Pagi itu aku dibangunkan oleh dering handphone yang sangat mengganggu, cahaya matahari masuk ke kamarku menandakan hari yang cerah. Ternyata orang yang menggangguku adalah Doni, dia menelpon ku lagi setelah banyak sekali miss call dari nya.
"Bro bangun lah, projek kita udah ga ada revisi lagi nih," ucap seorang teman yang lebih banyak bicara daripada usaha.
Dengan perasaan hati yang tidak jelas aku pergi dari kasur dan bersiap untuk pergi ke kantor. Hari itu sangat cerah tetapi terlihat banyak sekali gumpalan awan hitam di langit, seperti seseorang yang tersenyum bahagia diatas kesedihan orang lain.
Mengendarai mobil futuristik dengan tenaga listrik, aku melaju sambil memperhatikan sekeliling. Gedung pencakar langit menjulang tinggi diatas kepala para kepala keluarga yang berusaha mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, ada pula para pekerja kebersihan yang sedang menyapu kenyataan bahwa mereka tidak seperti orang yang berada di bawah gedung pencakar langit. Aku tancap gas terus menuju jalan bebas hambatan hingga sampai di kantor ku, sebuah startup yang baru saja mencapai level Decacorn.
Suasana tidak seperti biasanya, hari ini banyak sekali orang yang datang ke kantor ku. Teriakan demi teriakan mulai terdengar, ternyata mereka melakukan demo karna dampak pengurangan karyawan, tepat seperti apa yang aku pikirkan.
"woy jalanan ga ditutup tuh di depan?" tanya Doni.
"emang gimana gua bisa sampe sini kalo ditutup," balas ku.
Kami masuk dan pergi mengambil sarapan, lalu bergegas ke ruang mentor untuk membicarakan kelanjutan projek.
Aku masuk ke ruang itu dan terkaget karena hampir semua pimpinan di perusahaan hadir saat itu, ternyata mereka memang orang orang egois yang sangat antusias perihal pengurangan karyawan yang berarti pengurangan pengeluaran.Â
Mereka benar benar mensuport aku yang mempunyai ide itu, dan bersiap melakukan apapun yang memang seharusnya dilakukan untuk pengurangan pengeluaran. Projek yang kami rencanakan adalah projek kecerdasan tanpa batas yang sangat bisa membantu kehidupan manusia, pertemuan di sudahi dan kami sepakat untuk terus melanjutkan projek.
Keadaan di luar semakin kacau, para pendemo sudah mulai merusak dan memaksa masuk ke dalam. Karyawan yang berada di dalam di evakuasi ke lantai paling atas untuk mencegah kemungkinan yang tidak diinginkan, aku yang seharusnya bisa pergi dari kantor harus bersabar menunggu situasi kondusif agar bisa keluar dengan tenang.Â