Diapakan jiwa ketika hatimu berkata-kata.
Ada aksara yang tak terekam jelas di balik senyum sinis pemandu malam.
Rima suara parau dari pilunya batin karena lelah.
Ada penantian jerih dari jiwa yang selalu ingin meronta.
Dimana kamu,
Tanya Tuhan manakala subuh dikumandangkan muadzin.
Malu, kapan tubuh ini tunduk dari permintaan.
Malu, kapan Tuhan berhenti menyeru...
Tak pernah, bahkan lalaimu tetap terampuni bila peluhmu menghanyutkanmu dalam kewajiban jiwa untuk terus berupaya bertarung hidup.
Katakan pada hati yang beresonansi selalu untuk bersuara.
Bersua lah walau kehendak tak ingin.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!