Mohon tunggu...
Dhessy Alifia Rizkiani
Dhessy Alifia Rizkiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pancasakti Tegal

Saya adalah mahasiswa ilmu komunikasi semester 3 hobi saya membaca dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Mental di Era Digital: Mengapa Generasi Z Rentan Terhadap Depresi?

30 Oktober 2024   16:39 Diperbarui: 30 Oktober 2024   16:44 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Depresi pada usia muda terutama pada remaja, merupakan sebuah isu yang kompleks dan membutuhkan perhatian serius.

Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menemukan, penduduk usia 15-24 tahun merupakan kelompok usia dengan prevalensi depresi tertinggi. Sekelompok manusia yang lahir dari tahun 1997-2012 sering disebut sebagai generasi Z 

Depresi jadi masalah kesehatan mental global termasuk di Indonesia. Gangguan yang umum dialami oleh remaja termasuk kecemasan, depresi, dan gangguan perilaku. Penting untuk mendukung kesehatan mental remaja dan memberikan akses ke sumber daya yang diperlukan.

Tingkat depresi di kalangan Generasi Z mengalami lonjakan yang mengkhawatirkan, dengan banyak faktor yang berkontribusi terhadap kondisi ini. Di tengah paparan terus-menerus terhadap media sosial dan tekanan akan ketidakpastian masa depan, generasi muda ini menghadapi tantangan kesehatan mental yang semakin kompleks. 

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perbandingan sosial dan kecemasan terkait pekerjaan serta kehidupan di era modern semakin memperburuk kesehatan mental mereka, menjadikan perhatian terhadap isu ini sangat mendesak.

Paparan Media Sosial

Salah satu faktor signifikan yang berkontribusi terhadap meningkatnya kasus depresi adalah paparan media sosial. Banyak Gen Z menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari di platform media social seperti Instagram, TikTok, Twiter (x). Meskipun media sosial dapat menjadi sarana untuk berinteraksi dan berbagi pengalaman, penelitian menunjukkan bahwa perbandingan sosial yang terus-menerus dapat memicu perasaan tidak cukup baik dan rendah diri.

"Media sosial menciptakan standar yang hampir tidak mungkin dicapai, yang bisa membuat seseorang merasa terasing dan kurang berharga," kata Dr. Rina, seorang psikolog anak. "Gambaran hidup yang disajikan seringkali tidak realistis, dan hal ini dapat menambah tekanan mental yang mereka rasakan."

Ketidakpastian Masa Depan

Selain dampak media sosial, ketidakpastian tentang masa depan juga menjadi masalah yang signifikan bagi Generasi Z. Dengan tantangan ekonomi global, perubahan iklim, dan situasi politik yang tidak stabil, banyak dari mereka merasa cemas dan tidak yakin tentang langkah selanjutnya dalam hidup mereka.

"Banyak Gen Z yang merasa terjebak antara harapan dan kenyataan," jelas Dr. Rina. "Kekhawatiran mengenai pekerjaan, pendidikan, dan kehidupan sosial menciptakan beban mental yang berat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun