Mohon tunggu...
dillah chrysalis
dillah chrysalis Mohon Tunggu... -

Lebih baik menjadi orang yang pintar merasa, dari pada menjadi orang yang merasa pintar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Itu Akan Indah Pada Waktunya - 3

26 November 2013   16:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:39 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“ kalau tau loe juga kesini, tadi kita bareng aja naik taksinya. Nama gw Radit” Pria itu mengulurkan tangannya pada Maura. Nafas Maura terasa benar-benar berhenti saat pria itu mengucapkan satu nama itu. Radit??? nama yang gak asing . Maura ragu untuk menjawab, namun akhirnya ia membalas uluran tangan Radit.

“ nama loe Radit? “ bukannya menjawab, Maura malah balik bertanya saat mengingat seseorang yang dekat dengannya.

“ Bokap maunya Aldi, karna nama lengkap gw Raynaldi Rayhan. Sebenarnya gak nyambung, tapi gw lebih suka dipanggil Radit karna suatu masalah keluarga gw. Jadi gw gak peduli nyambung atau gak.”

“oh gitu.” Kata Maura singkat

“ nama loe? “

“ oh sorry, gw Maura” kata Maura sadar dari lamunannya. Pembicaraan panjang tak terhindarkan saat mereka berjalan menyusuri pantai itu bersama. Radit pria yang menarik menurut Maura, namun ia masih tak ingin mengambil kesimpulan mengingat hubungannya yang selalu kandas ditengah jalan. Just friend, itu yang Maura fikirkan tentang Radit. Meskipun tak bisa disangkal, ketampanan pria itu sangat sulit untuk tetap berfikir mereka hanya teman biasa. Radit benar-benar menarik parhatian Maura.

Hari berikutnya Maura jadi semakin akrab dengan Radit. Keakraban yang jarang bagi Maura. hubungannnya dengan Faiz belum terlalu lama kandas, tapi ia sudah berani dekat dengan pria lain selain Rayhan. Maura sangat ingin berbagi cerita ini dengan Mia dan Rayhan, tapi niat itu tak pernah dilakukannya. Maura tak ingin Mia berharap banyak Radit bisa mengobati sakit hati Maura. Maura memutuskan untuk tidak terburu-buru dalam menemukan tambatan hatinya.

***

Maura berjalan menuju meja rias kamar hotel tempat ia meletakkan tasnya. Ia merogoh ta situ dan menemukan dompetnya disana. Membuka dompet dan tersenyum tenang saat melihat foto masa kecilnya dengan seseorang yang tak pernah ia lupakan hingga saat ini. Seseorang yang senyumnya selalu bisa menenagkan hati Maura. Seseorang yang selalu mengisi hatinya yang kosong dan terkunci.

“ Pangeran tampan dan baik hati, aku kangen sama kamu. Bahkan sampai sekarang. padahal aku gak tau kamu dimana, rindu ini selalu ada buat kamu. Kamu dimana sekarang? Kamu gak nepatin janji kamu buat nemuin aku ditaman itu.” Kata Maura sambil tetap memandang gambar itu. Matanya terasa mulai panas. Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja. Dengan cepat Maura menghapus air mata dipipinya itu.

“ apa mungkin Raynaldi Rayhan itu Radit pangeran aku ya? Nama panggilannya sama Radit” Maura mulai berharap Raynaldi adalah pangerannya. “ Ya tuhan sadar Maura, yang namanya Radit banyak. Bahkan pacarnya Mia bernama Raditya Rayhan. ada Radit nya jugakan,  Relasi dikantor juga Radit, sampai tukang laundry langganan aku juga Radit” Kata Maura pada dirinya sendiri. Mulai putus asa dan menangis hingga terlelap dalam tidurnya.

***

Maura bangun saat suara BB nya berbunyi menandakan ada telfon masuk. Sedikit menyesal karna semalam dia mengaktifkan lagi BBnya. Dilihat dari layar handphone, tertera nama Mia sahabatnya disana.

“ kenapa Mi?” Maura masih malas-malasan saat baru bangun tidur.

“ loe kemana aja sih Mau, kenapa baru angkat telfon sekarang. Asik jalan jangan gitu dong, masa temen sendiri sampai dilupain gitu.” Cerocos Mia.

“ ia maaf.” Jawab Maura singkat.

“ cuma maaf?” kata mia kesal.

“ kan gw bilang, gw lagi gak mau diganggu siapapun, ini karna lupa matiin BB aja, makanya loe berhasil ganggu hari gw.” Kata Maura sok galak, padahal dia tersenyum membayangkan apa reaksi sahabatnya itu saat ini.

“ Mauuraaaa… loe kok gitu sih sama gw. Disini gw khawatir sama loe, tapi loe malah cuek bebek gitu? Loe tau gak sih gw sampai mau nyusulin loe kesana karna takut loe kenapa-kenapa.” Kata Mia dan Maura melepaskan tawanya.

“ itu kan emang tujuan loe dari awal. Huu” jawab Maura.

“ he, iya gw juga mau ikut kesana Mau, kenapa sih loe harus jalan sendiri kalau bisa gw temenin. Emang harus sesendiri itu ya sampai gw aja gak boleh ikut.”

“ bukannya gak boleh ikut Mi, tapi gw emang bener-bener pengen sendiri. Lagian kalau ada apa-apa, gw pasti hubungin loe kok.” Kata Maura

“ ya udah terserah loe, ge nelfon cuma mau ngabarin, tadi ayah datang ke kost nanyain kabar loe. Mungkin dia tau kalau loe lagi ada masalah sama faiz. apalagi ayah udah tau tentang Faiz juga.” Jelas Mia. Maura keget saat Mia menceritakan itu. Hubungan Maura dengan ayahnya memang sangat dekat. Saat awal hubungannya dengan Faiz, Maura lebih dulu memberitahukan pada ayahnya. Buat Maura, ayahnya adalah sosok pria idamannya. Pria yang tegas, kharismatik, adil, dan selalu mengajarkan untuk selalu menerima takdir yang kita terima. Maura selalu nyaman jika mendapat saran dari orang paling bijaksana dalam hidupnya itu. “ Maura” kata Mia menyadarkan Maura.

“ kenapa Mi? ayah bilang apa?” tanya Maura

“ ayah nanya kenapa loe gak pulang ke rumah satu bulan ini.” Kata Mia. Maura mengakuinya. Sebelum Maura menghadiri acara pertunangan Faiz yang menyakitkannya itu, Maua sudah dua minggu gak pulang kerumah orang tuanya di Bogor.

“ trus loe jawab apa?” tanya Maura lagi

“ gw bilang loe lagi banyak kerjaan akhir-akhir ini, jadi gak sempet ngabarin ke ayah dan bunda. Gw juga bilang sekarang loe lagi di Bali, tapi gw bilang loe kesana karna alasan kerjaan. Ayah juga bilang kalau loe udah pulang kita disuruh ke Bogor.” Jelas Mia. Ayah gak cuma dekat dengan Maura anak kandungnya, dia juga menganggap Mia sahabat Maura sejak SMA itu juga sebagai anaknya sendiri. Semenjak itu Maura dan Mia punya dua ayah dan dua bunda. itu membuat persahabatan mereka seperti bukan hanya sahabat, tapi sudah seperti keluarga.

“ oh, thanks Mi, gw masih belum mau bilang sama ayah soal Faiz.” kata Maura.

“ iya gw ngerti, nanti kalau loe udah siap aja bilangnya. Ya udah lanjutin aja liburan loe, masalah ayah, kan udah bisa diurus.” Kata Mia dan menutup telfon. Ada rasa bersalah pada diri Mia saat memberikan kabar itu pada Maura. dia tau Maura pasti memikirkan kecemasan ayahnya saat ini. Maura memang memikirkan kecemasan sang ayah, Maura berfikir untuk mempercepat kepulangannya ke Jakarta dan pergi ke Bogor bersama Mia.

Maura sejenak melupakan kabar dari Mia barusan dan beranjak untuk mandi dan pergi dari hotel ini. Hari ini Maura berencana untuk memuaskan liburannya, tapi karna berita tentang ayah dari Mia tadi, Maura memutuskan untuk mempercepat semua kegiatannya di bali dan pulang lebih cepat dari jadwal yang dirancanakannya. Setelah mengambil baju dari kopernya, BB Maura berbunyi lagi.

“ kenapa Mia, soal ayah gw mutusin buat pulang besok dan lusa ke Bogor.”

“ nama gw Radit, bukan Mia”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun