Mohon tunggu...
Dheni Indra Kusuma
Dheni Indra Kusuma Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Pengamat Ekonomi dan Perencana Keuangan

Seorang pengajar dan praktisi yang akan terus belajar, menulis, berbagi ide dan berkarya demi kehidupan yang lebih positif dan seimbang bagi diri sendiri, sesama dan lingkungan. Email: dni.indra@gmail.com dheni.indra@accountant.com

Selanjutnya

Tutup

Bola

Arsenal oh Arsenal...

15 April 2024   10:42 Diperbarui: 15 April 2024   10:48 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: 

https://twitter.com/dni_indra/photo

"Dan terjadi lagi...kisah lama yang terulang kembali..."

Berita bahwa Arsenal semalam kalah 0-2 dari Aston Villa bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Sudah seperti menjadi kebiasaan untuk klub bola asal London Utara Inggris ini selalu mengulang kesalahan demi kesalahan yang sama setiap periodenya. Seorang Mikel Arteta tidak mungkin tidak melakukan evaluasi dan perbaikan. Kita dapat lihat dari bagaimana Mikel Arteta beserta Manajemen klub melakukan kebijakan transfer pemain dan  Arteta 'meracik' starting line up yang diturunkan setiap pertandingan, selalu berubah dan terus mencoba 'racikan' terbaik semenjak Arteta hadir di Arsenal sebagai pelatih. Setiap pemain pun dapat kita lihat antusias dalam bertanding dan melakukan 'upgrading' kemampuan setiap individu dan 'collected team' pada setiap sesi latihan. Dalam hal teknis ini, dapat kita simpulkan bahwa perubahan konsisten dilakukan oleh Arsenal dari tingkat Manajemen klub sampai dengan pemain.

Yang menjadi masalah adalah faktor mentalitas pemain. Permasalahan mulai muncul ketika pemain mulai 'terganggu' dengan hasil pertandingan klub rival. Meskipun secara verbal diutarakan oleh pelatih dan pemain bahwa mereka fokus pada tim sendiri dan tidak mempedulikan hasil pertandingan klub rival, tetapi di atas lapangan jelas terlihat permainan Arsenal mulai berubah dan tidak seperti yang diharapkan.  Ada rasa 'Over Confidence' yang terjadi di atas lapangan karena info pertandingan klub rival yang sedang mengalami kekalahan sehingga membuat pemain bermain terkesan terburu-buru dan terasa kurang koordinasi. Situasi ini kemudian berubah menjadi 'Anxiety' ketika ternyata kenyataannya mereka kesulitan mencetak gol dan justru tim lawan yang mencetak gol terlebih dahulu.

Anxiety VS Mental Toughness

Rasa 'cemas' sebenarnya tampak dari raut wajah pemain Arsenal yang baru saja datang dan memasuki area official team di Emirates Stadium. Kecemasan sebelum bertanding ini lah yang kita sebut dengan State Anxiety. Kecemasan ini dapat saja muncul karena optimisme tinggi akan kemenangan dan posisi puncak, tetapi semua itu belum terjadi, masih ada pertandingan yang harus dijalani. Rasa 'cemas' tersebut semakin menjadi ketika di atas lapangan, Arsenal kesulitan mengembangkan permain dan kesulitan mencetak gol. Terlebih justru tim lawan yang mencetak gol lebih dulu, rasa cemas pemain semakin menjadi-jadi. Hal ini dapat kita lihat dari bagaimana tim lawan dalam hal ini Aston Villa dapat mencetak dua gol dalam waktu berdekatan, menit 84 dan 87. Hal ini menunjukkan bahwa pemain Arsenal sangat cemas dan panik ketika terjadi gol dari tim lawan di menit-menit penting akhir pertandingan. Berbicara mental, dapat kita lihat juga bahwa pemain Arsenal belum berada di level mental yang kuat.

Mental Toughness mungkin adalah salah satu jawaban dari permasalahan klasik yang ditemui oleh Arsenal. Menurut Gucciardi et al, mental toughness (ketangguhan mental) merupakan kumpulan nilai-nilai, sikap, perilaku, dan emosi yang memungkinkan seseorang untuk mampu melestarikan dan mengatasi kendala, kesulitan, atau tekanan yang dialami, namun tetap menjaga konsentrasi dan motivasi agar konsisten dalam mencapai suatu tujuan. Hal ini yang kita belum temui pada pemain Arsenal. Mental toughness pada pemain akan memperlihatkan kegigihan yang luar biasa meski secara objektif tidak ada harapan untuk memenangkan pertandingan. 

Sebenarnya Arteta dapat meniru era kepelatihan Wenger. Ketika Wenger mengalami 'puasa' piala, Wenger kemudian mendatangkan pemain yang memiliki 'mental' juara, yaitu Alexis Sanchez dan Mesut Ozil. Pemain ini adalah pemain yang bermain secara reguler di timnya yang selalu angkat piala di setiap musimnya. Dampaknya, Arsenal mulai angkat piala seperti piala FA meskipun belum mampu angkat piala liga Inggris. Arteta sudah berusaha dengan mendatangkan Gabriel Jesus, Zinchenko, dan Kai Havertz. Hanya saja pemain tersebut tidak selalu menjadi starting line up di timnya yang dahulu. Mental toughness belum terbentuk secara matang. Yang jadi masalah adalah pembuktian mental baru dapat terlihat di atas pekan ke 30 pada kompetisi liga Inggris.

Ya semoga mejadi pembelajaran Arsenal bahwa perbaikkan mental perlu dilakukan. Sudah terlalu sering Arsenal terpeleset di pekan-pekan terakhir kompetisi. Liga Champion leg 2 melawan Bayern Muenchen? Mari kita lihat hasilnya untuk pembuktian 'mental' ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun