Mohon tunggu...
Andhita Sitompul
Andhita Sitompul Mohon Tunggu... -

mau baca apapun...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Alternatif, Belajar Itu Gembira

24 Mei 2011   04:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:18 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan di Indonesia identik dengan komponen tak terpisahkan yaitu buku, guru, dan murid. Guru dianggap lebih tah dan merasa penting. Murid pun dianggap belum atau tidak tahu. Mereka dituntut selalu mendengar, memperhatikan, menuruti dan meniru apa yang disampaikan guru.

Semakin lama pula tidak bisa dilepaskan komponen tersebut dengan system pendidikan. Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah, memiliki metodologi mendidik yang menjunjung arti pendidikan. Di mana semua elemen pendidikan terlibat.

SMP Alternatif Qaryah Thayyibah terletak di Desa Kalibening, Salatiga, Jawa Tengah. Berdiri di tengah gemuruh masa transisi dan krisis, kehadiran sekolah komunitas. Sekolah ini membawa angin segar bagi pendidikan bermutu dan murah di tengah arus komersialisasi pendidikan. Sekolah berbasis komunitas tentunya dibuat dengan partisipasi komunitasnya.

Pengajar di sini bukan sebagai guru. Mereka berlaku sebagai fasilitator yang memfasilitasi keinginan siswa bertanya banyak hal. Belajar pun tak melulu di kelas.

Qaryah Thayyibah menawarkan belajar di alam. Siswa belajar di dalam dan luar kelas. Fasilitator mengajak siswa mencari tahu bersama hal yang belum dimengerti. Proses belajar mengajar terjadi dengan baik di sini.

Sebagai model pendidikan alternatif, lembaga ini memiliki beberapa. Naswil Idris, salah satu pakar Diknas Indonesia mengatakan, SMP Alternatif Qaryah Thayyibah di Kalibening sejajar dengan kampung Issy Lees Moulineauk di Perancis, Kecamatan Mitaka di Tokyo, lima komunitas lain di dunia yang dipandang sebagai tujuh keajaiban dunia.

Operasional

SMP Alternatif Qaryah Thayyibah merupakan upaya kreatif bersifat elektik. Ahmad Bahruddin, Kepala Sekolah SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, bekerjasama dengan Roy Budhiantomelengkapi sekolah impian itu dengan akses internet dua puluh empat jam gratis.

Dana operasional didapat dari sumbangan sukarela para orangtua. Sumbangan tersebut digabungkan dengan subsidi siswa.

Membaca sepenggal cerita kegigihan anak desa mencari ilmu ini membuat hati bergetar. Belajar yang sebenarnya.

Kita dapat memahami belajar bukan hanya duduk di bangku dan mendengarkan guru mendongengkan ilmunya. Seperti dirasakan sebagian besar murid sekolah reguler yang berseragam. Tapi belajar menjadi hal menggembirakan dan membanggakan.

Belajar bisa di mana saja, kapan saja, dan apa saja. Dibantu pembimbing yang dapat diajak berdiskusi membahas suatu masalah. Belajar peka terhadap situasi dan kondisi.

Memendapatkan ilmu murni melalui serangkaian kegiatan yang benar – benar usaha sendiri. Merasakan puas akan ilmu yang diperoleh tanpa harus bingung dan dihantui oleh nilai akademis. Tanpa terkungkung oleh pentingnya ijazah, selembar kertas pengakuan yang bisa robek dan rusak kapan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun