Mohon tunggu...
Dhifal Dui R
Dhifal Dui R Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa

Student in Department of Agroindustrial Technology

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Indonesia Darurat Moral

26 Mei 2019   22:23 Diperbarui: 26 Mei 2019   22:34 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi yang semakin canggih sebenarnya bertujuan untuk memudahkan kehidupan dan memajukan peradaban manusia. Tetapi, hal itu dapat juga memudahkan terjadinya penurunan moral manusia. Sering kali orang tua memberikan gawai kepada anaknya sejak umur yang sangat dini. 

Hal ini dapat menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat namun juga dapat menjadi sesuatu yang fatal bagi pembentukan karakter bangsa. Jika digunakan sebagai media pembelajaran anak, hal itu dapat menjadi sesuatu yang sangat dianjurkan. 

Tetapi, kesalahan orang tua adalah dengan memberikan video games yang tidak terpantau dan tidak diberikan batasan penggunaan permainan tersebut, apalagi memberikan akun media sosial pada anak. Oleh karena itulah banyak anak dan remaja yang tidak bisa lepas dari telepon genggam mereka dan mengposting hal yang tidak baik serta mengomentar dengan cara yang tidak berpendidikan.

Banyak kasus terjadinya perlawanan siswa maupun orang tua siswa terhadap guru/kepala sekolah, tak jarang pula hal itu menyebabkan terjadinya tindak kekerasan, bahkan ada juga guru yang meninggal karena hal tersebut. Anak-anak yang berani menggunakan gawai mereka di depan guru yang sedang mengajar, ada juga yang sengaja memancing emosi guru dengan membuat hal yang tidak senonoh seperti melawan guru, tidak menghormati guru dan ada pula yang sampai menghina guru. 

Itu semua terjadi karena kebijakan mengenai dilarangnya pendidik melakukan tindakan ancaman terhadap anak didiknya seperti hukuman dan sebagainya. Hal tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak baik. Siswa semakin berani kepada guru, orang tua siswa yang menuntut hukum kepada guru yang bahkan hanya mencubit siswanya karena tidak mengerjakan tugas, sampai akhirnya guru tersebut kehilangan pekerjaannya. 

Sebenarnya yang salah siapa? Guru tersebut atau siswa yang tidak mengerjakan kewajibannya? Itulah yang membuat banyak guru yang akhirnya masa bodoh terhadap masa depan anak didiknya. Mau jadi apa penerus bangsa ini? Membiarkan generasnya hancur dengan sendirinya? Sistem Pendidikan Indonesia, tapi kita tidak menemukan didikan sedikitpun dari guru bahkan dari para orang tua. Seharusnya namanya berubah menjadi Sistem Pembelajaran Indonesia, karena yang diajarkan sekolah hanyalah materi, bukan pendidikan karakter.

Maka dari itu, terdapat beberapa solusi yang dapat menyelesaikan masalah moral ini, yaitu :

  • Perlu dilakukannya seminar parenting yang baik dan benar. Mengenai pembentukan karakter anak.
  • Perlu ditanamkannya sikap berfikir sebelum bertindak, dengan cara memberikan nasihat mengenai hal-hal yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat pada anak-anak sejak dini.
  • Memberikan pembatasan penggunaan gawai kepada anak. Memang tidak salah memberikan permainan pada anak karena mereka juga membutuhkan kesenangan, tetapi perlu juga dilakukannya pembatasan penggunaan agar terbentuk karakter yang dapat memanajemen waktu dengan baik. Fyi : Bill Gates saja pendiri Microsoft tidak memberikan gawai pada anaknya sebelum umurnya mencukupi.
  • Mengembalikan sistem award and punishment.

Sebenarnya ini masih terdapat pro dan kontra. Memang memberikan hadiah adalah jalan terbaik agar dapat memancing anak untuk dapat melakukan hal yang baik, tetapi tidak lupa juga untuk menggali potensi anak di bidang yang benar serta bertanya mengenai cita-cita sang anak, dan selalu menanamkan bahwa sebenarnya kewajiban-kewajiban yang mereka lakukan adalah jalan untuk menggapai cita-cita mereka sendiri. Orang tua juga tidak boleh menuntut prestasi terhadap anak, tetapi hanya membujuk anak untuk selalu melakukan kewajibannya.

Sedangkan untuk hukuman, hal ini yang telah dihapuskan di negara Indonesia. Sebenarnya masyarakat Indonesia salah mengartikan hukuman, karena kebanyakan mereka menganggap bahwa satu-satu jalan untuk menghukum adalah dengan cara kekerasan. Seharusnya kekerasanlah yang dilarang, bukan hukuman itu sendiri. 

Jika siswa melanggar suatu kewajiban atau tata tertib, hukuman bisa dilakukan berupa penyitaan gawai, pelarangan bermain. Jika disekolah, suruh membersihkan lapangan, dsb. Tetapi lakukan secara halus dan jangan terlalu menekan, itu semua hanya untuk memancing anak untuk dapat selalu bertindak disiplin dan mengerjakan kewajibannya.

Begitulah hal yang penulis ingin sampaikan, jika ada yang bertanya "Mengapa penulis lebih sering menggunakan kata 'anak'?" itu karena pembentukan karakter yang baik harus dilakukan sedini mungkin, karena kedewasaan seseorang bergantung bagaimana didikan orang tersebut di masa kanak-kanaknya. Sekian dari penulis, mohon maaf bila ada kesalahan kata. Jangan lupa untuk selalu berjuang menuju Indonesia yang lebih baik! Salam Sukses!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun