Mohon tunggu...
Dhimas Soesastro
Dhimas Soesastro Mohon Tunggu... -

Dhimas Soesastro; ini bukan nama sebenarnya, tetapi hanyalah sebuah Nama Pena untuk menulis sastra. Nama pena ini kupilih untuk menyatukan aku,ayah dan kakek.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesaksian Untuk Sang Panduta (#4)

31 Oktober 2012   11:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:09 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Perjalanan ke tanah suci? Kaki ini saksinya, Yang Mulia! Kaki ini memang telah membawanya ke tempat itu, bahkan serombongan dengan kaki-kaki para pendukungnya!”

“Ya, lalu? Apa yang Saudara Terdakwa lakukan disana??”

“Raja Panduta ini hanya melakukan sedikit ibadah Yang Mula, lebih tepatnya berpura-pura melakukan ibadah! Hati ini sebagai saksinya, ia tidak benar-benar melafazkan kalimat suci di hatinya ketika tafakur, atau lebih tepatnya pura-pura bertafakur!”

“Apa yang dilafazkannya??”

“Tidak ada Yang Mulia!!”

“Lalu?!”

“Hatinya kosong!? Yang ada hanyalah bayangan kenikmatan di benaknya tentang bagaimana malam-malam itu ia memeluk, mencumbui dan menyetubuhi Zubaidah! Tidak sekali, tetapi berkali-kali!”

“Ya, ya! Itu sudah kalian berikan kesaksiannya tadi, tolong jangan diulang lagi! Selain berpura-pura tafakur dan berdoa, apalagi yang Saudara Terdakwa lakukan disana??”

“Mereka berhari-hari rapat, bersubahat mengatur siasat pemenangan dan pembagian proyek, merancang strategi untuk memberangus lawan-lawan politiknya untuk melanggengkan kekuasaan!”

“Baiklah! Cukup! Cukup! Dengan demikian sudah jelaslah kini, bahwa apa-apa yang dibantah oleh Saudara Terdakwa tadi tidak lain hanyalah kebohongan belaka! Dengan demikian, sidang kali ini kami skors sementara waktu, menunggu mahkamah yang lebih tinggi untuk menentukan hukuman apa yang tepat dan adil bagi seorang pembohong seperti ini ?!”

“Tunggu Yang Mulia!!” Tiba-tiba, tangan Raja Panduta melambai-lambai kepada Ketua Majelis Mahkamah, seakan ingin mengatakan sesuatu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun