Mohon tunggu...
Dhini Deva Tauhidah
Dhini Deva Tauhidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Program Sarjana (S1) Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Palangka Raya 2021

Aku Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Money

Simpanan Masyarakat di Bank Capai Rp 690 Triliun, Presiden Khawatir dan Minta Rakyat Belanja, Kenapa?

1 Mei 2023   17:48 Diperbarui: 1 Mei 2023   17:50 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo menghadiri sekaligus membuka pertemuan Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Balikpapan, Kalimantan Timur pada Kamis 23 Februari 2023 yang dapat ditonton melalui siaran langsung YouTube Sekretariar Negara. Presiden menyampaikan pidatonya yang menegaskan pada kepentingan dalam mengutamakan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19 dengan cara mempercepat perizinan acara/konser, perizinan investasi, serta terkait inflasi daerah.

Dari semua pidato yang disampaikan, banyak media yang malah berfokus pada pernyataan presiden terkait Rp 690 Triliun dana masyarakat yang tersimpan di bank.  Dengan disampaikannya perihal tersebut, presiden juga menghimbau agar semua kepala daerah dapat mendorong masyarakat untuk membelanjakan simpanan tersebut karena konsumsi masyarakat sangat berpengaruh terhadap pendapatan negara. Apalagi Indonesia sudah mengalami resesi di tahun 2020 dan 2021 yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan ditambah dengan kenaikan suku bunga global. Kemudian, adanya himbauan bahwa Indonesia pada tahun 2023 akan terkena dampak dari resesi walau presiden tetap optimis akan pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Kekhawatiran tersebut juga disebabkan karena konsumsi masyarakat yang membantu sekitar 53-56% terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Akan tetapi, data pada Badan Pusat Statistik (BPS) malah menunjukkan pertumbuhan konsumsi masih rendah. Sedangkan, simpanan masyarakat di perbankan terus meningkat.

Mengutip data pada Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa kontribusi konsumsi masyarakat ke pendapatan domestik bruto (PDB) tahun 2022 hanya sebesar 51,87%. Angka ini di bawah tahun 2021 yaitu 54,40%.

Menurunnya pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu disebabkan oleh pertumbuhan ekspor meningkat yang pada akhirnya menjadikan surplus nerasa perdangan tertinggi dalam sejarah, sehingga membuat kontribusi ekspor ke PDB naik dan konsumsi masyarakat terlihat kecil. Jadi menurunnya pertumbuhan ekonomi tidak hanya disebabkan oleh konsumsi masyarakat.

Meskipun perekonomian Indonesia pada tahun 2022 sempat diperkirakan tidak terkena resesi, namun nyatanya pada tahun 2022 tercatat 5,31% ekonomi Indonesia bertumbuh dibandingkan dengan tahun 2021 yang hanya sebesar 3,70%

Namun, Pertanyaan Terpenting Adalah Siapa Pemilik Dari Peningkatan Dana Tersebut?

Faktanya dana yang tersimpan senilai Rp 690 triliun itu bukan lah kepemilikan individu masyarakat, melainkan kepemilikan dari perusahaan swasta sebesar Rp 525,05 triliun. Di ikuti BUMN memiliki dana sebesar Rp 102,25 triliun di bank, sementara kepemilikan individu hanya meningkat sebesar Rp 178,55 triliun.

Dikutip dari data LPS, secara bulanan angka naik 2,16% atau senilai dengan Rp 8.203 triliun total simpanan masyarakat di bank. Jika dilihat dari jenis simpanan, maka simpanan deposito mendominasi dengan pangsa 35,8% dengan kenaikan 139%.

Berdasarkan jenis simpanan, simpanan deposito tercatat mendominasi dengan pangsa 35,8%. Seluruh jenis simpanan mengalami kenaikan, tetapi kenaikan terbesar dialami sertifikat deposito yang naik 139%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun