Dalam bersosialisasi, semua percakapan yang terjadi tidak dapat selalu berjalan apa yang kita harapkan. Berharap semua respons yang terlontar dari orang lain akan sesuai dengan kepribadian yang kita miliki, berharap semua akan baik-baik saja, tanpa ada "goresan" yang terbekas di sepanjang percakapan.
Bagaimana jika dalam sebuah percakapan tiba-tiba ada sebuah gurauan yang ternyata itu mengguncang dirimu. Bagaimana dengan gurauan itu, harga dirimu dipertaruhkan. Harga dirimu direndahkan, hanya untuk memuaskan keburuhan mereka dengan merugikan orang lain. Terlebih lagi jika itu dilakukan oleh orang-orang terdekat kita. Lalu, apakah kita harus berusaha untuk mengubah apa yang mereka lakukan? Mungkin terdengar cukup sulit. Tetapi, tidaklah sulit jika permasalahan itu dapat kita atasi sendiri. Seperti contoh, temanmu selalu menertawakannmu di setiap kesalahan yang kamu lakukan, teman terdekatmu yang selalu menyindir cara berpakaianmu yang buruk, atau orang sekitarmu yang selalu menyindir makanan yang dibawa saat acara kumpul. Mungkin seseorang sudah terbiasa dengan hal ini, tetapi tidak ada suka dengan perlakuan semacam ini. Atau adakah memang yang menyukainya? Tetapi sebagian besar orang tentu tidak akan ada orang yang menyukai hal ini.
Hal apakah yang membuat "Humor yang Meremehkan" menarik?Â
Dalam sebuah teori yang dikemukakan oleh Pluto, "Teori Superioritas" bahwa seseorang menggunakan sebuah humor yang "meremehkan" ini memiliki kebutuhan untuk merasa lebih baik dari orang lain. Mereka menciptakan sebuah kondisi dengan merendahkan orang lain, mereka akan bangkit.Â
Terdapat beberapa sifat yang perlu diketahui tentang bagaimana seseorang terlibat dengan kondisi ini.Â
1. KatagelastismeÂ
Suka menertawakan orang lain. Menggunakan humor yang kejam sebagai sebuah strategi adaptif pribadi untuk menghindari ejekan dari orang lain, dan mendapatkan kembali harga diri. Menurut seorang Profesor di bidang Psikologi, mereka menggunakan teknik adaptif ini agar merasa superior dan kemungkinan berasal dari masa kanak saat mereka ditertawakan oleh teman-temannya.Â
2. GelotofobiaÂ
Takut ditertawakan. Sifat kedua ini kemungkinan juga berasal dari masa lampau yang menjadi sasaran para pelaku intimidasi. Tetapi, alih alih mereka membangun sifat "superioritas" seperti yang dijelaskan di atas, seseorang disini cenderung sangat sensitif dengan perlakuan "Merendahkan." Begitu pula, ketika ada orang lain yang direndahkan.Â
3. Gelotofilia