Mohon tunggu...
Andhika CahyaPermana
Andhika CahyaPermana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMY

hobi saya bermain game, bersepeda, dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Toxic Kid

11 Januari 2024   08:20 Diperbarui: 11 Januari 2024   09:03 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pola asuh permisif akan menghasilkan kharateristik anakanak yang tidak patuh, manja kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, kurang matang secara sosial, menghasilkan kharateristik anak yang agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, harga diri rendah, sering bolos dan bermasalah degan teman.

Penyelesaian dalam permasalahan pola asuh anak yang salah sebenarnya bisa di atasi dan diperbaiki dengna mengganti pola asuh yang permisif menjadi  pola asuh yang demokratif. Dimana pola asuh orang tua yang tetap memberikan kebebasan kepada anak tetapi juga anak diberikan peraturan atau batasan sehingga anak bisa memahami perilaku atau ucapan yang benar atau salah.

Dilansir dari buku Kecanduan Gadget Pada Anak Usia Dini karya Slyview Puspita.

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak dan memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan. Pengaruh pola asuh demokratis yaitu akan menghasilkan karakteristik anakanak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya.

Salah satunya dengan memberikan batasan waktu dan mengawasi anak saat menonton atau menggunakan youtube. Sehingga anak-anak masih tetap bisa menonton dan mengakses video youtube dengan benar. Durasi dalam menggunakan gadget seorang anak hanya boleh berada di depan layar I jam setiap harinya (Starburger, 2011 ). Hal ini senada dengan asosiasi dokter anak amerika dan canada yang mejelaskan bahwa penggunaan gadget pada anak perlu diatur untuk durasinya.

Pada anak usia 3-5 tahun I jam perhari dan pada usia 6-18 tahun 2 jam perhari. Adanya pengunaan gadget lebih dari waktu yang ditentukan akan membawa beberapa efek negatif yaitu. Anak akan menjadi malas untuk bergerak. Anak akan cenderung untuk lebih senang dengan gadgetnya sendiri dan tidak mau bersosialisasi (Rowman). Durasi waktu 30 sampai I jam pada anak di merupak waktu yang ideal dalam bermain gadget. Penggunaan gadget pada anak pada usia di bawah 2 tahun sangat tidak disarankan bahkan diusahan untuk tidak terpapar sama sekali.

Referensi :

Maulidya Ulfah, M. Pd.I. (2020). DIGITAL PARENTING

Bagaimana Orang Tua Melindungi Anak-anak dari Bahaya Digital?

https://www.google.co.id/books/edition/DIGITAL_PARENTING/wzsBEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Sylvie Puspita, S.Kep., Ns., M.Kep (2020). MONOGRAF: Fenomena Kecanduan Gadget Pada Anak Usia Dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun