Mohon tunggu...
Dhimas Andianto
Dhimas Andianto Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

A Fatboy who is a Wheel-to-Wheel Argy Bargy Enthusiast and a Food Preacher. Soon to be a Mechanical Engineer ?

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Setelah Asian Games Mau Lanjut ke Mana?

7 September 2018   12:15 Diperbarui: 7 September 2018   12:56 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arena da Amaznia, salah satu stadion baru yang dibangun untuk Piala Dunia 2014 (Sumber: copa2014.gov.br)

Kemudian perlu kita ketahui infrastruktur sepak bola Indonesia hingga detik ini masih sangat jauh dari kata siap. Stadion yang menurut saya pribadi sudah sesuai untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia hanyalah Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Stadion Patriot Bekasi serta Stadion Pakansari Bogor yang digunakan dalam Asian Games kemarin juga belum cantik dan indah layaknya stadion-stadion host Piala Dunia.

Arena da Amaznia, salah satu stadion baru yang dibangun untuk Piala Dunia 2014 (Sumber: copa2014.gov.br)
Arena da Amaznia, salah satu stadion baru yang dibangun untuk Piala Dunia 2014 (Sumber: copa2014.gov.br)
Negara tuan rumah Piala Dunia seperti Brazil dan Rusia membangun beberapa stadion baru untuk Piala Dunia. Sebelumnya pun bisa dikatakan kedua negara tersebut sudah memiliki stadion sepak bola yang lebih baik daripada Indonesia saat ini dan ternyata mereka masih perlu membangun stadion baru. Bagaimana dengan kita?

Indonesia memiliki peluang besar untuk sukses dalam menyelenggarakan Piala Dunia. Sepakbola telah menjadi budaya bangsa ini. Animo dukungan masyarakat Indonesia dapat dibilang salah satu yang terbaik di dunia. Tinggal seberapa siap pemerintah harus mengucurkan uang banyak dan mau kah masyarakat berkorban demi terselenggaranya Piala Dunia di bumi Nusantara.

Baik Olimpiade maupun Piala Dunia akan mendorong secara signifikan pamor Indonesia sebagai bangsa yang indah, bangsa yang beragam, serta bangsa dengan potensi besar.

Jika ingin melanjutkan menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 tentu akan sangat baik dan momentumnya pun sangat pas mengingat Asian Games yang sukses belakangan ini. Kalau ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia pun juga sama bagusnya walaupun pengorbanan yang dilakukan tentu lebih banyak.

Kalau ingin mengejar keduanya sekaligus bagaimana? Tentu kita harus belajar banyak dari Brazil yang baru saja menjadi tuan rumah baik Piala Dunia 2014 maupun Olimpiade Rio 2016 dengan jeda hanya dua tahun.

Stadion Maracana terbengkalai sejak Olimpiade RIo 2016 (Sumber: The Sun)
Stadion Maracana terbengkalai sejak Olimpiade RIo 2016 (Sumber: The Sun)
Kita ambil contoh kasus Stadion Maracana di Rio de Janeiro yang sangat legendaris. Dilansir dari culture trip, stadion ini direnovasi hingga menghabiskan 360 juta dolar AS yang hampir saja mengakibatkan kebangkrutan. Setelah digunakan pada Olimpiade, nasib stadion ini tidak jelas. Rencana awalnya stadion ini akan digunakan oleh klub Flamengo dan Fluminense selepas Olimpiade. Namun dengan jumlah penonton yang datang tidak sebanding dengan biaya sewa maka kedua klub tersebut memilih bermain di stadion lain.

Cerita miris juga datang dari stadion di kota Cuiab yang dialihfungsikan menjadi sekolah. Lahan parkirnya menjadi parkiran bus kota. Stadion Akuatik untuk cabang olahraga renang di kota Rio de Janeiro juga akan segera dialihfungsikan menjadi sekolah dengan situasi saat ini dalam kondisi mengenaskan.

Asian Games yang sukses membuat Indonesia kian optimis menyongsong masa depan. Olimpiade maupun Piala Dunia langsung menjadi target selanjutnya. Namun harus ada kajian lebih lanjut mengenai kearah mana sebaiknya kita melangkah. Belajarlah dari Brazil, jangan sampai Indonesia mengulang kesalahannya.

Sumber:

http://www.thejakartapost.com/travel/2018/06/28/2018-asian-games-time-for-indonesia-to-shine.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun