PENDAHULUAN
Mahasiswa sering dianggap sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Secara mitologi historis, persepsi ini sudah dibangun sejak lama oleh masyarakat jawa terhadap HOS Cokroaminoto pada awal dekade kedua abad ke-20. Menurut ramalan Jayabaya akan ada masa dimana datang sang ratu adil atau Satrio piningit, ramalan ini merupakan mitologi yang mengatakan bahwa akan datang seorang pemimpin yang akan membawa perubahan atas bangsa yang tertindas. Hos Cokroaminoto yang saat itu merupakan seorang pelajar terdidik yang dianggap sebagai satrio piningit dinilai mampu menyelamatkan masyarakat jawa dari penindasan dengan membentuk serikat islam. Sejak saat itulah Hos Cokroaminoto dianggap pelajar yang berbeda hingga disebut Mahasiswa, kalimat "maha" yang berarti pertanggungan kepada yang kuasa. Sejak saat itulah pelajar di jenjang perguruan tinggi di indonesia disebut sebagai mahasiswa, pelajar yang diharapkan sebagai agen perubahan Mahasiswa sering dianggap sebagai kekuatan pendorong dalam perubahan sosial dan politik. Mereka memiliki kebebasan berpikir, semangat idealisme, dan kemampuan berkomunikasi yang efektif, yang memungkinkan mereka untuk mengadvokasi isu-isu penting seperti perubahan iklim. Sebagai agen perubahan, mahasiswa tidak hanya diharapkan untuk menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan, tetapi juga untuk mengambil langkah konkret dalam menciptakan solusi.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi terkait perubahan iklim menimbulkan polemik terkait keberlangsungan hidup manusia di muka bumi. Dampaknya yang luas dan kompleks memerlukan tindakan kolektif dari semua lapisan masyarakat, termasuk didalamnya dengan Pemerintah dan Akademisi untuk Mengatasi Krisis Iklim. Banyak faktor yang berdampak terhadap perubahan iklim, salah satunya ada pada sektor pangan. Faktor pangan menjadi polemik hingga saat ini, Pemerintah indonesia dibawah kepemimpinan presiden Prabowo mencanangkan proyek strategis nasional berupa Swasembada Pangan melalui program Food estate. Namun, food estate tidak menjadi solusi atas tantangan yang terjadi, hanya menambah permasalahan baru terkait alih fungsi hutan. lalu apa kaitannya ini terhadap program food estate. Penelitian yang dilakukah oleh china menunjukan bahwa peningkatan suhu global menyebabkan pengkerdilan ukuran produksi kentang, hal ini berdampak besar terhadap keberlangsungan hidup manusia, dikarenakan produksi dapat menurun. Kentang (Solanum tuberosum) tumbuh optimal pada suhu tertentu, biasanya antara 15C hingga 20C. Suhu yang lebih tinggi dari kisaran ini dapat mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, sehingga menghasilkan umbi yang lebih kecil (Kurniawan dan Supriyadi 2020). Penelitian yang dilakukan china menunjukkan bahwa proyeksi peningkatan suhu dapat mencapai 2,67C hingga tahun 2100, yang berpotensi menurunkan produktivitas kentang. Perubahan iklim memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan dan produksi berbagai varietas tanaman, menyebabkan penurunan ukuran dan hasil panen.
Peran Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan
Mahasiswa memiliki peran yang sangat penting sebagai agen perubahan dalam mengatasi krisis iklim. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai pengamat, tetapi juga sebagai pelaku aktif yang dapat mempengaruhi kebijakan dan praktik keberlanjutan. Berikut adalah beberapa cara mahasiswa dapat berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim :
Edukasi dan Kesadaran Lingkungan Melalui Organisasi kemahasiswaan
Organisasi Kemahasiswaan harus mampu memberikan kesadaran terkait isu-isu lingkungan yang terjadi kepada seluruh kalangan masyarakat melalui kegiatan seminar, workshop, dan kampanye. Dengan menyelenggarakan kegiatan seperti hari bumi dengan kegiatan menanam pohon ataupun wildlife campaign, mahasiswa dapat mengedukasi orang lain tentang dampak perubahan iklim dan pentingnya menjaga lingkungan.
Kolaborasi Penelitian dan Inovasi
Sebagai individu yang terdidik, mahasiswa memiliki akses ke sumber daya untuk melakukan penelitian yang berfokus pada solusi lingkungan. Mereka dapat mengembangkan teknologi ramah lingkungan, energi terbarukan, dan metode pengelolaan limbah yang lebih efektif
Advokasi dan Pengaruh Kebijakan
Sebagai kelompok terdidik, mahasiswa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan publik. Mereka dapat terlibat dalam gerakan lingkungan, melakukan aksi demonstrasi, serta bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah untuk mendorong pemerintah mengadopsi kebijakan yang lebih ramah lingkungan.
Kolaborasi Konkrit Pemerintah, Akademisi, dan Mahasiswa
Tantangan komunikasi antara pemerintah, akademisi, dan mahasiswa sering kali mengakibatkan kurangnya pemahaman bersama tentang tujuan dan harapan masing-masing pihak. Tanpa komunikasi yang jelas, kolaborasi dapat menjadi tidak terarah dan kurang efektif. kolaborasi yang konkrit dengan Mendorong partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan. Melibatkan mahasiswa dalam konsultasi kebijakan atau forum diskusi dapat memberikan perspektif baru dan meningkatkan rasa memiliki terhadap kebijakan yang dihasilkan. pemerintah dapat mendorong kolaborasi melalui proyek bersama yang melibatkan semua pihak. Kegiatan seperti lokakarya, seminar, atau program pengabdian masyarakat dapat memperkuat hubungan dan membangun kepercayaan antara pemerintah, akademisi, dan mahasiswa.
Pengembangan Program Kewirausahaan Sosial Berbasis Lingkungan
Mahasiswa dapat mengembangkan program kewirausahaan sosial yang berfokus pada isu-isu lingkungan. Melalui inisiatif ini, mahasiswa tidak hanya dapat menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memberikan solusi inovatif untuk masalah lingkungan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
Identifikasi Masalah Lingkungan
Mahasiswa dapat melakukan riset untuk mengidentifikasi masalah lingkungan yang ada di komunitas mereka, seperti pengelolaan sampah, polusi, atau penggunaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan.
Pengembangan Produk dan Layanan Ramah Lingkungan
Mengembangkan produk atau layanan yang ramah lingkungan, seperti produk daur ulang, sistem pengelolaan limbah, atau pertanian organik. Ini tidak hanya membantu mengurangi dampak lingkungan tetapi juga memberikan alternatif bagi masyarakat.
Kemitraan dengan Stakeholder
Bekerja sama dengan pemerintah, organisasi non-pemerintah (NGO), dan sektor swasta untuk mendapatkan dukungan dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan inisiatif kewirausahaan sosial ini.
Menyelenggarakan program edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan dan cara-cara untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan melalui penggunaan produk atau layana
Implementasi Program:
Tim Koordinasi: Membentuk tim koordinasi yang terdiri dari mahasiswa, dosen, perwakilan pemerintah, dan NGO untuk merancang dan melaksanakan program.
Pelatihan Keterampilan: Menyediakan pelatihan keterampilan bagi mahasiswa dalam bidang komunikasi, penelitian, kewirausahaan, dan advokasi.
Monitoring dan Evaluasi: Melakukan evaluasi berkala untuk menilai dampak program serta mengidentifikasi area perbaikan.
Kesimpulan
Dengan menerapkan strategi-strategi yang telah dibahas, mahasiswa dapat berfungsi sebagai agen perubahan yang efektif dalam menghadapi krisis iklim. Kolaborasi yang solid antara pemerintah, akademisi, dan mahasiswa sangat penting untuk mencapai solusi yang berkelanjutan. Melalui kegiatan edukasi, penelitian, advokasi, dan partisipasi publik, mahasiswa dapat berkontribusi dalam mencegah dan mengantisipasi dampak negatif dari perubahan iklim.
Pengembangan program kewirausahaan sosial yang berfokus pada lingkungan memungkinkan mahasiswa untuk secara langsung menangani masalah lingkungan sambil mengasah keterampilan kewirausahaan mereka. Inisiatif ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan.
Program- program terintegrasi yang menggabungkan berbagai elemen penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Dengan memberdayakan mahasiswa sebagai agen perubahan melalui edukasi, penelitian, advokasi, kolaborasi, dan kewirausahaan sosial, program ini diharapkan dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H