Pemilu telah usai, saatnya kembali beraktivitas, hirup pikuk kampaye capres cawapres seakan memudar seiring berjalannya waktu. Siapapun presiden dan wakil presiden yang terpilih nantinya, sebagai warga negara yang baik tentu kita harus tetap mendukung satu sama lain demi mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih baik, adil, makmur, dan sejahtera. Pemilu kali ini memang banyak menuai cerita cerita unik, salah satunya yang akan saya bahas kali ini mengenai mudik pemilu.
Sebagai mahasiswa rantau tentunya momen libur panjang ini merupakan kesempatan untuk pulang ke kampung halaman masing-masing, tak hanya mahasiswa para pekerja pun turut mendapatkan libur yang sama. Hal ini menyebabkan terjadi pembludakan penumpang terutama di beberapa terminal dan stasiun kota.
Salah satunya adalah Terminal Purabaya, atau lebih populer dengan nama Terminal Bungurasih. Terminal ini merupakan terminal bus tersibuk di Indonesia (dengan jumlah penumpang hingga 120.000 per hari), dan terminal bus terbesar di Asia Tenggara. Terminal ini berada di luar perbatasan Kota Surabaya, tepatnya berada di Desa Bungurasih, Kecamatan Waru, Sidoarjo. Terminal ini melayani rute jarak dekat, menengah, dan jauh.
Saya sendiri memutuskan untuk pulang H-1 sebelum pemilu dilaksanakan, sengaja agar saat mencoblos nanti, Â posisi sudah dirumah dan tidak terlalu dikejar waktu. Saat itu saya menunggu bus di Terminal Bungurasih sekitar pukul 13.30 WIB. Begitu sampai memang sudah terlihat ratusan calon penumpang menunggu kedatangan bus jurusan mereka masing-masing.
Saat bus datang pun kerumunan orang saling berebut untuk masuk ke dalam bus, tidak seperti biasanya hari itu memang bus langka keberadaanya, jadi membutuhkan waktu cukup lama untuk menunggu kedatangan bus. Hingga pukul 15.00 WIB akhirnya saya dan seorang teman saya mendapatkan bus jurusan daerah kami.
Tak sampai di situ, perjalanan yang harusnya bisa ditempuh selama 5 jam kini harus ditempuh dalam waktu 8 jam. Begitu sampai dirumah saya pun mendapat  kabar dari beberapa saya yang kebetulan pulang di hari itu juga. Mereka bilang keadaan terminal Bungurasih begitu padat, teman saya yang menunggu bus dari sore hari hingga pukul 10 malam tak kunjung mendapatkan bus jurusannya, akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke kos karena malam juga semakin larut. Â
Hingga tengah malam, penumpukan penumpang di Termina Bungurasih, Sidoarjo belum juga berkurang. Bahkan semakin malam jumlah penumpang yang hendak pulang kampung untuk mengikuti coblosan pemilu 2019 terus berdatangan. Salah seorang teman saya juga menceritakan hal yang sama, dia mengatakan baru mendapat bus menjalang rabu pagi (dini hari) "semalam saya ngga tidur, nunggu bus di pagi baru dapat".
Menumpuknya penumpang di terminal ini disebabkan oleh jumlah penumpang yang mudik libur panjang coblosan pemilu 2019 menumpuk. Selain itu juga karena armada bus tidak mencukupi untuk mengangkut penumpang.Selain berkurangnya armada bus, kepadatan penumpang juga disebabkan karena sejumlah bus mengalami keterlambatan merapat ke terminal karena kondisi jalan malam itu yang benar-benar padat  sehingga menimbulkan kemacetan total di sejumlah ruas jalan mulai Sidoarjo ke barat menuju Mojokerto, Jombang, Nganjuk, dan lain-lain. Begitu juga ruas jalan Surabaya ke arah timur seperti Pasuruan, Probolinggo, Malang, dan lain-lain.
"Armada yang sudah keluar dari terminal Bungurasih ini ada sekitar 700-an. Dan ini kita usahakan seluruh Perusahaan Otobus (PO) untuk dikeluarkan, sampai dengan malam ini ada sekitar kurang lebih 50 ribu penumpang yang ada di Terminal. Dan terus bertambah" Ujar Koordinator Terminal Bungurasih, Ibnoe Sri Srisoejatmiko.
Bisa dikatakan, libur pemilu ini hampir menyamai sibuknya mudik hari raya idul fitri, antusiasme masyarakat terhadap pemilu ini sangat tinggi, walaupun sebenarnya pemilu tidak harus dilaksanakan di daerah asal, (karena bisa pindah TPS dengan keterangan A5) namun kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk pulang ke kampung halaman masing-masing sekaligus merasakan pemilu bersama keluarga.
Walaupun pemilu telah usai, namun rasanya masih membekas hingga sekarang. Tidak bisa dipungkiri memang pesta demokrasi tahun ini benar-benar berbeda, banyak hal-hal unik yang patut untuk dibahas. Sudah tidak ada lagi kampanye-kampanye yang bernuansa 1 atau 2. Sebagai warga negara yang baik, tentunya kita harus yakin dan percaya bahwa tidak ada presiden yang buruk, setiap pemimpin pasti mempunyai pandangan serta tujuan yang baik untuk memajukan bangsa ini.
Tetap semangat, mungkin itu sedikit cerita perjalanan kami saat libur pemilu kemarin, bagaimana dengan ceritamu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H