Mohon tunggu...
Dhian Pratiwi
Dhian Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

everyone sees beauty differently. it is all in perspective : in the eye of the beholder

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN BTV 3 UNEJ Ajang Mahasiswa Kota Probolinggo Memberdayakan UMKM

2 September 2021   09:01 Diperbarui: 2 September 2021   09:07 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back To Village III yang diadakan oleh Universitas Jember, membuat mahasiswa Universitas Jember menjalankan KKN di kampung halamannya masing-masing. Keadaan pandemi yang sedang berlangsung saat ini memicu mahasiswa untuk tetap aktif serta melakukan pengabdian kepada masyarakat di daerahnya masing-masing. 

Pengabdian tersebut dilakukan untuk menerapkan hal-hal apa saja yang telah di dapatkan selama menempuh perkuliahan.  Sebelum di adakannya KKN kepada masyarakat, mahasiswa Unej telah mengurus berkas perizinan pada Pemerintah Daerah setempat agar kegiatan dapat diketahui dan berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan mengenai perizinan.

Mengenai sasaran yang dipilih merupakan seorang ibu rumah tangga yang berusaha mencukupi kebutuhan keluarga dengan berjualan. Adapan bentuk jualannya berupa makanan mulai dari nasi kuning, nasi rames, lontong sayur hingga menu jajanan seperti pizza, catepilar dan berbagai macam olahan roti. Hal tersebut tentu masuk dalam tema KKN Back To Village III yaitu Program Pemberdayaan Masyarakat Terdampak Covid 19. 

Seperti yang telah kita ketahui bahwa dengan adanya pandemi, kehidupan masyarakat mengikuti perubahan baik di bidang sosial maupun ekonomi. Di bidang ekonomi lebih fokus pada pedagang yang biasanya berjualan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Berbagai macam peraturan yang dibuat oleh Pemerintah mengenai ketentuan saat masa pandemi covid 19 mulai dari karantina wilayah, lock down hingga saat ini mencapai PPKM. Keterbatasan mobilitas masyarakat untuk keluar bebas seperti biasanya sangatlah berdampak bagi pedagang yang setiap harinya menggantungkan rezeki dari hasil dagangannya kini harus berputar otak bagaimana masyarakat tetap bertahan agar membeli dagangannya tersebut.

Bertemu dengan sasaran dan mendengarkan ceritanya membuat kami sebagai mahasiswa KKN berpikir bagaimana program-program yang seharusnya dijalankan agar para wirausaha tetap eksis dengan mendapatkan pelanggan. 

Setelah mendengarkan ada beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan bagaimana sasaran sealu berusaha melakukan inovasi dengan mengubah dagangya mengikuti apa yang sedang dicari oleh masyarakat, hanya untuk membuat dagangannya tetap dibeli oleh orang lain. Beberapa kali dagangan melakukan perubahan dengan menjual berbagai macam jualan. Melalui Kuliah Kerja Nyata ini lah, mahasiswa mencoba membantu untuk memberdayakan usaha mereka untul lebih dikenal bisa bertahan di tenah keadaan pandemi hingga mendapatkan pelanggan yang lebih bertambah.

Setiap hari sasaran wirausaha saya berjualan dari pagi pukul 07.00-10.00 dikarenakan sasaran sudah cukup berumur dia membatasi waktunya untuk disisihkan dengan beristirahat. Beliau berjualan di sebuah tempat yang awalnya digunakan putrinya untuk berjualan minuman. Karena putrinya sudah menikah maka beliau yang melanjutkan untuk menggunakannya berjualan. 

Bagi saya saat pertama kali mendatangi tempat berjualan sasaran terdapat sesuatu yang kurang sebagai penunjuk bahwa sasaran saya tengah di tempat tersebut. Dari jalan nampak tidak terlihat , bagi pembeli yang ingin membeli mungkin harus berhenti dahulu untuk sekedar melihat apa saja yang dijual. Begitu pula dengan branding produknya maasih kurang. Padahal, saya melihat adanya potensi dari jualan tersebut agar dikenal oleh masyarakat banyak diluar sana. Dengan mencoba berbagai macam jualan, saya rasa juga akan pas ketika berada di lidah orang lain dengan harga yang sangat terjangkau.

Dengan begitu saya mencoba untuk melakukan pemberdayaan dimulai dari pendampingan dalam pembuatan produk. Saya mendampingi sasaran pagi sebelum tempat jualannya dibuka. Beliau bersiap dari rumahnya menuju depan gang rumahnya untuk berjualan. Tak hanya itu, saya juga mencoba untuk membantu beliau dalam hal mengantar pesanan karena diawal keluhan beliau kepada saya adalah beliau tidak bisa mengantar terlebih jika jaraknya cukup jauh, karena selain beliau tidak bisa menggunakan sepeda motor suami beliau juga sudah cukup berumur jika harus bolak balik mengantar pesanan. 

Inovasi-inovasi dalam produk, kemasan maupun pemasaran coba untuk saya mulai dengan mengawali berdiskusi mengenai stiker ataupun logo dalam produknya. Dari saran dan kemauan beliau saya mencoba untuk mengaplikasikan kepada desain stiker dan telah selesai sehingga produknya diberi stiker. Begitu pula dengan kemasan yang semula saya mencoba mengganti dengan kemasan yang cukup menarik sehingga dapat menambah minat calon pembeli untuk membeli. Inovasi-inovasi itulah yang terus saya bangun dari hari per harinya, agar berguna dan bermanfaat bagi sasaran saya sehingga membuat dagangannya bertahan dan tetap eksis walaupun saat pandemi covid 19 saat ini.

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun