Mohon tunggu...
Dhian Darmastuti
Dhian Darmastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Haloo!!This is Dhian

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Kunci Sukses UMKM : Wulan Bakery Tingkatkan Laba Lewat Strategi Cerdas Analisis Biaya

11 Desember 2024   19:20 Diperbarui: 11 Desember 2024   20:50 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

UMKM tidak hanya menjadi pilar ekonomi Indonesia tetapi juga mendorong inovasi dan solusi lokal ditengah tantangan ekonomi global. Namun, dibalik potensinya, UMKM pastinya memiliki tantangan besar yang harus dihadapi, salah satunya adalah dalam mengelola keuangan secara efisien. Permasalahan seperti alokasi biaya yang tidak tepat, ketidaktahuan tentang analisis keuangan, serta kurangnya strategi berbasis data sering kali menghambat pertumbuhan mereka.

Salah satu solusi yang dapat diandalkan adalah penerapan konsep akuntansi manajemen, khususnya melalui Analisis Biaya-Volume-Laba (BVL). Metode ini membantu UMKM memahami antara biaya, volume penjualan, dan laba, sehingga mereka mampu merencanakan strategi keuangan dengan lebih baik. Dengan analisis Biaya-Volume-Laba (BVL), UMKM dapat memiliki panduan yang jelas dengan menentukan prioritas, mengelola resiko, da mengoptimalkan laba.

Wulan Bakery, sebuah UMKM di Kota Surakarta, memproduksi beragam jenis roti, termasuk Banana Muffin sebagai produk unggulan. Sebagai bisnis yang baru berkembang, Wulan Bakery menghadapi tantangan menentukan jumlah produksi dan penjualan yang ideal untuk mencapai target laba. Artikel ini membahas bagaimana Wulan Bakery menerapkan Analisis Biaya-Volume-Laba untuk mengoptimalkan kinerja bisnis mereka dan memberikan pengetahuan bagi UMKM lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis titik impas (break-even point) dan margin kontribusi, serta memanfaatkan Margin of Safety dalam menghadapi ketidakpastian pasar.

Hal pertama yang dilakukan adalah mengklasifikasikan biaya tetap (seperti biaya penyusutan alat produksi, Wi-Fi, dan sewa outlet) dan biaya variabel (seperti bahan baku, biaya tenaga kerja, dam biaya kemasan). Data ini kemudian digunakan untuk menghitung titik impas, margin kontribusi, dan unit penjualan yang diperlukan untuk mencapai target laba.

Menghitung Titik Impas sebagai Langkah Awal

Data yang diperlukan dalam menghitung titik impas adalah total pendapatan, biaya tetap, dan biaya variabel. Dalam satu bulan Wulan Bakery dapat menjual 500 pcs Banana Muffin dengan harga jual Rp. 6000 per pcs. Sehingga pendapatan dari penjualan Banana Muffn adalah Rp. 3000.000. Untuk biaya tetapnya Wulan Bakery mengeluarkan biaya sebesar Rp. 590.000 dan biaya variabel sebesr Rp. 2.116.000. Sehingga titik impas dapat dihitung menggunakan pendekatan laba operasi dengan rumus :

            Laba Operasi = (Harga Jual x Unit) – (Biaya variabel x Unit) – Biaya Tetap

Dari perhitungan yang dilakukan Wulan Bakery perlu menjual 334 pcs Banana Muffin untuk mencapai titik impas, Dimana total pendapatan sama dengan total biaya. Pada titik ini, perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.

Merencanakan Target Laba yang Realistis

Melalui analisis BVL, Wulan Bakery dapat menentukan jumlah penjualan yang diperlukan untuk mencapai target laba tertentu. Misalnya, untuk meraih laba Rp. 400.000, mereka harus menjual 560 pcs Banana Muffin. Didapat dari perhitungan menggunakan rumus diatas. Analisis ini memberikan dasar strategis untuk mengarahkan usaha pemasaran dan produksi, memastikan setiap Langkah memiliki dampak langsung terhadap profitabilitas.

Mengoptimalkan Margin Kontribusi

Margin kontribusi, yaitu selisis antara harga jual dan biaya variabel, memainkan peran vital dalam menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba. Laporan laba rugi menunjukkan bahwa 70,53% pendapatan digunakan untuk menutupi biaya variabel. Dimana angka tersebut didapat dari :

Rasio Biaya Variabel = Biaya Variabel    x 100%

                                                    Penjualan

Sementara 29,47% (100 – 70,53) sisanya menjadi margin kontribusi, yang digunakan untuk menutupi biaya tetap. Setelah biaya tetap terpenuhi, sisa margin kontribusi menjadi laba bersih perusahaan. Angka ini memberikan ruang strategis untuk merancang efisiensi lebih lanjut, misalnya melalui pengurangan biaya bahan baku atau optimasi proses produksi.

Manajemen Resiko dengan Margin of Safety

Dalam menghadapi ketidakpastian permintaan pasar, Margin of Safety menjadi indikator penting. Apa itu Margin of Safety? Margin of Safety adalah batas aman bagi sebuah perusahaan jika mengalami penjualan dalam batas tertentu, perusahaan tidak akan mengalami kerugian. Margin of Safety dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

= Penjualan – Titik Impas

Dan untuk Rasio Margin of Safety menggunakan rumus :

= Margin of Safety   x 100%

            Penjualan

Dengan metode Margin of Safety, Wulan Bakery dapat mengukur batas aman penjualan sebelum mengalami kerugian. Dari total 500 pcs Banana Muffin, Margin of Safety didapatkan 166 pcs atau 33,2%. Ini berarti penjualan dapat turun 33,2% sebelum perusahaan mencapai titik impas. Strategi ini memberikan fleksibilitas dalam menghadapi fluktuasi pasar, sepert penurunan permintaan.

Kesimpulannya dari hasil analisis ini memberikan manfaat besar bagi Wulan Bakery dan UMKM lain yang ingin meningkatkan efisiensi operasional dan perencanaan bisnis. Sehingga Wulan Bakery dapat memahami hubungan antara biaya, volume penjualan, dan laba. Dengan mengetahui titik impas, margin kontribusi, dan margin of safety, UMKM dapat merencanakan target penjualan dan laba yang lebih realistis serta menghadapi resiko pasar dengan lebih baik.

Sebagai rekomendasi UMKM disarankan untuk rutin melakukan analisis Biaya-Volume-Laba untuk merencanakan keuangan dengan lebih akurat dan efisien. Melaui pendekatan ini, pelaku usaha dapat memahami hubungan antara biaya, volume penjualan, dan laba, sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dalam pengelolaan keuangan. Selain itu, mengadopsi teknologi sederhana, seperti aplikasi pembukuan digita, dapat mempercepat proses pengumpulan dan pengolahan data biaya, menjadikan pengelolaan operasional lebih efisien. Di sisi lain, diversivikasi produk dan peningkatan promosi di media sosial dapat menjadi strategi tambahan yang efektif untuk meningkatkan penjualan sekaligus menjaga Margin of Safety. Dengan menerapka strategi yang terencana dan berbasis data, UMKM dapat membangun pijakan yang kuat berkembang di tengah persaingan pasar yang semakin ketat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun