Mohon tunggu...
dhias ananda
dhias ananda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sering Dipandang Sebelah Mata, Padahal Bonggol Jagung Penyelamat Lingkungan

12 November 2018   17:38 Diperbarui: 12 November 2018   18:02 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemanfaat berbagai limbah memang sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Bisa dibilang jaman sekarang tidak ada yang disebut dengan limbah, karena hampir semua bahan bisa berubah menjadi sebuah karya. Sama halnya dengan bongkol jagung, sering kali orang-orang hanya mengambil buah jagungnya saja kemudian membuang bongkol jagung karena mereka merasa bahwa bongkol jagung hanyalah limbah yang tidak bisa dimanfaatkan.

Seperti pada peribahasa yang sangat terkenal adalah "habis manis sepah dibuang" begitulah nasib si bongkol jagung yang dipandang sebelah mata. Pemanfaatan bonggol jagung sebenarnya sangatlah bervariasi, namun sampai saat ini sebagian besar masyarakat yang memanfaatkan bonggol jagung hanyalah untuk pakan ternak saja atau bahan olahan industri lainnya yang tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dengan perkembangan jaman, bonggol jagung mulai dilirik dan dimanfaatkan untuk bahan kuliner, bahan kerajinan, bahan bakar, bahan bakar gas, hingga bahan pembuatan plastik.

Bonggol jagung yang digunakan untuk bahan plastik pada dasarnya dilakukan karena bonggol jagung mengandung senyawa selulosa yang dapat mengikat kimia plastik dengan baik. Ini adalah ide yang masih jarang dan belum populer di masyarakat Indonesia, namun sudah dilakukan di berbagai negara maju seperti Jepang. Jika ide ini dikembangkan dan berhasil, maka akan sangat baik karena bahan plastik yang berasal dari bonggol jagung akan ramah lingkungan dan menggantikan bahan selulosa plastik yang sangat berbahaya. Kandungan selulosa pada bonggol jagung sangatlah tinggi, ini yang membuat bonggol jagung dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan plastik karena bongkol jagung merupakan material yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi biopolimer jenis selulosa asetat

 Selulosa asetat dan kitosan dapat dipadukan menjadi suatu biopolimer yang dapat dijadikan pembungkus atau kemasan produk makanan dengan kemampuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme khususnya bakteri,sehingga makanan yang terdapat dalam kemasan akan lebih bertahan lebih lama.

Komposisi kimia pada bonggol jagung meliputi lignin, abu, alkohol-sikloheksana, dan selulosa. Dari keempat komponen tersebut, selulosa merupakan komponen yang paling tinggi diantara lainnya, hampir 40% kandungan bonggol jagung adalah selulosa. Hasil analisis kimia dari bonggol jagung juga mengandung hemi selulosa, alfa selulosa, karbon, nitrogen, dan kadar air. Sebelum dilakukan hidrolisis terhadap bonggol jagung, diperlukan perlakuan pendahuluan berupa delignifikasi atau penghilangan komponen lignin. Delignifikasi ini perlu dilakukan karena lignin merupakan penghambat utama pada proses hidrolisis selulosa. Lignin yang melindungi selulosa bersifat tahan terhadap hidrolisis karena adanya ikatan aril alkil dan ikatan eter.

Jenis plastik biodegradabel dapat mengalami penguraian yang lebih cepat dibandingkan dengan plastik non-biodegradabel, sehingga plastik biodegradabel tidak akan mengganggu keseimbangan alam. Keuntungan lain dari plastik biodegradable atau plastik yang dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme dan terurai lebih cepat dibandingkan plastik sintesis. ketika dibuang kealam yakni akan lebih mempercepat kesuburan tanah yang diakibatkan terurainya plastik dengan membentuk unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah. Pendapat lain tentang defenisi plastik biodegradabel adalah suatu material dalam kondisi tertentu dan waktu tertentu dapat mengalami perubahan struktur kimiawinya akibat mikroorganisme seperti bakteri ,jamur dan algae. Selain itu juga plastik biodegradabel adalah suatu polimer yang berubah kedalam senyawa dengan berat molekul rendah ,dimana paling sedikit satu tahap pada proses degradasinya melalui metabolisme organisme secara alamiah. Indonesia adalah negara sangat potensial untuk dapat memproduksi plastik biodegradabel dengan potensi produksi pertanian berupa jagung yang cukup besar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun