum sehingga mengganggu operasioanalnya secara permanen , dan lain-lain.

Sebagai pemula kita harus terus belajar dengan jeli untuk menjadi profesional di dunia saham, analogi mudahnya seperti ini. Seperti kita bermain tenis meja bersama teman sewaktu kecil, dulu kita hanya bermain tenis meja tersebut untuk sebuah 'kesenangan' mengisi waktu luang, saat itu kita tidak akan berlatih secara khusus untuk menjadi pemain tenis meja yang profesional. Nah disaat itu jika kita bisa memenangkan pertandingan tersebut, tentu saja itu terjadi karena 'kesalahan' teman kita.

Hal itu akan berbeda ketika kita memasuki kejuaraan tenis meja profesional. Dalam keadaan itu, lawan kita 'skill' nya tidak berbeda jauh atau bisa dikatakan orang-orang yang terlatih, jadi di saat itu jika kita ingin memnagkan pertandingan tersebut, tentu saja kita harus sering berlatih untuk 'meminimalisasikan' kesalahan sekecil apapun, karena kesalahan itu akan membuat hasil pertandingan yang berbeda.

Demikian juga halnya dengan investor di dunia saham, bagi mereka yang sudah profesional, kesuksesan memilih saham itu tidak berdasarkan dengan iming-iming keuntungan yang sangat besar, akan tetapi karena mereka bisa menghindari kerugian yang mematikan (loss). memang keuntungan seorang investor saham profesional tidak terdengar sangat fantastis, akan tetapi mereka mampu berkinerja baik secara konsisten dan mampu menghindari kerugian yang mematikan manakala badai menerpa dunia saham, itulah 'istimewa-nya'.

Kita bisa melihat investor yang namanya sudah melegenda di dunia pasar modal, seperti Warren Buffett, George Soros, Jesse Livermoore, WD Gann, atau Larry William, lihat saja dalam buku-buku mereka, bahwa 'gain' (keuntungan) rata-rata tahunan yang mereka peroleh pada umunya hanya berkisar di angka puluhan persen. Tetapi para investor ritel profesional tersebut mampu mendapatkan keuntungan itu secara konsisten, hal tersebut terjadi karena mereka tidak hanya berhenti di satu atau dua saham saja, mereka akan selalu berusaha mencari peluangpeluang baru di saham yang lain. Sehingga keberhasilan investasi mereka bisa dikatakan dari kerja keras selama bertahun-tahun, bukan hanya dalam waktu cepat atau semalam. Utulah perbedaan mereka dengan investor amatir.

Sejauh ini istilah profesional selalu diidentikan dengan individu-individu yang berkecimpung di bidangnya yaitu pasar modal. Lantas timbul pertanyaan, apakah investor ritel (awam) bisa bersikap secara profesional dalam berinvestasi di pasar modal ?

Mungkin saat ini sebagian dari diri kita adalah seorang ibu rumah tangga, karyawan biasa, mahasiswa, atau bahkan seorang wiraswasta yang baru mengenal dunia pasar modal, apapun profesi kita saat ini bukan berarti kita hanya menjadi seorang amatir di dunia pasar modal, kita tetap harus banyak belajar dan menyediakan waktu luang untuk mengelola portofolio, contohnya kita bisa menyisihkan waktu 1 sampai 2 jam di akhir pekan kita untuk belajar serta mencari saham yang berpeluang 'menjanjikan'.

Dari hal tersebut, kita bisa memantau portofolio kita secara berkala, tidak usah dengan waktu yang lama, gunakan waktu 10 hingga 15 menit saja , jika saat itu kinerja portofolio kita dalam 'trend' yang buruk, kita harus mencoba mencari apa penyebabnya , apakah ada salah satu dari saham kita yang sedang 'terguncang' atau seluruh portofolio kita memang kinerjanya buruk. Dari hal tersebut kita bisa mengetahui apakah saham yang kita beli sudah tepat atau belum. Kita harus selalu up-todate untuk mencari informasi baru, mencari berita yang terkait dengan saham yang kita miliki tersebut, jika saat itu tidak ada sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak ada masalah berarti pada laporan keuangannya, kita bisa terus menambah posisi dalam saham tersebut.

Jika proses-proses tersebut kita lakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, tentu saja semakin hari kita akan semakin mengerti bagaimana caranya berinvestasi di dunia pasar modal dengan baik. KIta akan lebih banyak pengetahuan sehingga lebih bisa untuk menemukan cara agar bisa memperbaiki kesalahan yang terjadi, serta memastikannya tidak akan terulang kembali di kemudian hari. Saat itu sudah terjadi, tanpa terasa kita akan menjadi seorang investor ritel (pasar modal) yang profesional.

Dhita A

5 September 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun