Mohon tunggu...
dhini hawalaini
dhini hawalaini Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

Hallo aku Hawa, seorang pelajar dai kota kecil yang suka membaca. Aku selalu tertarik dengan sebuah buku yang belum pernah aku lihat. Aku gemar memuat desain untuk di upload di sosial media selain itu aku juga suka menulis sebuah blog dan cerita.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Maraknya Kasus Krisis Identitas Pada Kalangan Remaja Indonesia

13 Desember 2024   18:11 Diperbarui: 13 Desember 2024   18:11 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Krisis identitas merupakan kondisi dimana seseorang kehilangan jati dirinya, mereka mempertanyakan tentang kedaan dirinya sendiri dan tentang keberadaannya ada di dunia.

Krisis identitas bisa dialami siapa saja,pada usia berapa saja, namun kasus ini marak terjadi pada usia remaja.

"Siapa aku sebenarnya?" 

"Apa manfaat dari hidupku"

"Apa tujuan aku hidup?"

"Apa tugasku di dunia ini?"

"Kemana aku setelah mati?"

     Pertanyaan di atas sebenarnya termasuk normal, namun jika pertanyaan tersebut terus muncul dan mengganggu aktivitas, saat itulah krisis identitas mulai terjadi. Krisis identitas biasanya marak terjadi di usia remaja menengah hingga remaja akhir. Mengapa hal ini dapat terjadi?

        Remaja merupakan transisi kehidupan anak-anak menuju dewasa, pada usia ini setiap orang berusaha mengeksplor hal-hal baru.   Apabila hal yang mereka eksplor tidak dapat diterima oleh kendali diri atau psikis dan setiap pertanyaan tentang sesuatu yang mereka temukan tidak dapat dijawab hal ini menyebabkan banyak pertanyaan tentang kehidupan sehingga memunculkan krisis identitas.

Faktor-faktor terjadinya krisis identitas:

1. Faktor lingkungan (Eksternal)

Faktor lingkungan menjadi faktor yang berpengaruh cukup besar terhadap terjadinya krisis identitas, baik itu lingkungan rumah,sekolah, maupun masyarakat. Banyaknya tekanan dari luar dapat mengakibatkan mental kita menjadi terganggu.

2. Faktor internal

Faktor internal berupa kecerdasan spiritual bawaan lahir yang selalu haus akan pencarian hubungan jiwa yang kuat. Kecerdasan spiritual ini juga meliputi daya tahan diri terhadap goncangan saat belum menemukan jawaban-jawaan yg memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan.

3. Faktor lain

Peristiwa traumatis, seperti kecelakaan, kehilangan pekerjaan, kehilangan orang tua, punya anak, pindah rumah, dan masih banyak lagi yang bisa membuat seseorang mempertanyakan lagi identitas dirinya.

        Orang yang memiliki krisis identitas biasanya memiliki ciri sebagai berikut:

1. Selalu mempertanyakan tentang dirinya dan mengaitkannya dengan segala aspek yang ada di kehidupan

2. Terjadi konflik batin secara terus menerus

3.  Adanya perubahan pada rasa  dalam kehidupan pribadinya tanpa disadari

Setiap ciri-ciri di atas selalu terpaut dengan pertanyaan-pertanyaan tentang diri. Jika seseorang terus mempertanyakan pertanyaan yang sama lagi dan lagi sampai mengakibatkan stres, apalagi depresi, itu tanda bahwa dia mengalami krisis identitas. Dia tidak tahu lagi dirinya siapa.

  Solusi dari permasalahan krisis identitas adalah melepaskan lingkungan yang toxic, mencari lingkungan yang dapat mendukung kita untuk melakukan hal-hal positif. Carilah teman-teman yang baik, temukan hobi kesukaanmu, dan bersyukurlah atas setiap nikmat yang tuhan berikan kepada kita.

 Hampir semua orang melalui fase krisis identitas dalam hidupnya. Dalam usia berapa, tergantung tingkat kedewasaan hati dan akal pikiran, dan ini adalah alat untuk memahami kesadaran diri dan kemana hendak melangkah.

Kehidupan ini bukan masalah apa yg kita bisa capai, tapi seberapa keras kita berusaha. Termasuk berusaha memahami makna kehidupan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun