Mohon tunggu...
DHINI RAHAYUNINGRUM
DHINI RAHAYUNINGRUM Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Persatuan Tulangan Sidoarjo

Anggaplah belajar sebagai kebiasaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tugas 2.1.a3. Refleksi Individu Guru Penggerak: Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid

10 Januari 2024   03:45 Diperbarui: 10 Januari 2024   04:08 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai  manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia.

2.1.a3. 

Membuat Refleksi Individu

  • Bayangkanlah kelas yang saat ini Anda ampu dengan segala keragaman murid-murid Anda.
  • Apa yang telah Anda lakukan untuk melayani kemampuan murid yang berbeda? Apa yang Anda lakukan untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah untuk murid Anda? Apakah ada perlakuan yang berbeda yang Anda lakukan? Jika ada, perlakuan seperti apa? Jika tidak ada, apa dampaknya terhadap murid Anda?
  • Sebutkan tantangan-tantangan yang Anda hadapi dalam proses pembelajaran di kelas yang disebabkan oleh keragaman murid-murid Anda tersebut? Tindakan-tindakan apa yang telah Anda lakukan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut?
  • Menurut Anda, untuk mengakomodasi tantangan yang terkait dengan keragaman murid tersebut, bagaimana seharusnya pembelajaran itu dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi?

Saya mengajar mata pelajaran kimia dengan jenjang yang berbeda mulai dari kelas X sampai kelas XII. Untuk kelas X, saya mengajar di semua kelas. Sedangkan di kelas XI dan XII, hanya mengajar program peminatan saja, sehingga saya mengetahui potensi atau kemampuan murid yang beraneka ragam. Bahkan gaya belajar mereka berbeda antara murid yang satu dengan yang lain. Misalnya terdapat anak yang suka dengan olah raga, perhitungan, membuat cerita, menggambar, suka game, dan lain-lain. Hal ini terlihat dari kebiasaan di dalam kelas jika ada pergantian jam mereka menuangkan kesenangan mereka masing-masing sesuai dengan bakat / minatnya. Namun, apabila ada gurunya, mereka cenderung mendengarkan dan melakukan apa yang dilakukan oleh guru, bahkan ada yang jujur tidak bisa dalam mengerjakan soal kimia karena mereka lemah dalam hal perhitungan. Sebagian besar anak-anak terutama dalam hal pembelajaran kimia, suka praktik secara langsung daripada menghitung.

Dari hal itulah, saya sebagai pendidik harus bisa mengelola pembelajaran di kelas agar lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa karena setiap materi yang disampaikan pasti tidak sama dengan materi di awal sehingga perlu perancangan strategi/metode pengajaran yang beragam untuk menarik perhatian siswa agar mereka senang dalam belajar kimia. Biasanya saya melakukan tes diagnostik awal atau bertanya secara lisan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam belajarnya serta menyesuaikan karakteristik dan kebutuhan mereka. Pada akhir pembelajaran, memberikan umpan balik kepada siswa tentang perasaan mereka selama proses pembelajaran berlangsung.

Tantangan yang sering saya hadapi dalam pembelajaran di kelas adalah ketika anak-anak belum memahami materi apa yang saya sampaikan karena keterbatasan pemikiran mereka dalam hal perhitungan ataupun reaksi kimia, bahkan kata-kata dalam pelajaran kimia dirasa sulit bagi mereka. Selain itu, dalam melakukan pembagian tugas kelompok diskusi seringkali menemukan anak-anak memilih anak tertentu untuk dijadikan kelompoknya. Tindakan yang seharusnya saya lakukan adalah membimbing anak-anak yang kesulitan dalam hal belajar kimia dengan memberikan contoh kongkrit agar mereka mudah dalam berpikir secara sederhana dan mudah memahami tentang kimia. Sedangkan untuk pembagian kelompok, jika dalam dalam kelas tersebuit terdapat hanya beberapa anak yang berkemampuan tinggi dan yang lain sedang atau rendah, maka pengaturan kelompoknya dilakukan dengan cara heterogen/ acak yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah. Dan apabila dalam kelas itu hanya ada beberapa siswa laki-laki daripada perempuan, maka pembagian kelompok saya sarankan agar masing-masing kelompok ada siswa laki-lakinya walaupun hanya satu.

Untuk mengakomodasi tantangan yang terkait dengan keragaman murid tersebut, maka saya membuat rancangan pembelajaran dengan metode yang sesuai dengan karakteristik/kebutuhan siswa melalui kolaborasi rekan sejawat dan menerapkannya di kelas sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Sebagai bahan evaluasinya, dapat dilakukan dengan kegiatan supervisi oleh Kepala Sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun