Mohon tunggu...
Dina Rosita
Dina Rosita Mohon Tunggu... Novelis - Penyuka Hujan dan Secangkir Kopi yang menyukai nuansa malam

Penulis novel, ghost writer, editor

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kebangkitan Spiritual Bagian 1

10 Maret 2023   23:43 Diperbarui: 10 Maret 2023   23:47 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Beberapa bulan setelah tetangga saya membunuh ulat itu, tiba-tiba suaminya sakit keras, mereka bercerai, dan mantan suaminya menjadi gila lalu kemudian meninggal.

Selama itu saya terus dapat ancaman untuk disantet. Sering menemukan kain kafan dengan isinya yang tak saya mengerti apa, di kaso-kaso rumah dekat pintu depan, menemukan segenggam rambut , paku yang jika dipegang oleh orang lain tidak ada reaksi apa-apa, tapi ketika saya yang memegangnya, saya seperti tersengat listrik.

Sampai suatu hari saya merasa lelah dengan ini semua. Merasa buntu tak ada jalan keluar, rasanya saya sudah gila terus diteror penampakan yang menakutkan hampir setiap malam.

Tepat pukul 10 malam, saat saya benar-benar putus asa, anak-anak sedang tertidur, suami kembali dinas malam, saya mengalami sedih yang luar biasa, teringat almarhum kedua orang tua saya, di sanalah saya merasa sendirian. Tiba-tiba jendela kamar terbuka, bayi saya menangis keras tapi tak ada air mata.

Saya buru buru menelpon suami dan mertua, karena saya merasa ada yang tidak beres. Saya melihat sosok-sosok berdatangan ke rumah saya yang masuknya lewat jendela yang terbuka itu, tapi sosok-sosok itu tak menakutkan. Ada orangtua yang memakai pangsi hitam, ada sosok pria dan wanita, ada yang tinggi besar, ada harimau besar. Semua saya lihat sekejap sekejap.

Suami saya pulang beserta mertua. Saat itulah tubuh saya ada yang mencoba merasuki. Buru-buru suami memanggil ustaz.

Sambil menunggu ustaz datang, saya mencoba sekuat tenaga menahan sosok sosok itu yang terus bergantian ingin memasuki tubuh saya. Tiba-tiba saya dapat mendengar suara mereka, pria dan wanita itu merupakan energi dari kedua orang tua saya yang merasa terpanggil oleh tangisan saya malam itu. Saya mendengar mereka memarahi mertua saya yang tak peka akan  keadaan saya yang butuh pertolongan. Lalu sosok harimau itu berganti memasuki tubuh saya, kedua tangan mencakar lantai, tapi saya mencoba agar mulut saya tidak mereka gunakan untuk bicara hingga saya hanya mendengar amukan-amukan mereka dengan pendengaran batin. Di situ saya mengerti bahwa mereka datang karena kesedihan saya.

Sementara yang mengenakan baju pangsi, dia hanya berdiri menjaga rumah saya. Hingga ustaz dan suami saya datang, saya diberi air doa. Ternyata ustaz itu dapat melihat apa yang saya lihat.

Semenjak malam itu saya meminta pada suami untuk pindah rumah, saya tak mau lagi tinggal di sini, terlebih menghadapi semuanya sendirian.

Tak lama kami pun pindah.

Saya kira semua akan berakhir setelah kami pindah, tapi ternyata salah. Namun, setidaknya bayi saya sudah tidak rewel. Dia berubah menjadi anak yang tenang. Walau kami tetap bisulan. Pecah satu tumbuh satu, terus begitu. Banyak dokter sudah kami datangi tapi hasilnya nihil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun