Mohon tunggu...
Dhia Imara
Dhia Imara Mohon Tunggu... Penulis - Manusia biasa yang segalanya masih belajar

Jadikan menulis sebagai bekal untuk menimbun manfaat dan berkah dunia akhirat demi menggapai jannah-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Rindu untuk Sang Mentari

15 Maret 2022   11:04 Diperbarui: 15 Maret 2022   11:10 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Terkadang rasa rindu menimbulkan penat dan pilu tersendiri bagi para penikmatnya. Ya, seperti halnya Sang Mentari, Ia sama seperti candunya aroma petrikor pada hujan. Datang menimbulkan bahagia dan kesejukan, pergi meninggalkan keindahan rindu yang entah sampai kapan akan berakhir.

Hal yang sangat manusiawi, jika kita rela menempatkan rasa rindu di dalam lubuk hati, untuk mereka yang istimewa. Hadirnya rindu, justru menuai banyak makna paling berarti dalam hidup. Rindu, membuat kita menikmati perjalanan penuh penantian, tentang proses bagaimana mampu untuk terus memahami dan saling sabar. Di samping itu, banyak dampak yang kita rasakan, jika rasa rindu dalam diri terus menumpuk bahkan mampu meluap bersama waktu. Beberapa di antaranya yaitu :

1. Rasa tidak bergairah untuk mengisi energi 

Ada banyak cara manusia untuk bisa mengisi energi atau stamina dalam dirinya. Rindu, tak jarang membuat penikmatnya merasa malas untuk mengisi energi. Ya, rasanya energi itu dapat kembali muncul ke permukaan, jika momen pertemuan bersama Sang Mentari (yang di rindu) telah tiba.

2. Jam tidur kurang teratur

Setiap dari kita pasti memiliki jam tidur versi masing-masing. Namun, entah mengapa jam tidur kita menjadi kurang teratur, semenjak rindu tumbuh di dalam benak. Mungkin karena pertemuan dengan Sang Mentari (yang di rindu) adalah sesuatu yang paling berharga? Ya, bisa saja.

3.  Tubuh mengalami trend "Greges," dan "Lemes"

Tak khayal, dua dampak yang sebelumnya telah Penulis jelaskan di atas, menjadi sebab dari poin ketiga ini. Rindu bahkan mampu membuat penikmatnya merasakan euforia trend greges dan lemes, kalau sudah sampai di titik ini, apa yang perlu kita lakukan? 

Memaksa diri untuk tidak rindu. Itu ide bagus, dan terlihat sangat mudah. Namun, bukannya menjadi pergi, justru rindu itu kian melekat lho! Jadi jangan coba-coba hehe. Atau dengan memajang foto Sang Mentari (yang dirindu) di wallpaper kamar dengan ukuran 5x5 m? Itu juga ampuh, tapi hanya 30% (dibaca : sesaat) saja, nanti juga kita akan merasakan rindu kembali, sama saja bohong dong.

Salah satu cara ampuhnya yaitu, "Mengagendakan untuk bertemu." Jangan menjadi manusia yang kebanyakan gagigu (ragu), sampaikan saja kepada Sang Mentari, bahwa kamu sedang rindu dan ingin segera bertemu. Jujur lebih baik ketimbang diam bukan? Sepakat!

Diatas, adalah bentuk catatan singkat yang saya tulis sebagai salah satu penanda rindu kepada Sang Mentari. Namun, ada satu yang perlu kita tau, jika sedang merasakan euforia rindu, nikmati saja perjalanannya, alunkan di dalam doa kepada Sang Pencipta Semesta. Sebab, ada saatnya beberapa rindu harus kita simpan baik-baik, bahkan kita ikhlaskan dan selipkan hanya dalam, "Doa."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun