Mohon tunggu...
dhini utami
dhini utami Mohon Tunggu... -

Humas PT PLN (Persero) Transmisi Jawa Bagian Barat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

CAP PLN Ngelmu di Negeri Singa Bareng Kompasiana

3 September 2016   12:08 Diperbarui: 3 September 2016   12:15 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih dalam rangkaian kegiatan benchmark Humas PLN  ke Singapore Press Holding (SPH) bareng kompasiana, memasuki hari ke dua. Kali ini kita diajak ke media blogger nya :  Stomp, Asia One dan  Razor TV, media ini masih dalam naungan The Straits Times Group. Segmen nya lebih ke anak muda dan eksekutif muda. 

Kedatangan kami disambut Editor Stomp Azhar Kasman, yang ternyata kakeknya masih keturunan orang Indonesia, cukup cepat akrab dengan pertemuan yang baru saja terjadi. Penjelasan begitu lugas, khas nya orang media. Kami diajak menuju ruang diskusi yang cukup nyaman dan santai. Azhar menjelaskan bagaimana pengelolaan Stomp, proses kerja yang hanya dikelola oleh 7 orang tim nya, mulai dari penerimaan berita, proses editing berita hingga foto dan video nya sekaligus. Beda nya dengan Kompasiana, blogger dapat langsung mengupload di laman sesuai pilihannya. Blogger di Stomp hanya mengirimkan informasi atau berita kepada redaksi dan tim akan melakukan pengecekan informasinya sebelum mereka gali informasinya lebih dalam kepada nara sumbernya. Berita yang diangkat juga lebih banyak dari kehidupan sehari-hari yang didapat dari bloggernya. seperti Kisah Heroik yang menjadi inspirasi pembaca Stomp.

Salah satu contohnya adalah ketika seorang netizen Stomp kehilangan cincin berlian yang baru diberikan kekasihnya, dia menceritakan kehilangan nya kepada redaksi Stomp untuk dapat di umumkan di website nya. Dibuatlah pengumuman kehilangan itu di website Stomp, tak lama didapatlah informasi penemu kotak yang berisikan cincin pertunangan dimaksud, yang tentunya melalui proses klarifikasi dengan menunjukkan barang bukti dan kronologis cerita penemuannya. Stomp merupakan media yang sedang digandrungin di Singapura. Pembacanya pun lebih banyak netizen kaum muda. Youth Netizenlah begitu orang singapur menyebutnya. Gaya santai dan colorful pun tergambar dari ruang kerja nya, menyatu dengan asia one, stomp dan RazorTV. boleh kok liat website mereka di sini www.stomp.com.sg atau intip asia one di www.asianone.com atau pun nikmati Razor TV di www.razor.tv.

Ruangan yang menyatu memudahkan komunikasi diantara mereka, masing-masing tetap bs memiliki privasi juga lho, memang tidak terlihat seperti layaknya kantor saya yang harus menerapkan Bersih, Rapi dan tertata rapi. Mungkin inilah kerja kreatif. Redaksi Stomp pun memiliki waktu kerja shift bagi redakturnya untuk mengelola berita yang didapatkan, sekaligus foto atau video editingnya. Kerja jurnalis memang selalu menantang, penuh gairah menurut saya loh. Kalo kami di PLN hanya yang bekerja di bagian pemeliharaan dan operasional yang memilki kerja shift.

img-0110-copy-jpg-57ca54bed27a613d3c0beae3.jpg
img-0110-copy-jpg-57ca54bed27a613d3c0beae3.jpg
Stomp juga banyak membuat iklan terselubung tanpa menyebut merk suatu produk. Ada yang dibayar oleh produsennya tapi ada juga yang tidak. Dengan memanfaatkan sosial media seperti Facebook, twitter , istagram ataupun Whatapps. Sosial media banyak memberikan kemudahan bagi pengelola media spt Stomp ataupun Kompasiana di Indonesia.Bedanya Netizen Kompasiana lebih banyak dan luas sekali cakupannya, karena kebebasan bermedia juga lebih terbatas di Singapura dibandingkan di Indonesia yang kadang jadi kebablasan saking bebas berekspresinya. ada kelebihan pasti ada kekurangannya juga khan.

img-0105-jpg-57ca5535ba9373dd5fda9b17.jpg
img-0105-jpg-57ca5535ba9373dd5fda9b17.jpg
Diskusi kami bersama Tim Stomp cukup menarik karena banyak hal yang sebenarnya bisa kita adopsi untuk pengelolaan media internal yang ada di tempat saya bertugas. agar lebih menarik dan membuat pegawainya sebagai netizen minat untuk membacanya. Coba deh kalo suruh pada facebookan pasti lebih seneng daripada baca web resmi dengan bahasa yang lebih resmi dan agak sulit dipahami, akhirnya jadi gagal paham. Semoga bisa lebih baik kalo sudah paham netizennya ya. Pasti Bisa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun