Ketika demam berdarah mengubah hidup kami
Namanya Stevie, sepupu saya itu umurnya 8 setengah tahun waktu itu. Kelas 4 SD, seumuran dengan adik bungsu saya. Siang itu sepulangnya dari sekolah, dia mampir ke rumah kami. Menuju kulkas untuk mengambil sebuah botol bekas sirup berisi air putih dingin dan langsung menenggaknya. Wuah..panas..ujarnya sambil membuka baju seragamnya dan langsung kabur dengan bertelanjang dada saat nenek saya beringsut untuk menjewer kupingnya.
Bertiga dengan adik bungsu saya dan sepupu lain yang seumuran dengan mereka, mereka main bulutangkis tanpa aturan dan roller blade di halaman rumah - menciptakan kegaduhan  sampai menjelang Ashar.
Malamnya sehabis Isya, tante saya, ibu Stevie menelpon sambil menjerit-jerit histeris. Stevie tiba-tiba saja demam tinggi dan kejang-kejang. Kami bergegas ke rumahnya yang cuma berjarak beberapa puluh meter dari rumah kami. Saat kami tiba, bersamaan dengan dokter keluarga yang juga datang untuk memeriksa keadaan Stevie, Stevie telah tiada. Dia pergi dengan tubuh membiru setelah sebelumnya menjerit-jerit kesakitan sambil mengeluarkan darah dari hidung, telinga dan mulutnya. Stevie yang ganteng, Stevie yang cerdas, Stevie yang lucu telah pergi. Dia pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya akibat demam berdarah.
Waktu itu saya tidak mengerti, bagaimana mungkin demam berdarah bisa mengambil nyawa seseorang dengan begitu cepat dan tanpa tanda-tanda sedikit pun.
Belakangan saya baru tahu, sebelum meninggal Stevie suka mengeluh kepanasan, pusing dan mual yang merupakan beberapa gejala DBD. Tapi biasanya habis itu, dia akan merampok es batu di rumah kami, minum sirup atau makan es krim lalu lanjut main lagi.
Setelah tahu penyebab demam berdarah itu adalah akibat gigitan nyamuk. Nenek dan kakek saya langsung melakukan operasi besar-besaran. Memangkasi semua pohon-pohon besar yang ada di sekitar halaman rumah kami, menguras dan membersihkan gentong-gentong dan kendi serta menutupnya dengan penutup gabus, membabati tanaman-tanaman yang menurut mereka adalah sarang nyamuk bahkan membuang ban bekas yang bergelantungan di pohon jambu yang biasa kami pakai sebagai ayunan. Kami diinstruksikan untuk melakukan semua tindakan apapun untuk mencegah nyamuk berkembang biak di sekitar rumah kami dengan konsisten di bawah pengawasan kakek dan nenek. Termasuk memasang kelambu pada tempat tidur kami, mengubur kaleng-kaleng bekas, membuang atau membakar barang-barang yang sudah tidak digunakan serta harus segera ke dokter ketika merasa demam dan tidak enak badan.
Sampai saat ini, semua upaya itu berhasil. Karena tidak ada lagi dari kami maupun tetangga-tetangga sekitar kami yang terjangkiti demam berdarah.
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Merupakan penyakit dengan penyebaran tercepat  di seluruh dunia dan seringkali dijumpai di daerah tropis yang biasanya memiliki kelembaban udara yang tinggi seperti Indonesia.
Indonesia menduduki peringkat kedua dengan kasus demam berdarah tertinggi dari sekitar 100 negara endemik DBD di dunia !