Jember, Minggu, 16 Oktober 2022
Pada minggu kali ini kegiatan kelompok 7 diisi penuh sabtu-minggu untuk kegiatan Modul Nusantara dan agendanya hari ini kegaiatannya ialah Refleksi 4: Berdiskusi bersama tentang kebudayaan Jember bersama Narasumber istimewa, yakni Gus-Ning Jember di Chord Cafe Jember.
Diskusi dan sharing kali ini dibawa oleh Gus Ferdy dan Ning Devi terkait Akulturasi Budaya Jember. Mereka mengajak kami berdiskusi terkait mengapa kita sebagai generai muda harus membuka mata akan budaya?
Menurut pendapat Koentjoningrat, kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Sehingga budaya itu tidak semata-mata terkait tarian tradisional, pakaian adat serta adat-istiadat, melainkan sifat, perilaku, kebiasaan atau habit kita sebagai manusia merupakan budaya.
Kemudian, mengapa juga dibahas terkait akulturasi budaya? Indonesia merupakan negara yang beragam bahkan dalam lingkup yang kecil, yakni suatu daerah diisi oleh beragam suku yang memiliki bermacam-macam kebiasan dan adat-istiadat dan dapat hidup berdampingan dengan damai sebagai gambaran bahwa tingkat toleransi bangsa Indonesia akan keragaman ini sangatlah luar biasa. Salah satu contohnya ialah Kabupaten Jember sendiri. Sehingga akulturasi budaya ialah pencampuran komplit akan berbeda kebudayaan.
Berbicara tentang Kabupaten Jember, tidak terlepas dengan kata Pandhalungan. Pandhalungan ialah kebudayaan yang diidentikan dengan wilayah Tapal Kuda, yakni suatu reaksi terhadap adanya hubungan antar-etnis yang berasal dari masing-masing kebudayaannya serta peranan sosialnya sehingga menghasilkan budaya hybrid.
Jember sendiri terdiri beragam etnis, suku yang dominan yang ada di Jember ialah suku Jawa dan Madura, akan tetapi juga terdapat etnis Arab, serta Tionghoa yang mempengaruhi kebudayaan yang ada di Jember. Terdapat beragam produk kebudayaan yang terbentuk atas akulturasi budaya yang ada di Jember, yakni tarian, bahasa, serta seni musik dan lainnya.
Tarian khas Jember, yakni tarian Lahbako yang menggambarkan proses para petani yang sedang memanen daun tembakau yang merupakan komoditi ekspor paling terkenal di Jember. Selain itu atas dasar dari akulturasi budaya dua suku juga terdapat tarian Can Macanan Kaduk yang mirip seperti Barongsai, akan tetapi menggambarkan keperkasaan Macan, sedangkan Barongsai menggambarkan naga. Selain itu ada pula produk akulturasi budaya Jember, yakni Bahasa Jemberan.
Dalam penggunaannya, bahasa Jemberan terdapat pengulangan bahasa, contohnya ialah ku-mlaku (jalan-jalan), cek engga'e (sangat keberatan atau ungkapan kata tidak), selain itu juga terdapat kata tambahan boh untuk menunjukan rasa terkejut terhadap sesuatu dalam bahasa Madura.
Sebelum mengakhiri sesi diskusi, Gus Ferdy dan Ning Devi juga menjelaskan sedikit apa itu Gus-Ning Jember, yakni suatu perkumpulan pemuda-pemudi di Kabupaten Jember yang mempunyai maksud untuk meningkatkan aspek seni budaya, pariwisata, dan sosial kemasyarakatan di dalam dan di luar Kabupaten Jember.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H