Program diklat Wawasan Kebhinekaan Global (WKG) merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Pendidikan Guru Penggerak tahun 2023 Â yang berada di lingkungan LPTK Universitas Negeri Malang. Praktiknya, mahasiswa mengikuti rangkaian program dalam sejumlah topik dan kegiatan, dan merefleksikannya. Adapun topik yang dibahas antara lain :
Dunia yang berwarna
Pada topik ini saya memahami bahwa di lingkungan kita ini begitu beragam, mulai dari agama, budaya, ras hingga bahasa. Pada topik ini kita di suguhkan dengan pertanyaan bagaimana kalau indonesia ini hanya satu suku. Bagaimana jika semua selera kita sama, maka akan adanya rasa bosan, dan tidak adanya perbedaan antarasatu sama lain, tidak ada kreatifitas antara satu orang dengan orang lainnya, karena seleranya sama. Tidak meratanya sumber daya manusia, tidak berkembang dan tidak saling mengenal karakteristik antar daerah. Pentingnya toleransi dalam keberagaman sangatlah penting agar tetap terjaganya persatuan dan kesatuan. Kita harus memahami dan menghargai perbedaan di antara kita, serta bekerja bersama untuk menciptakan dunia yang damai, inklusif, dan harmonis bagi semua orang.
Negeri yang harmoni
Dalam topik negeri yang harmoni dijelaskan bahwa perbedaan merupakan sebuah karunia dari sang pencipta. Dalam kebinekaan ini terdapat nilai-nilai persatuan, kesatuan, dan kebhinekaan yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang. Setiap kelompok etnis, agama, dan budaya memiliki keunikan dan kontribusi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk menghargai dan merayakan perbedaan yang ada di antara kita.
Damai dimulai dari diri
Di topik ketiga ini kita diajarkan untuk menghargai perbedaan, kita juga harus mulai dengan diri sendiri. Damai dengan Diri (Damai Mulai dari Diri) adalah sebuah refleksi untuk mengingatkan diri sendiri bahwa setiap individu memiliki identitas yang unik dan tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan hal ini harus diterima dengan lapang dada.
Sekolahku yang bhineka
Pada topik keempat kami diminta untuk bermain peran, ada yang menjadi kepala sekolah, guru, siswa, ketua komite, dan juga wali murid. Setiap orang memiliki peran yang berbeda dengan karakter yang sudah di tentukan menjadikan kami merasakan jika berada di posisi tersebut, seperti kepala sekolah yang demokratis tapi plin plan. Lalu ada siswa yang konservatif tapi dihadapkan dengan guru yang kreatif tapi sibuk, sedangkan ada wali murid yang tidak sepemahaman. Sehingga apa yang kita rencanakan diawal tidak tercapai karena kurangnya komunikasi, tidak adanya musyawarah antara kepala sekolah, guru, wali murid dan juga komite. Sekolah Bhineka (Sekolahku yang Bhineka) memberikan contoh praktis bagaimana menerapkan nilai-nilai toleransi di sekolah atau kelas dalam bentuk program kebinekaan. Program-program seperti ini membantu siswa untuk belajar tentang keberagaman dan menghargai perbedaan, serta merangkul semua siswa tanpa pandang bulu.
Sekolahku yang damai
Pada topik kelima kita diajarikan melihat risiko yang ada pada sekolah dengan permainan. Permainan ini dimulai dari masalah atau ancaman, di kalikan dengan kerentanan. Yang nantinya akan di bagi dengan solusi yang sudah di berikan. Dalam fase ini kami diajari untuk mengatasi masalah yang ada, dengan berbagai solusi dan kerentanan yang dimiliki sekolah. Dengan begitu kita akan mengetahui seberapa banyak resiko yang akan di hadapi serta solusi yang bisa digunakan dalam menyelesaikan masalah. Topik kali ini juga memberikan pemahaman kepada kami akan sekolah yang aman dan nyaman, serta mengajarkan cara menghadapi dan menyelesaikan konflik secara damai. Pendidikan semacam ini membantu membangun kesadaran akan pentingnya kedamainan dalam masyarakat dan mengajarkan siswa untuk menjadi mediator yang baik.