Kematian Jules Bianchi pada tahun 2015 akibat kecelakaan yang menimpanya saat GP Suzuka 2014 menjadi pukulan besar untuk penyelenggara Formula 1. Bagaimana tidak? Sejak tragedi GP Imola 1994 yang merenggut 2 nyawa pebalap yakni Ayrton Senna dan Roland Ratzenberger belum pernah ada lagi insiden fatal di olahraga jet darat tersebut sampai insiden yang menimpa Jules terjadi.
Jules Bianchi mengalami luka berat pada kepalanya akibat benturan dengan traktor yang ada di pinggir sirkuit. Saat itu traktor sedang mengangkut salah satu mobil kompetitor, yakni Adrian Sutil dari tim Sauber, yang menabrak tembok dan terjebak di area gravel. Pada saat itu pula Jules kehilangan kontrol di titik yang sama dengan Adrian sehingga mobilnya meluncur keluar trek dan menabrak traktor. Jules tak sadarkan diri hingga akhir hayatnya 10 bulan kemudian pada 17 Juli 2015. Kematiannya merupakan insiden fatal pertama di ajang F1 sejak Ayrton Senna meninggal di Sirkuit Imola pada tahun 1994.
Sejak peristiwa itu penyelenggara terus memperbarui regulasi terkait keamanan tiap musimnya. Berbagai perubahan-perubahan fundamental untuk mengamankan nyawa tiap pebalap telah dilakukan.
Berbagai ide seperti Aeroscreen dan Halo dipertimbangkan oleh manajemen F1 dan diuji prototipe-nya saat sesi latihan di beberapa seri balap F1.
Setelah serangkaian tes dan pengembangan akhirnya pada pertengahan musim 2017 pilihan jatuh pada Halo untuk langsung diterapkan pada musim 2018 ajang balap Formula 1 dan Formula 2.
Kendati begitu, kemunculan Halo menimbulkan pro dan kontra. Tidak hanya dari sisi para penggemar, namun juga para pilot jet darat itu sendiri.
Max Verstappen, Nico Hulkenberg, dan Kevin Magnussen pada awalnya menentang wacana tersebut dan alasan ketiganya pun serupa.
Selain membuat penampilan mobil F1 terlihat buruk, beban tambahan yang ditimbulkan juga memiliki efek besar pada performa mobil.
Desain Halo pun menurut mereka tidak memberi jaminan pasti untuk melindungi pebalap dari serpihan kecil karena ruang terbuka yang tersisa masih cukup lebar.
Namun di sisi lain pebalap senior seperti Sebastian Vettel dan Fernando Alonso sangat mendukung rencana ini.
Menurut mereka keselamatan pebalap adalah hal penting dan secara estetika pun ada banyak cara lain untuk mempercantik mobil F1.
Formula 1 harus terus maju dan berkembang mengikuti zaman termasuk di antaranya adalah meningkatkan keselamatan para pebalap. Kemudian masalah seperti visibilitas juga dipermasalahkan akibat adanya pilar cukup tebal di bagian tengah depan kabin.
Bahkan, di antara mereka pun menyebut bentuk mobil F1 saat ini layaknya sandal jepit.
Tetapi lucunya ejekan tersebut justru dapat dimanfaatkan oleh produsen sandal jepit asal Brasil, Havaianas, untuk memasangkan logonya pada perangkat Halo di mobil tim Racing Point Force India.
Selama musim 2018 sudah muncul berbagai bukti mengapa penggunaan perangkat keselamatan ini adalah tepat.
Pebalap pertama yang diselamatkan oleh Halo adalah Tadasuke Makino, pebalap Jepang yang berkompetisi di F2. Halo menyelamatkan nyawanya saat sesi Sprint Race di Barcelona, Spanyol.
Insiden ini terjadi ketika Makino dipepet oleh rekan senegaranya, Nirei Fukuzumi, sehingga keduanya bersentuhan. Kemudian mobil Fukuzumi pun terbang dan jatuh tepat di atas kepala Makino yang terlindungi oleh Halo.
Hulkenberg yang pada saat mengerem keempat rodanya terkunci, menabrak Alonso dari belakang. Kemudian mobil McLaren yang dikemudikan Alonso pun terbang dan mendarat di atas kelapa Leclerc. Dan lagi-lagi, Halo mellindungi keselamatan pebalapnya.
Leclerc merasa sangat beruntung dapat selamat dari cedera berkat perangkat keselamatan yang terbuat dari titanium tersebut. Terlebih pebalap asal Monako itu diselamatkan oleh perangkat yang dikembangkan sebagai respon dari kejadian yang menimpa sahabatnya, Jules Bianchi.
Seiring berjalannya musim balap F1, rasanya perangkat Halo sudah tidak mengganggu pandangan lagi. Keberadaannya pun sudah dianggap biasa oleh para penggemar F1.
Dari sisi pebalap pun beberapa sudah sempat merasakan manfaat dari Halo dan tentunya akan terus mendukung pengembangan perangkat tersebut, sehingga F1 menjadi olahraga yang semakin aman.
Bagaimana pun, nyawa seseorang jauh lebih berharga daripada estetika belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H