Mohon tunggu...
Dhinar S. Kusumadwi
Dhinar S. Kusumadwi Mohon Tunggu... Lainnya - .

Pembaca yang menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Biyung dan Anak Lanangnya

30 September 2022   18:05 Diperbarui: 30 September 2022   18:06 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Kepada siapa harus ia tuntut
nasib diri
Kala mentari bertahta, menyengat kepala Anak Lanang
yang saban hari berlari kecil, bertelanjang kaki
menuntut ilmu berbekal tekad  pengorbanan
dan .....

Ketika kakinya terantuk batu jalanan
napasnya tersenggal kepayahan
lehernya tecekik kehausan dan
perutnya melintir kelaparan.
Dilemparkannya batu, maka
rontoklah randu muda.
Kemudian dilahapnya sambil berucap
"Duh Gusti, terima kasih atas segala nikmat-Mu"

Dan
Ketika kemarin sepulang sekolah
ia jumpai sekepal kulub dedaunan
bersanding sesendok bubur jagung.

Ketika kini sepulang sekolah,
ia jumpai korek bawang dan garam bersanding dua kerat uwi dan ketela
dan ketika di lain hari ia jumpai rebusan sukun muda tanpa kawan.

Di hari panen, sepulang sekolah
ia jumpai si Biyung di dapur,
"Biyung, apa iku?"
"Iki nggoreng gabah, biar lekas bisa ditumbuk kemudian dibuat bubur."
"Biyung, kenapa mesti bubur ? Aku kepingin nasi."
"Nasi?! Kan enakan bubur."

Ah, Biyung,...
mesti aku tahu, beras secangkir, air sekuali
cukup buat keluarga kita.

Dan
ketika esoknya ia pulang pagi, ia jumpai si Biyung di tegal
"Biyung, aku boleh ambil raport
bila uang sekolah sudah lunas,"
"Baiklah, lempit dan angkat daun itu."
Esok ke pasar dengan setumpuk daun
demi uang sekolah Anak Lanagnya.

Dan; lusa kemudian...
"Biyung, kata Bu Guru, aku harus melanjutkan,
kata Bu Guru lagi, nilai raportku terbaik." 

Ditulis berdasarkan kisah Bapak dan Biyung terkasih

 

Keterangan :

Biyung   : Ibu
Kulub     : rebusan
Korek     : penyebutan singkat sambel korek / sambal uleg
Uwi        : ubi
Tegal      : kebun
Lempit    : lipat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun