Mohon tunggu...
Park Ha
Park Ha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Just try to be slow

INFP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Disparagement Humor

16 Desember 2023   14:54 Diperbarui: 17 Desember 2023   13:48 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://siaranjabodetabek.com/baca/20231207/mengenal-im-si-wan-aktor-multitalenta-asal-negeri-ginseng.html

Dalam bersosialisasi, semua percakapan yang terjadi tidak dapat selalu berjalan apa yang kita harapkan. Berharap semua respons yang terlontar dari orang lain akan sesuai dengan kepribadian yang kita miliki, berharap semua akan baik-baik saja, tanpa ada "goresan" yang terbekas di sepanjang percakapan.

Bagaimana jika dalam sebuah percakapan tiba-tiba ada sebuah gurauan yang ternyata itu mengguncang dirimu. Bagaimana dengan gurauan itu, harga dirimu dipertaruhkan. Harga dirimu direndahkan, hanya untuk memuaskan keburuhan mereka dengan merugikan orang lain. Terlebih lagi jika itu dilakukan oleh orang-orang terdekat kita. Lalu, apakah kita harus berusaha untuk mengubah apa yang mereka lakukan? Mungkin terdengar cukup sulit. Tetapi, tidaklah sulit jika permasalahan itu dapat kita atasi sendiri. Seperti contoh, temanmu selalu menertawakannmu di setiap kesalahan yang kamu lakukan, teman terdekatmu yang selalu menyindir cara berpakaianmu yang buruk, atau orang sekitarmu yang selalu menyindir makanan yang dibawa saat acara kumpul. Mungkin seseorang sudah terbiasa dengan hal ini, tetapi tidak ada suka dengan perlakuan semacam ini. Atau adakah memang yang menyukainya? Tetapi sebagian besar orang tentu tidak akan ada orang yang menyukai hal ini.

Hal apakah yang membuat "Humor yang Meremehkan" menarik? 

Dalam sebuah teori yang dikemukakan oleh Pluto, "Teori Superioritas" bahwa seseorang menggunakan sebuah humor yang "meremehkan" ini memiliki kebutuhan untuk merasa lebih baik dari orang lain. Mereka menciptakan sebuah kondisi dengan merendahkan orang lain, mereka akan bangkit. 

Terdapat beberapa sifat yang perlu diketahui tentang bagaimana seseorang terlibat dengan kondisi ini. 

1. Katagelastisme 

Suka menertawakan orang lain. Menggunakan humor yang kejam sebagai sebuah strategi adaptif pribadi untuk menghindari ejekan dari orang lain, dan mendapatkan kembali harga diri. Menurut seorang Profesor di bidang Psikologi, mereka menggunakan teknik adaptif ini agar merasa superior dan kemungkinan berasal dari masa kanak saat mereka ditertawakan oleh teman-temannya. 

2. Gelotofobia 

Takut ditertawakan. Sifat kedua ini kemungkinan juga berasal dari masa lampau yang menjadi sasaran para pelaku intimidasi. Tetapi, alih alih mereka membangun sifat "superioritas" seperti yang dijelaskan di atas, seseorang disini cenderung sangat sensitif dengan perlakuan "Merendahkan." Begitu pula, ketika ada orang lain yang direndahkan. 

3. Gelotofilia

Suka ditertawakan. Seseorang dengan sifat ini memiliki sifat ekstroverts, spontan, dan percaya diri dan senang untuk memanfaatkan situasi yang canggung dengan sebaik-baiknya. Seseorang dengan sifat ini menganggap hal tersebut adalah bentuk kekaguman dan penghargaan dari orang lain. Mereka akan menganggap sebuah hal yang "Meremehkan" adalah hal yang lucu.

Termasuk dalam manakah sifat yang kita miliki di atas, hal tersebut mempengaruhi bagaimana humor yang "Meremehkan" ini akan berdampak padamu. 

Mungkin saja Anda termasuk orang yang senang menjadi bahan candaan orang lain. Tetapi sebagian besar orang tentu memiliki sifat katagelastisme yang tinggi. 

Lalu, hal yang penting adalah bagaimana cara mengatasi hal tersebut? 

Caranya adalah dengan Memaksakan diri untuk mendekati sifat gelotofilia. 

Teman terdekatmu mungkin hanya ingin menggunakan candaan ini agar merasa lebih dekat denganmu. 

Jika mungkin pelaku itu adalah orang yang tidak dikenal, kamu dapat menganggapnya sebagai memang kebutuhannya untuk merasa superioritas daripada orang lain dan merasa dirimu adalah sasaran "empuk."

Dalam sebuah penelitian mengungkapkan, bahwa apapun kasusnya untuk selalu mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dihadapi. 

Jangan menjadikannya sebuah beban, tapi cobalah untuk berpikir dari sudut pandang yang lain, dengan begitu ketentraman harimu tidak ada terganggu hanya karena kamu direndahkan orang lain, melainkan dirimu sebenarnya adalah orang yang lebih besar.

Referensi: 

www.psychologytoday.com/us/blog/fulfillment-at-any-age/202104/the-best-way-to-handle-someone-who-puts-you-down 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun