Hari semakin sore. Kemacetan mulai terlihat di jalan-jalan sejauh pandangan mata. Ji'i masih duduk santai disebuah kursi hitam yang menghadap ke arah matahari terbenam. Tangannya terus mengelus-elus dagu sambil sesekali meneguk kopi. Ia teringat seniornya, Mas Seno yang sering memberinya peringatan "Alangkah mengerikannya menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kemacetan jalan. Ketakutan datang terlambat ke kantor. Tugas-tugas rutin yang tidak menggugah semangat, dan kehidupan seperti mesin yang hanya akan berakhir dengan pensiun tidak seberapa."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!