Mohon tunggu...
Dheni Indra Kusuma
Dheni Indra Kusuma Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Pengamat Ekonomi dan Perencana Keuangan

Seorang pengajar dan praktisi yang akan terus belajar, menulis, berbagi ide dan berkarya demi kehidupan yang lebih positif dan seimbang bagi diri sendiri, sesama dan lingkungan. Email: dni.indra@gmail.com dheni.indra@accountant.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Entrepreneur Anti-Mainstream

2 Juni 2019   06:00 Diperbarui: 11 Juni 2019   23:09 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Sumber: entrepreneur.bisnis.com

Kemajuan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari jumlah wirausaha yang ada di negara tersebut. Pada umumnya, semakin besar jumlah wirausaha di suatu negara, semakin maju dan stabil pula perekonomian di negara tersebut. 

Standar minimal Negara yang ingin maju adalah negara yang setidaknya dua persen masyarakatnya memilih untuk menjadi wirausaha. Alasannya cukup sederhana, wirausaha adalah tulang punggung ekonomi nasional, khususnya pada saat ekonomi dunia sedang mengalami ketidakpastian seperti sekarang ini.

Angka yang menunjukkan banyaknya wirausaha di Indonesia bisa dikatakan kurang ideal. Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga mengatakan bahwa jumlah wirausaha di Indonesia pada tahun 2018 hanya sekitar 3,1 persen dari total jumlah penduduk Indonesia saat ini yang berkisar di angka 225 juta jiwa. Angka ini mengalami peningkatan dibanding dengan angka tahun lalu yang hanya mencapai 1,67 persen. 

Jumlah yang masih jauh apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura (7%), Malaysia (6%), bahkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat (12%). Dengan jumlah penduduk yang besar, idealnya sektor wirausaha di Indonesia minimal berada diangka 5% dari total populasi penduduk Indonesia.

Pada dasarnya setiap wirausaha melakukan kegiatan bisnisnya untuk mendapatkan imbal hasil dari investasi dan usaha yang telah dilakukan. Dalam bahasa ekonomi, hal tersebut dikenal dengan istilah Return On Investment (ROI). Suatu hal yang normal apabila seorang wirausaha mengharapkan imbal hasil atas kegiatan bisnis yang telah mereka ciptakan. 

Bahkan ROI sudah menjadi salah satu tujuan utama dalam hal berwirausaha. Dalam hal ini terlihat seakan tidak ada masalah, tetapi justru dari tujuan dasar inilah permasalahan mulai muncul. 

Wirausaha yang anti mainstream tidak selalu bertujuan tentang ROI. Bukan berarti saya berpendapat bahwa ROI tidak penting. Selama ini, wirausaha terpacu untuk melakukan inovasi dan penemuan baru semata-mata untuk mendapatkan tingkat return yang tinggi dari hasil kerja kerasnya atau investasinya. 

Bagian terpenting dalam suatu bisnis wirausaha sebenarnya bukan pada berapa tingkat ROI yang dapat diterima, melainkan produk inovasi apa yang telah dihasilkan pada proses bisnis wirausaha tersebut. 

Perlu kita ingat bahwa sektor wirausaha merupakan sektor alternatif untuk membuat dan menciptakan ide-ide kreatif yang berguna bagi perkembangan dunia usaha maupun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berpikirlah secara bebas. Istilah yang sering kita dengar adalah 'Think out of the box'. Seorang wirausaha harus berani memiliki pemikiran dan ide-ide yang 'gila'. Brainstorming harus mulai diciptakan untuk inovasi yang berbeda. 

Tidak selalu dengan hal yang berbeda, tetapi bisa juga dengan cara yang berbeda. Salah satu contoh entreprenuer yang memiliki pemikiran 'gila' adalah Elon Musk. Seorang pendiri paypal-ebay (penyedia transfer pembayaran global), CEO Tesla Motors (mobil listrik), CEO SpaceX (transportasi luar angkasa), dan CEO SolarCity (tenaga surya).

Membuka peluang bisnis baru yang berkembang. Bila kondisi pasar sedang hangat mengenai usaha ketela goreng, boleh saja kita ikut masuk untuk berwirausaha pada bidang ketela goreng. Hanya saja sebagai catatan bahwa kita telah terlambat satu, dua, atau bahkan tiga langkah dari wirausahawan yang telah terlebih dahulu memulai usaha tersebut. Disinilah anti mainstream seorang wirausaha akan tumbuh. 

Tidak harus membuat produk yang berbeda, tetapi bisa dengan menggunakan cara yang berbeda. Misal dengan tambahan fasilitas delivery order atau mengemas produk dengan cara yang berbeda cukup membuat usaha tersebut tampil beda dan menjadi nilai tambah bagi usaha kita.

Investasikan laba kebisnis yang baru. Elon Musk menginvestasikan laba perusahaan yang dia miliki untuk unit bisnis yang baru. Dimulai dari paypal, SpaceX, Tesla Motors, sampai dengan SolarCity berhasil dia bangun dengan menginvestasikan laba yang diperoleh perusahaan kepada industri tersebut. Apakah semata-mata tentang ROI? Tidak. Elon Musk memang menghabiskan modal untuk industri tersebut. 

Dia juga sama seperti entrepenuer lainnya, yaitu mengharapkan profit. Hanya saja yang membuat dia berbeda adalah dia memilih hal-hal yang dia suka, hal-hal yang dia rasa bermanfaat untuk manusia dan bumi ini. Jalur pembayaran antar negara yang mudah, energi alternatif, serta mobil listrik ramah lingkungan adalah contoh industri yang dia bangun.

Hal anti mainstream terakhir yang mungkin akan menjadi perdebatan besar mengenai pro dan kontra adalah masalah paten. Ketika seorang wirausaha mendapatkan hak untuk melindungi sesuatu yang dia ciptakan sehingga dia mendapatkan keuntungan ekonomi darinya, itulah yang disebut dengan paten. 

Namun, diwaktu yang sama, dengan paten tersebut dia juga sebenarnya menghambat kemajuan industri dan ilmu pengetahuan. Apabila misal sebuah paten dikuasai oleh perusahaan besar dan perusahaan tersebut berhenti atau tidak melakukan inovasi lagi, maka sebuah industri dan ilmu pengetahuan akan berjalan di tempat. 

Nokia dengan OS Symbiannya, Blackberry dengan OS BB10-nya adalah contoh real yang dapat kita lihat dalam kehidupan ini. Bahkan sekelas Apple dengan MacOS dan iOS-nya sekarang ini sedang dalam ancaman OS Android dari sisi inovasi dan hak paten akan inovasi yang ada.

Akhir kata, apabila anda memiliki cita-cita menjadi seorang entrepreneur, jadilah entrepreneur yang bijak dan anti mainstream. Ambil semua peluang yang anda. Jangan terlalu fokus terhadap hal yang matematis seperti ROI dan lainnya. Karena pada hakekatnya, tidak ada hasil yang pasti untuk setiap usaha yang dilakukan seorang entrepreneur. 

Semua tergantung akan usaha dan bagaimana seorang entrepreneur tersebut memasarkan produknya. Paling tidak, dengan menjadi seorang entrepreneur yang anti mainstream, kita akan menghasilkan sesuatu yang unik, yang berbeda dengan lainnya, yang akhirnya dicari dan digunakan serta bermanfaat bagi banyak orang. Selamat menjadi seorang entrepreneur yang anti mainstream.

***

Dheni Indra Kusuma, SE., M.Si., Ak., CFP.
Dosen STIE YKPN Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun