Hmmm,,, rasanya aku malu
Melihat dirinya tersipu tersapu kenangan menahun
Diriku, hembusan angin dahan damar
Terselipnya seorang penyamar
"Mas, hinggapi saja rindumu dan sendumu itu"
Melaju dalam kecepatan di antara kerumunan kendaraan jalan
Sudah,, bukankah semua ini hanya mimpi
Bukankah kita tak lebih pelaku drama kehidupan nya Sang Maha
Cukup sujudku dan syukur kita sebagai  penawar sepi
Bukankah yang terjadi itu hanya sebuah rasa yang pernah ada
Melupakan memang sulit namun memelihara yang tak dapat diraih itu lebih sakit. Katanya
Penyamaran yang tak disukai.
Hendak mendaki namun lutut tak ingin letih lagi.
Ternyata asa pun tak terpisahkan untuk selalu memberi arti meski terkadang dilupakan.
Pendakian untuk sebuah utopia harapan masih selalu ada sampai Sang Maha memintaku pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H