Mohon tunggu...
Humaniora

Aku dan Pohon Chamchuri

6 Maret 2017   00:25 Diperbarui: 6 Maret 2017   00:45 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pohon Chamchuri atau Albizia saman merupakan salah satu spesies tumbuhan yang banyak tumbuh di tempat kampusku menimba ilmu selama satu semester, Chulalongkorn University. Rupanya mirip dengan pohon beringin tetapi daunnya lebih jarang dibandingkan beringin. Aku tidak tahu padanannya dalam bahasa Indonesia dan aku juga tidak tahu mengapa pohon itu bisa bernama chamchuri begitu. Mungkin saja pohon itu dinamai seseorang yang bernama Syamsuri yang hijrah ke Thailand dan membawa bibit tanaman itu ke Thailand. Karena di Thailand tidak ada tanaman itu maka untuk menghormati jasanya namanya didedikasikan menjadi nama pohon itu  dengan sedikit perubahan, huruf sy menjadi ch. Ah,aku terlalu banyak mengkhayal.

Kembali ke benang putih, pohon chamchuri ini merupakan saksi bisu perjuangan kami mahasiswa student exchange.Saking banyak pohon chamchuri dikampus, banyak gedung yang dinamai berdasarkan nama pohon itu contohnya Chamchuri Square, Chamchuri 1,2,3,4,5 dan sebagainya. Sebagaimana menjamurnya chamchuri-chamchuri itu begitu juga dengan kami. Ternyata  selain kami, banyak juga mahasiswa student exchangedari berbagai negara selain Asia yang menimba ilmu disini. Saking banyaknya mahasiswa asing disini sampai ada pertanyaan yang terbesit dihatiku, sebagaimana kayanya kampus ini sehingga mampu membiayai segitu banyaknya mahasiswa asing untuk sinauneng kono?. Padahal kalau Kawan mau belajar disini lewat jalur reguler, biaya satu semestermya setara dengan 520 kardus mie instan.

Saban hari setelah solat jumat, aku dan temanku bertemu dengan seorang dosen yang mengajar disana. Kebetulan beliau juga berasal dari Indonesia tepatnya Kalimantan Timur.

                “ Kalian mahasiswa student exchangekah?”

                “ Iya pak”

                “ Wah kalian lumayan beruntung sekarang kampus sini sedang gencar-gencar nya ngasih beasiswa ke mahasiswa asing.”

                “ Iya kah pak?”

“ Iya. Istilahnya mereka ngeluarin beasiswa itu kayak keran air, melimpah sekali. Itu bagian dari strategi mereka untuk menggaet sebanyak-banyaknya mahasiswa asing dan menaikkan reputasi mereka. Makanya mereka mau investasi segede itu.”

Oalah, cemtu rupe e. Sekarang aku sadar di era globalisasi ini banyak sekali negara didunia ini yang menyediakan scholarship sehingga sebenarnya bisa aku simpulkan orang yang tidak tahu informasi beasiswa menurut istilah Pak Kajur kami, saudara ini kurang piknik. Bagaimana tidak, informasi saat ini mengalir begitu deras seperti senapan serbu semi-otomatis sehingga orang yang tidak tahu iniformasi beasiswa berarti dia terlalu sering memakai internet untuk hal yang kurang bermanfaat atau malah cenderung negatif. Mengutip kalimat pedangdut nomor wahid Indonesia Rhoma Irama, ‘Rambhathe ratha hayo, singsingkanh lenganh kalau kita mau majuuh!’

Aku terkesan dengan sistem pendidikan di kampus ini. Selain mereka mau mengeluarkan uang layaknya Dimas Kanjeng menggandakan uang tempo lalu, mereka juga menyediakan fasilitas yang mumpuni dalam menunjang proses belajar mengajar. Oke kita bahas dari sisi pengajar, di jurusanku yaitu Chemical Engineering atau bahasa jawa tengah barat bangkanya adalah Teknik Kimia saja semua mata kuliah diampu oleh dosen-dosen yang benar-benar mumpuni. Tidak ada dosen disini yang tidak Dr. atau Ph.D. dan semua dosen disini diwajibkan menghasilkan jurnal penelitian minimal dua jurnal per tahun kalau tidak, katakan wassalam kepada kampus. Ditambah lagi hampir semuanya adalah lulusan Eropa ataupun Amerika Serikat dan ketika mereka mau mengadakan penelitian, pihak kampus siap sedia memberikan fasilitas buat kepentingan mereka. Makanya dengan full supporteddari kampus tak heran dosen akan semakin terpacu kualitasnya dan dosen disini benar-benar paham setiap materi yang akan diajarkan. Misalnya saja dosen yang mengampu Termodinamika Teknik Kimia II, ada satu materi yang runyam dan abstrak seperti fugasitas tetapi beliau menjelaskannya dengan santai saja seperti menceritakan dongeng kupu-kupu dan kumbang kepada anaknya sedangkan disisi lain kami blingsatan bagaikan pedagang diuber kamtib dalam memahami substansi dari materi itu. Saat ini di era modern tak terelakkan penggunaan teknologi sudah merambah ke hampir tiap ranah tak terkecuali dunia pendidikan sehingga kawan-kawan yang kuliah sudah familiar dengan penyampaian materi kuliah melalui slide.Tak ada yang istimewa dari hal ini sebenarnya karena membuat slideitu gampang namun yang jadi masalah umum adalah seringkali kita membuat slidekita tidak paham substansi slidetersebut dan bagaimana agar slideitu menarik bagi audience. Seringkali aku temui masalah tersebut baik dikalangan dosen ketika mengajar maupun mahasiswa ketika ada tugas presentasi. Kita kadang tak paham akan hal itu sehingga seringkali audiencemenjadi pihak yang dirugikan. Selain mereka tidak dapat materi yang disampaikan kita juga membuang waktu mereka untuk menyaksikan slide tak berguna. Tetapi berbeda ketika kuliah disini, para dosen paham akan hal itu. Mereka membuat slideyang menarik dan minimalis tetapi mereka mampu menjelaskan materi dalam slidetersebut dengan gamblang. Walaupun mereka mengacu pada satu buku tetapi mereka tidak copassepenuhnya materi dari buku tersebut dan tidak ada slidemereka yang penuh dengan kalimat copasdari e-book. Tak heran Jurusan Teknik Kimia Chulalongkorn University masuk dalam jajaran Top 100 University QS World Ranking by Subject tahun 2016.

Kemudian perihal fasilitas penunjang belajar seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya hampir sama dengan Indonesia. Penguasaan dosen akan teknologi penunjang saya rasa sama dengan kita di Indonesia. Tetapi jika membahas fasilitas kampus lainnya, lumayan maju lah. Misalkan bus shuttle tetapi bedanya bus disini ramah lingkungan karena menggunakan energi listrik. Kemudian untuk mahasiswa disediakan dormitorydan dibedakan antara mahasiswa asli dengan internasional. Namun Kawan jangan silap membaca dormitoryseakan-akan itu gratis seperti di Indonesia. Fyi, untuk dormitoryuntuk mahasiswa internasional saja harus bayar 11000-22000 baht(Rp. 4.125.000-8.250.000) tergantung tipe kamarnya. Makanya dengan keadaan uang kami, tentu saja dormitoryitu bukan pilihan dan kami mencari disekitar kampus Alhamdulillah kami menemukan yang jauh lebih murah dari dormitoryitu. Arep mangan opo to lek men tinggal disane?.Kemudian untuk menyelesaikan masalah perut dengan makanan halal disini tersedia kantin halal dan murah. Letaknya tidak jauh dari kampus kami dan kantin ini punya gedung dengan nama: Chulachakrabong Square Building. Kemudian sebagai wong ndesoaku terkesima bahwa satu fakultas saja memiliki setidaknya satu gedung berlantai 20 sehingga banyak sekali gedung intelek disini. Selain itu kampus ini memiliki 3 pusat perbelanjaan dan semuanya berlokasi di Chulalongkorn University. Jika Kawan ke Bangkok dan ingin berbelanja, kurang afdol rasanya kalau belum belanja di MBK Center. Mal ini menyewa lahannya Chulalongkorn University. Padahal Chulalongkorn University  sudah punya pusat perbelanjaan lainnya seperti Chamchuri Square, Siam Discovery, Siam Paragon, dan Siam Center tetapi khusus untuk kaum horang kaya.Selain itu, kampus ini juga memiliki beberapa hotel,gedung perkantoran,kompleks olahraga nasional yang bernama National Stadium. Stadion ini juga sering menyelenggarakan event-event kelas internasional dan sekali lagi tempat-tempat ini juga miliknya Chulalongkorn University. Jadi bayangkan aliran dana yang masuk ke Chulalongkorn University dari bisnis sampingan mereka dan bisa disimpulkan inilah mengapa Chulalongkorn University mau mengeluarkan duit sebanyak itu untuk membiayai pelajar internasional.

Di Thailand agama Islam merupakan agama nomor dua terbanyak yang dianut masyarakat dengan komposisi 5,5 % menurut data dari Kanjeng Pak Su Wikipedia. Alhamdulillah menemukan sesuatu yang berbau Islam masih mudah di Bangkok. Misalnya mau sholat di fakultas saya mereka menyediakan Musholla. Dan beberapa tempat perbelanjaan atau di shelterBTS SkyTrain (disclaimer: bukan BTS yang dari Korea Selatan itu ya.. :D) mereka juga menyediakan Musholla atau istilahnya prayer room.Atau searchdi Google Maps, maka dalam radius beberapa meter atau kilometer ada Masjid. Contoh lain jika ke Bangkok, Kawan akan menemukan cukup banyak kampung muslim untuk sholat atau berburu makanan halal. Untuk laki-laki muslim, kalau hari jumat kebetulan ada di kampus dan mau sholat jumat tinggal datang ke Chulachakrabong Square Building disana disediakan ruangan untuk sholat jumat yang diselenggarakan oleh Muslim Chula Club. Hanya saja, khotbahnya dalam bahasa Thai dan saya sering tersentuh dan terharu dengan khotbahnya. Bukan karena isi khotbahnya, tetapi karena kami tidak paham khotibnya ngomong apa. Iki artine opo yo? Ape geh yang diumong e?.

Akhirulkalam, kira-kira itulah gambaran kehidupan akademis yang saya jalani di kampus tertua di Thailand ini. Dengan sistem pengajaran disini saya yakin walaupun hanya satu semester dapat membentuk pola pikir yang lebih sempurna dan membuka mata bahwa dunia tidak selebar daun kelor. Banyak hal yang kita anggap sudah kita kuasai sepenuhnya ternyata masih ada lagi lapisan ilmu yang belum kita pahami. Itulah hakikat dan esensi mengapa kita harus belajar. Makin sering kita belajar dan mendapatkan ilmu, seharusnya kita makin tunduk karena ilmu bukanlah hal yang musti disombongkan tetapi berguna bagi kemaslahatan umat. Untuk mendapatkan bernasnya ilmu kita kudu merantau jauh keluar kampung ataupun negeri kita. Junjungan Nabi Muhammad SAW saja pernah bersabda bahwa tuntutlah ilmu hingga kenegeri Cina. Karena pengalaman dan ilmu yang didapat dari rantau tidak akan dapat ditukar dengan 1000 kemewahan belajar di kandang kita sendiri. Keluarlah dari tapal batas negerimu-zona nyamanmu- dapatkan dan belajarlah ilmu dari mereka dan rasakan bagaimana budaya yang kontradiktif dengan budayamu mendidikmu tapi ingat jangan lupa balik ke kampung halamanmu untuk membangun daerah dan negerimu, ujar guruku ketika sekolah dahulu. Seperti pohon-pohon chamchuri yang menjadi tempat bernaung bagi para civitas academicaitu, aku berharap aku dapat menjadi manusia berguna dan bermanfaat bagi daerah dan negera. Bismillah,The struggle have been started!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun