Mohon tunggu...
dillah chrysalis
dillah chrysalis Mohon Tunggu... -

Lebih baik menjadi orang yang pintar merasa, dari pada menjadi orang yang merasa pintar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Itu Akan Indah Pada Waktunya 4

4 Desember 2013   14:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:20 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“ kenapa Mia, soal ayah gw mutusin buat pulang besok dan lusa ke Bogor.”

“ nama gw Radit, bukan Mia” terdengar suara diseberang sana. Maura benar-benar merasa malu saat melihat nomor tak dikenal yang muncul di layar BBnya. Nomor yang membuat BB yang aktif sejak semalam walaupun Maura berencana untuk mematikan BB selama di Bali.

“ sorry, kirain temen gw.” Kata Maura malu

“ gw denger loe mau pulang besok?” tanya Radit.

“ iya, kenapa?”

“ gw  juga pulang besok, kalau gw tawarin buat ke bandara sama-sama gimana?”

“ boleh.”

“ oke, besok gw tunggu di lobby hotel jam sepuluh.”

“ oke.” Maura mematikan sambungan telfon dan bergegas kekamar mandi dengan sebuah senyuman. Maura berhenti setelah menutup pintu kamar mandi. “ akhirnya dia nelfon gw juga, gw kan udah nunggu dari semalam. Kelewatan banget ngabiarin gw nuggu.” Kata Maura mengembangkan senyum lagi. “ loh, kok gw jadi senyum-senyum sendiri gini.” Maura sadar dan menepuk pipinya buat gak mikirin Radit.

***

“ besok Maura pulang.” Kata Mia saat Radit sampai dimeja dengan dua minuman ditangnanya. “ dan lusa kita kebogor” kata Mia lagi

“ bukannya jadwal liburan Maura masih dua hari lagi.”

“ iya, tapi tadi aku telfon dia dan cerita soal ayah yang datang ke kost, mungkin Maura jadi kefikiran dan mempercepat liburannya. Aku jadi ngerasa gak enak udah ngerusak liburannya.” Kata Mia

“ Maura pasti ngerti, jangan difikirin.” Ray mencoba menghibur.

“ tapi kenapa aku ngerasa dia punya seseorang yang dia kenal disana ya.”

“ maksud kamu?”

“ ah bukan apa-apa, aku cuma lagi sok tau aja. Oh ya, gimana kabar mama kamu?”

“ kemarin aku udah kerumah sakit dan kata dokter dan suster jaganya, mama belum ada perkembangan.” Jawab Ray. Ibu Ray memang menderita sebuah penyakit. Karna penyakit itu jugalah, Ray hidup sendiri dengan pengawasan om dan tantenya sejak ia kelas 1 SMP.

“ semoga nanti ada perkembangan yang lebih baik buat mama kamu ya.” Kata Mia sedikti menghibur dan dibalas dengan senyum dari Ray.

***

“ kenapa tiba-tiba mau pulang lebih awal?” Tanya Radit

“ lagi ada masalah kecil sama keluarga, jadi gw harus pulang.” Jawab Maura

“ masalah apa?”

“ gw bikin bokap gw khawatir karna udah sebulan ini gw gak pulang kerumah bokap di bogor. bokap selalu berusaha buat ngejaga gw. Jadi kalau gw gak pulang sampai satu bulan gini, bokap pasti khawatir banget. Dulu pernah pas gw baru masuk sekolah SMA gw kehujanan pas jam pulang sekolah, gw bilang ke bokap kalau gw bisa pulang sendiri dan minta dia buat gak jemput gw. Bukan cuma karna gak mau dia repot karna gw, tapi juga gw gak mau kalau ada temen sekolah yang liat gw masih diantar jemput sama bokap. tapi ternyata gw butuh dia saat itu, karna ..”

“ karna tanpa loe tau sebenarnya banyak preman yang berkeliaran di daerah sekolah dan loe ketakutan pas mereka datang dan ngedeketin loe?” Tanya Radit. Maura mengerutkan kening bingung dengan perkataan Radit.

“ kok loe tau?” kata Maura benra-benar kaget karna Radit tau hal itu.

“ Maura Amanda Kusuma Putri. Anak tunggal sekaligus kesayangan bapak Harry Kusuma dan ibu Amanda. Loe bener-bener gak inget sama gw?” Tanya Radit. Maura jadi benar-benar bingung. Radit memang orang yang selalu dia cari dan dia harapkan, tapi Radit yang diharapkan Maura itu gak mungkin tau cerita waktu sekolahnya itu. Maura menggelengkan kepala sambil berfikir.

“ gw Raynaldi Rayhan. Bener gak inget?” Maura menatap Radit dan mengingat sesuatu.

“ loe Rayhan kakak kelas gw dulu ya, kakak kelas yang bantuin gw saat acara mos sekolah?” Tanya Maura karna gak yakin dengan ingatanya.

“ iia, itu gw. Ternyata ingatan loe payah juga ya.” Ledek Radit. Maura mengembangkan senyum manisnya dan menghiraukan ledekan Radit.

Maura memang lumayan mengenal Raynaldi Rayhan. Kakak kelasnya yang paling baik dan ramah. Saat itu Maura menjadi siswa baru di sekolah itu dan menjalani hukuman karna perlengkapan Mos yang diberikan panitia yang sudah disiapkan ketinggalan. Karna peraturan siswa baru tidak diperbolehkan membawa handphone, Maura jadi gak bisa menghubungi orang rumah. Disaat seperti itu Radit datang dan memberikan handphonenya pada Maura.

“ hubungin orang rumah loe buat nganterin perlengkapan Mos. Tapi jangan lama-lama, nanti ketauan panitia Mos. Gw tunggu disini sekalian liat kalau nanti ada panitia Mos loe.” Kata Radit dan meletakkan handphonenya ditangan Maura. Maura yang bingung masih diam dan menatap gak percaya ada kakak kelas yang baik disaat sepert ini. “ buruan, atau loe mau ketauan panitia Mos dan leo kena hukumannya lagi?”

“ oh iia iia, makasih kak.” Kata Maura dan menghubungi bundanya. Kurang dari setengah jam perlengkapan Mos Maura sudah ada disekolah diantar oleh bundanya. Maura sangat berterima kasih pada Radit. Sejak saat itu Maura jadi dekat dengan Radit.

Sebenarnya saat itu Radit sudah menggunakan nama Radit sebagai nama panggilannya. Walaupun nama itu benar-benar tidak cocok dengan nama aslinya. Maura bingung kenapa dia sama sekali gak berfikir kalau Radit ini adalah Radit kakak kelasnya dulu. Mungkin karna yang diharapkannya bukan Radit yang ini. Padahal dulu Maura pernah menyimpan rasa pada Radit kakak kelasnya itu. Tapi karna Radit yang akan lulus dan akan emneruskan kuliahnya di Bandung, Maura menyimpan rapat rasa itu. Tapi sekarang Maura benar-benar bahagia saat Radit disampingnya sekarang.

“ kok loe malah bengong?” kata Radit membuyarkan ingatan Maura.

“ gw seneng bisa ketemu loe lagi kak” kata Maura dengan senyuman. “ kenapa loe gak bilang dari awal kalau sebenernya loe kenal gw?’ Tanya Maura

“ loe aja yang payah, gw udah kasih tau nama panggilan dan nama asli gw itu sama loe, yang dulu selalu loe bilang nama gw paling aneh sedunia, tapi masih aja gak inget sama gw. Menurut loe gw harus kasih tau apalagi biar loe inget.” Kata Radit.

“ maaf deh, beneran gak kefikiran bakal ketemu sama loe lagi disini. Dan gw seneng”

“ gw juga seneng bisa ketemu loe lagi. Apalagi sekarang loe makin cantik. Dan kayanya lebih berani dari pada dulu pas jaman sekolah. Sekarang udah bisa pergi jalan sendiri ya neng?” Radit meledek Maura seperti preman yang suka ada di sekolah dulu. Maura tertawa saat mendengarnya. Suara Radit yang dibuat seperti preman tadi malah membuatnya terdengar lucu.

“ ya berani lah, masa ia udah 24 tahun gini gak berani jalan sendiri. Oh ya kak, loe tinggal dimana sekarang?”  Tanya Maura dan berlanjut dengan pertanyaan dan cerita lainnya.

Maura dan Radit melanjutkan ceritanya hingga malam tiba. Mereka kembali ke hotel  bersiap untuk pulang besok pagi. Bahagia yang Maura rasakan meringankan semua masalah yang diterimanya akhir-akhir ini. Maura gak sabar untuk pulang dan menceritakan semua yang terjadi selama dia di Bali ini pada Mia dan Ray.

Sedangkan malam itu Radit juga sama bahagianya seperti yang Maura rasakan. Gak nyangka kalau dia akan merasakan perasaan ini lagi setelah sekian lama hubungannya kandas dengan seorang gadis yang membuatnya menutup hati untuk perempuan manapun. Walaupun kejadian itu sudah terjadi saat ia masih duduk di bangku SMA, tapi perasaan itu gak bisa hilang sampai sekarang ini.

Dulu saat Radit masih SMA, dia pernah pacaran dengan adik kelasnya yang masih SMP. Beda umur mereka hanya dua tahun. Saat Radit masuk SMA, gadis itu masih SMP kelas satu. Tapi, saat kenaikan kelas dua, gadis itu pindah dengan semua keluarganya ke Bandung karna ayahnya pindah tugas disana. Radit gak rela kalau gadis puajaannya itu pindah ke Bandung dan memutuskan hubungan yang belum lama itu. Radit tidak benar-benar memutuskan hubungannya dengan sang gadis. Bagaimana mungkin Radit memutuskan hubungan dengan gadis yang sudah sangat lama ia sayangi itu.

Radit menyayangi gadis itu saat ia masih SMP dan gadis itu masih SD. Tapi karna merasa gak pantas pacaran dengan anak SD, Radit memendam rasa itu begitu lama. Hingga dia punya kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dan mereka pacaran. Tapi saat gadis itu memutuskan untuk pindah ke Bandung bersama keluarganya, hubungan mereka pun berakhir karna Radit ngotot gak mau pacaran jarak jauh. Sedangkan gadis itu merasa gak keberatan selama Radit masih bisa dipercaya. Itu sebagai tanda kalau gadis itu juga menyayangi Radit dan gak mau berpisah dari Radit. Tapi sayang sikap emosian Radit gak mau mendengarkan penjelasan gadis itu.

Hingga saat keberangkatan gadis itu ke Bandung, Radit gak mau menemui gadis itu apa lagi ikut menemaninya ke bandara. Tanpa dia tau kalau hari itu, hari terakhir mereka berkomunikasi. Semunggu setelah gadis itu pergi, Radit mencoba menghubunginya, tapi handphone gadis itu gak aktif dan mereka benar-benar kehilangan kontak. Radit sangat menyesali keputusan emosinya saat itu.  Mungkin karna itulah hingga saat ini belum ada wanita lain yang bisa menggantikan gadis kecil pujaannya itu.

***

Hari ini Ray berencana untuk menjenguk mamanya di rumah sakit. Walaupun belum ada perkembangan yang menunjukkan kesembuhan mamanya, Ray tetap setia menemani mamanya itu kapanpun Ray punya waktu luang. Ray selalu berharap, dengan seringnya Ray mengunjunginya, sang mama bisa cepat sembuh dan bisa sedikit berfikir kalau Rayhan anaknya selalu dan sangat membutuhkannya. Menurut dokter bukan hanya Ray yang harus datang dan menemani untuk membantu kesembuhan mama, tapi ada dua orang lagi yang harus Ray bawa kerumah sakit, namun Ray gak mungkin mengajak dua orang yang dimaksud dokter itu. Dua orang yang benar-benar hilang tanpa jejak.

“ mau ke rumah sakit ya Ray?” Tanya tantenya.

“ iia tan, om belum pulang?” Tanya Ray lagi.

“ belum. Kamu kan tau sendiri, Om kamu kalau udah main kerumah temennya pasti lupa waktu. Oh ya, ini tante masakin makanan kesukaan mama kamu dulu, tante nitip ini ya buat mama kamu.” Kata tante Ray

“ oh makasih tan, Ray pamit kerumah sakit ya.” Kata Ray dan mencium tangan tantenya dengan hormat. Tante Ray tersenyum bangga melihat keponakannya ini tumbuh dengan sangat baik. Tumbuh menjadi pria yang baik, tanggung jawab, dan sangat menyayangi keluarganya.

“ hati-hati ya.”

“ iia tan, Ray pergi ya. Assalamualaikum.” Kata Ray menuju pintu keluar.

“ Kak Ray mau kemana?” Tanya Dinda yang baru pulang sekolah. Anak tantenya itu baru masuk SMA dan terlihat manis dengan seragam abu-abunya itu. Ray sangat menyayangi Dinda. Apapun yang Dinda butuhkan, Ray akan berusaha untuk memenuhinya. Apalagi Dinda anak yang pintar

“ mau ke rumah sakit, kamu langsung ganti baju, shalat, makan, trus kerjain PR nya ya. Kalau kamu ngantuk tidur, tapi kalau gak tidur bantuin mamah kamu beresin rumah. nanti hpnya kakak sita kalau kamu main hp terus.” celoteh Ray pada gadis mungil didepannya itu. Yang dicelotehin malah nyengir kuda, merasa kalau kakaknya itu selalu tau apa yang akan dia lakukan. Dinda memasukan hpnya kedalam tas dan mengangkat tangan memberi hormat.

“ siiap bos.”

“ ya udah kakak pergi dulu, Asslamualaikum.” Kata Ray saat Dinda mencium tangannya. Terdengar jawaban salam dari Dinda saat Ray ingin masuk kemobil.

“ kak Ray tempat makannya ketinggalan.” Teriak Dinda dan berlari menghampiri Ray

“ oh iia, makasih ya Din.” Kata Ray dan Dinda mengangguk.

“ kak Ray.” Kata Dinda ragu dan menghentikan langkah Ray.

“ kenapa, Dinda punya masalah?” Tanya Ray menutup pintu mobil saat Dinda hanya diam. Ray gak mungkin meninggalkan adiknya itu kalau ada yang mau diceritakan.

“ ah gak kok kak,” kata Dinda kata Dinda cepat. “ aku mau nanya aja dimana keadaan tante akhir-akhir ini.” Kata Dinda

“ oh, belum ada perubahan sih, doain aja ya semoga mamanya kakak bisa cepet sembuh dan bisa kumpul sama kita disini.” Kata Ray dengan senyuman. Dia tau Dinda pasti merasa gak enak menyinggung masalah penyakit mamanya.

“ Dinda pasti doain buat tante. Kak, jangan sedih ya kalau tante belum ada perubahan. Aku, mama, sama papa pasti selalu dampingin kakak untuk semua keputusan dan apapun yang terjadi nanti. Aku sayang banget sama kak Ray. Sama kaya kak Ray sayang sama aku.” Benar apa yang difikirkan Ray, Dinda pasti merasa gak enak menyinggung penyakit mamanya.

“ kaya kak Ray sayang sama Dinda? Kapan ya aku bilang gitu ke Dinda? Kayanya gak pernah deh. Coba kakak inget dulu ya.” Kata Ray sambil melihat keatas untuk berfikir.

“ iih kak Ray, aku serius tau.” Kata Dinda cemberut. Ray tertawa melihat adiknya itu.

“ Dinda, dengerin kakak ya. Mama itu udah sakit lebih dari lima tahun, itu udah bikin kakak capek kalau harus sedih selama itu. Jadi yang kakak lakuin sekarang tinggal berdoa dan tetap kuat buat mama. Aku akuin sih, sayangnya kamu dan keluarga kamu yang sama kaya sayangnya kakak ke Dinda.” Ray menekankan kata sayangnya kakak ke Dinda dan membuat Dinda malu. “ itu bikin kakak semangat kok. kamu, tante, dan om bukan cuma jadi saudara buat kakak, tapi kalian itu orang yang terpenting buat aku. Dinda salah kalau mikir kakak sedih, selama kalian ada dalam hidup kakak, kakak gak ngerasa ada masalah sama mama kakak.” Kata Ray menyentil hidung mancung Dinda.

“ bagus deh kak, tau gak sih kak, kalau aja kak Ray bukan sepupu Dinda, aku pasti bakal jadiin kak Ray sebagai incaran buat jadi pacar dan suami aku nanti.” Kata Dinda jinjit berusaha mencium pipi Ray, setelah berhasil ia hanya senyum dan berlari masuk kerumah. Ray dibuat kaget dengan ulah adiknya itu. Dinda memang anak yang manja pada Ray, kadang itu membuat Mia cemburu berat. Ray kembali masuk mobil untuk kerumah sakit saat melihat Dinda sudah bersama mamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun