Mohon tunggu...
Dhimas Kaliwattu
Dhimas Kaliwattu Mohon Tunggu... Penulis - seorang manusia

menjaga ingatan dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kriteria Milenial yang Pantas Menjadi Menteri Jokowi

15 Juli 2019   09:33 Diperbarui: 15 Juli 2019   11:07 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: Biro pers sekretariat Presiden 2019

Generasi millennial yang akan mengisi calon menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin, setidak-tidaknya harus memiliki tiga hal; ramah, gigih dan tahan banting.

Jika melihat kembali saat debat Capres dan Cawapres kemarin, di periode terakhirnya ini Jokowi kelihatannya akan banyak melakukan lompatan dan terobosan yang lebih masif untuk mengejar kelambatan ekonomi dan hal-hal lain yang membuat program nawacita 2014-2019 tidak tercapai maksimal.

Para Menteri Jokowi-JK hari ini pasti tahu betapa lelahnya membantu Jokowi selama hampir lima tahun ini. Lihat saja raut wajah Basuki Hadimuljono, Menteri PUPR yang setiap waktu harus sigap berada di lapangan untuk memastikan seluruh pembangunan infrastruktur dapat selesai sesuat target. 

Sebagai orang yang memimpin proyek-proyek strategis nasional yang didalamnya tentu banyak bersinggungan dengan berbagai kelompok sosial dan jaringan bisnis elit, pasti membuatnya sangat lelah. 

Mantapnya, menteri tertua ke tiga dalam kabinet Jokowi itu tidak pernah terdengar mengeluh. Bahkan di usianya yang mencapi 64 tahun masih saja beliau terlihat gagah, mungkin karena kegigihannya itu.

Atau barangkali kita bisa melihat menteri KKP yang terkesan galak dan sering marah-marah itu. Di balik apa yang terekam media, ternyata Menteri KPP sampai sekarang -- meski diluar tugasnya sebagai menteri --masih sering nongkrong santai dan berdialog dengan para nelayan. Walau digempur habis-habisan karena kebijakannya yang dinilai merugikan dan menguntungkan sebagian pihak, beliau dengan amat berani tetap konsisten dengan keputusannya. Ibu Susi bisa dikatakan menteri yang tahan banting.

Jika mereka yang tak lagi muda bisa sesemangat itu, bagaimana dengan calon menteri millennial?

Secara pengalaman mungkin di bawah mereka, tetapi secara semangat kerja harusnya menteri millennial jauh berlipat-lipat di atas para menteri yang ada sekarang.

Calon menteri millennial yang akan membantu Jokowi harus sudah selesai dengan dirinya sendiri kalau tidak ingin berakhir di sel KPK seperti menteri-menteri yang sekarang atau pernah ditahan oleh KPK. Sulit memang. Dalam lima tahun ke depan ia harus rela menghabiskan masa mudanya semata-mata untuk kepentingan Negara.

Selain harus memiliki kecakapan keilmuan, calon menteri millennial juga harus memiliki kemampuan managerial dan kecakapan karakter yang lebih berani, tegas, gesit, tangkas, ramah berkolaborasi dan pandai membaca peluang. Oleh karena seorang menteri bekerja tidak sendiri, maka calon menteri millennial juga harus punya jaringan ahli yang tepat, jaringan bisnis global, dan barisan politik yang kuat. 

Agar visi misi Presiden dapat teroperasionalisai dengan tepat dan cepat, seorang menteri harus memiliki itu dan harus bisa mengatur ritme tiap-tiap jaringan bekerja.

Calon menteri millennial juga harus benar-benar paham tentang keberadaannya di ruang politik nasional. Jadi apapun yang dilakukannya, baik itu masalah pribadi sekalipun akan menjadi konsumsi publik dan sewaktu-waktu bisa menghantamnya turun dari tahta. Apalagi sekarang di era post truth yang amat gaduh, sejengkal saja ada yang menteri yang masuk ke ranah itu, semua orang akan berusaha untuk menjatuhkannya. Tidak tertutup kemungkinan bahwa yang akan melakukan itu berasal dari dalam kabinet sendiri.

Pak Jokowi tidak membutuhkan menteri millennial yang sekedar cantik atau tampan rupa, tapi Jokowi butuh menteri millennial yang bisa jadi teladan, beda dan menggoda. Sebab untuk apa memasukan menteri millennial jika tidak bisa 'membuat beda' dan tidak bisa 'menggoda' anak-anak muda lainnya untuk lebih tulus berbakti pada Negara.

Meskipun khalayak publik paham bahwa menteri mellenial yang kemungkinan besar akan terpilih nanti tidak akan langsung menempati pos-pos kementerian strategis seperti Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, Perdagangan, Sosial, dan sebagainnya. Tapi apapun itu, rakyat Indonesia sangat ingin melihat bagaimana larinya menteri muda itu di tengah para dedengkot politik kaum tua yang juga ikut berkompetisi.

Tak perlu juga kita mensederajatkan diri dengan Negara tetangga hanya karena sekarang memiliki menteri olahraga yang muda nan rupawan. Kelihatannya memang baik. Tapi menteri muda berusia 26 tahun itu bukan rujukan yang tepat. Sebagai salah satu Negara besar di Asia, Indonesia dituntut untuk bisa tampil sesuai dengan kebesarannya. Percayalah pemuda-pemudi Indonesia hari ini jauh lebih baik, asalkan para alay-alay politisi muda yang hari ini tampil bisa sadar diri.

Jokowi dan ring satu istana semoga tidak terjebak pada nama-nama yang banyak disodorkan elit hari ini. Sebab sebenarnya orang-orang yang memang pantas dan memiliki kapabilitas seperti yang dimaksud sering kali tidak terkait dengan kegiatan politik praktis yang hari ini tampil begitu rakus.

Millenial sendiri semakin tidak sabar menunggu siapa yang dipilih dan sebanyak apa yang mampu dilakukannya nanti? Apa akan menjadi kebanggaan bersama dalam sejarah kepemudaan kita, atau harus ikut menanggung malu karena dipercundangi teman segenerasinya sendiri.

penulis: Dhimas Kaliwattu

Program Manager Indonesia Controling Community

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun