Mohon tunggu...
Dhea Nurfina Salsabilla
Dhea Nurfina Salsabilla Mohon Tunggu... Freelancer - Dhea Nurfina_XII MIPA 1

Never stop learning, because life never stop teaching~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sang Komodor dari Jawa Tengah

22 November 2021   00:12 Diperbarui: 22 November 2021   00:16 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Coba pikirkan kembali keinginanmu ndok, bapa wes telat, pamit dulu berangkat kerja” lanjut bapa.  

“Hati-hati dijalan pak” balas sang istri sambil mencium tangan suaminya, diikuti dengan Yos sambil tersenyum sedih.

Pancaran kecerdasan dan jiwa kepemimpinan sudah terlihat sejak Yos kecil dan Yos yakin dengan tekad dan kemampuannya dia bisa menjadi seorang prajurit yang hebat. Ketika umurnya cukup Yos sangat bersemangat akan sekolah dan bertemu teman-teman baru. Yos bersekolah di HIS (Hollandsch Inlandsch School) ketika berada ditingkat sekolah dasar (SD), dengan pembawaannya yang santun dan baik hati membuat dirinya mudah bergaul dan disenangi banyak teman. Kemudian Yos melanjutkan pendidika menengahnya di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di kota Semarang.

Baru saja lima bulan bersekolah, sekolah barunya sudah runtuh akibat dampak perlawanan Jepang kepada Belanda yang ingin mengambil alih kendali atas nusantara. Sudah beratus tahun Belanda menjajah negeri ini memegang kendali dalam bidang politik, ekonomi yang mana semua kebijakannya menyengsarakan rakyat nusanta namun kali ini Jepang datang dengan persiapan yang matang untuk mengalahkan Belanda.

Sorakan demi sorakan rakyat nusantara dilontarkan karena akhirnya setelah penantian panjang dan melelahkan Belanda dapat diusir dari bumi nusantara. Indonesia menyambut baik Jepang yang berjanji akan memberikan Indonesia kemerdekaan, namun sampai akhirnya kedok Jepang terungkap seperti kata pepatah ‘ada udang diballik batu’ Jepang datang dengan maksud tersembunyi, yaitu menggantikan Belanda menjajah bumi nusantara. ‘Sudah jatuh tertiban tangga pula’ pepatah tersebut menggambarkan rakyat nusantara saat ini karena pada kenyataannya Jepang lebih mengerikan, lebih kejam daripada Belanda. Namun, bukankah manusia dilahirkan untuk merdeka?

 Setelah melihat yang terjadi Sukarno Darmoprawiro dan Mariyam dengan cepat mengirim putranya Yos Sudarso kembali ke Salatiga dan melanjutkan pendidikan menengahnya disana hingga tahun 1943. Setelah lulus dengan nilai yang memuaskan, Mariyam bertanya kepada putra satu-satunya “Ndok, apakah kamu sudah memutuskan akan melanjutkan studi kemana?”

“Seperti yang bapa dan ibu inginkan Yos sudah mempertimbangkan untuk melanjutkan studi ke sekolah keguruan” ucap Yos tanpa menatap mata kedua orang tuanya.

“Ndok ibu tahu ini berat tapi ketahuilah ini yang terbaik untuk masa depanmu” balas mariyam seaya mengambil tangan Yos dan diusapnya dengan lembut.

“Nggeh bu, doakan Yos menjadi orang yang dapat berjasa untuk negeri ini” balas Yos sambil menatap mata kedua orang tuanya seraya meyakinkan dirinya agar dapat menjalankan keputusannya tersebut.

“Pasti ndok, ya kan pa?” balas Mariyam sambil menatap suaminya.

“Nggeh semoga Yos dilancarken jalan karirnya” sahut sukarno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun