Mohon tunggu...
Dea Aransa V
Dea Aransa V Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi saya adalah Membaca Buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Alat Peraga IPA Sederhana, Solusi Pembelajaran IPA di Sekolah

19 Agustus 2023   00:09 Diperbarui: 20 Agustus 2023   03:00 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang secara langsung bertanggung jawab penuh terhadap kinerja pendidikan yang berkualitas harus mampu membenahi segala aspek yang menjadi wewenang dalam pelaksanaan manajemen sekolah. 

Oleh karena itu, di antaranya adalah peningkatan proses pembelajaran agar menjadi lebih bermutu sehingga mampu menghasilkan output yang diharapkan.

Proses pembelajaran yang diterapkan harus memperlihatkan spesifikasi dari karakterisrik mata pelajaran serta perkembangan peserta didik sehingga tercipta suasana kelas yang kondusif dan nampak semangat mereka dalam mengikuti pembelajaran. 

Kegiatan pembelajaran yang seperti inilah yang semestinya mendapat perhatian lebih dari pihak sekolah melalui program-program yang dirancang sistematis dan berkesinambungan. 

Pada lingkup pembelajaran berbasis IPA karakteristik yang paling menonjol yaitu adanya pengaitan konsep dengan kehidupan nyata melalui pengamatan atau percobaan di laboratorium. 

Bahkan pada kasus tertentu tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai jika tidak mengadakan eksperimen dalam pembelajarannya, disamping untuk mencapai tujuan pembelajaran metode ini memberikan kesan yang mendalam dan lebih bermakna bagi peserta didik sehingga menumbuhkan sikap positif bagi proses dan hasil belajarnya. 

Dari sini timbul perilaku antusias yang besar dalam diri tiap peserta didik mengikuti pembelajaran IPA yang selama ini seakan menjadi 'hantu' karena lebih banyak dicekoki konsep abstrak yang seharusnya mampu mereka bangun melalui aktivitas di laboratorium.

Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam mendukung pembelajaran IPA sehingga penyampaian konsep lebih bermakna yaitu tersedianya sarana dan prasarana berupa ruang laboratorium dan alat peraga (alat praktek) yang sesuai. 

Tapi yang menjadi catatan bahwa laboratorium bukanlah sesuatu yang mutlak harus ada dalam melakukan aktivitas percobaan apalagi bagi sekolah yang masih baru dan belum mampu dari segi finansial. 

Justru alat praktek yang harus tersedia walaupun nantinya melakukan aktivitas percobaan di ruang kelas reguler (bukan laboratorium). 

Akan tetapi yang dimaksudkan alat praktek disini adalah benda atau alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. 

Penggunaan alat praktek membantu memudahkan memahami suatu konsep secara tidak langsung atau bahkan digunakan secara langsung untuk membentuk suatu konsep. 

Sedemikian pentingnya alat praktek dalam pembelajaran IPA sudah sepantasnya pihak sekolah berupaya semaksimal mungkin untuk pengadaannya.

Proses pembelajaran yang selama ini kita harapkan adalah terjadinya kegiatan belajar yang melibatkan seluruh aspek yang dimiliki siswa melalui keaktifan fisik dan mental. 

Dari perpaduan ini menghasilkan kematangan berpikir serta penyerapan materi yang lebih efektif bagi siswa. 

Kegiatan ilmiah dengan menggunakan alat praktek adalah wujud perpaduan konsep abstrak dengan dunia nyata sehingga nampak korelasi yang semakin jelas.

Hal ini akan memantapkan pengetahuan mereka dan menumbuhkan apresiasi positif terhadap sesuatu yang telah mereka dapatkan di kelas. 

Aktivitas praktikum dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA secara khusus dan secara umum terhadap mata pelajaran lain.

Namun jika kita melihat kondisi realitas yang ada yaitu tidak tersedianya alat praktek yang memadai di sekolah membuat harapan kita terhadap pembelajaran IPA yang agar lebih menarik menjadi sirna. 

Tidak adanya aktivitas praktikum memaksa guru harus mengajarkan materi dasar saja melalui metode yang monoton membuat kondisi kelas lebih bersifat pasif.

Penyediaan alat praktek untuk kebutuhan praktikum yang masih sangat minim dirasakan sebagian besar sekolah negeri atau swasta meskipun sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar. 

Sebagian sekolah bahkan tak mampu mengembangkan dan memperdalam materi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang membutuhkan banyak praktik karena tak memiliki alat peraga yang memadai. 

Lagi-lagi persoalan dana yang menjadi kendala. Terlebih lagi jika kita berbicara tentang sekolah swasta yang notabene sangat minim alokasi bantuan dari pemerintah dipaksa bekerja ekstra untuk menyediakan alat praktek.

Hal ini diperparah dengan tidak adanya dukungan dana dari yayasan yang menaunginya. Mahalnya harga sebagian besar alat praktek IPA menambah deretan kendala pihak sekolah.

Selain berdampak pada kualitas pembelajaran, di sisi lain tidak adanya alat peraga/praktik menimbulkan perasaan kecewa dari siswa dan orang tua kepada sekolah yang dianggap tidak mampu memenuhi kepuasan pelanggannya. 

Apalagi sekolah yang membuka program IPA di setiap tingkatan kelas, alat peraga/praktik adalah sebuah kemestian. Lucu kedengarannya jika ada sekolah membuka program IPA namun tidak nampak aktifitas ilmiah di dalamnya karena tidak adanya alat praktek.

Untuk mengatasi masalah yang dikemukakan di atas maka perlu dipikirkan sebuah solusi yang dapat menjadi alternatif salah satunya adalah pengembangan alat praktek IPA sederhana adalah alat yang dapat dirancang dan dibuat sendiri dengan memanfaatkan alat/bahan sekitar lingkungan kita.

Dalam waktu relatif singkat dan tidak memerlukan keterampilan khusus dalam penggunaan alat/bahan/perkakas, dapat menjelaskan/menunjukkan/membuktikan konsep-konsep atau gejala-gejala yang sedang dipelajari, alat lebih bersifat kualitatif daripada ketetapan kuantitatif. 

Pembuatan alat peraga sederhana dapat menggunakan barang bekas. Pembuatan media menggunakan barang bekas akan lebih meminimalisir pengeluaran biaya, karena sebagian besar bahannya diperoleh dari barang bekas. 

Selain itu, mampu mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran. Karena siswa mendapatkan gambaran langsung tentang materi yang diberikan guru. Serta siswa lebih termotivasi untuk belajar dan mengenal hal baru yang terkait dengan penggunaan barang bekas

Penggunaan media dapat membantu guru menjelaskan materi, serta membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. 

Penggunaan media dalam proses pembelajaran meningkatkan rasa ketertarikan siswa terhadap materi yang diajarkan, sehingga pembelajaran akan lebih interktif. 

Dengan proses belajar yang interaktif, siswa diajak untuk aktif bertanya jawab antar teman maupun dengan guru.

Media Pembelajaran dari barang bekas adalah pemanfaatan barang bekas dan peralatan sederhana sebagai media pembelajaran. 

Penggunaan barang bekas sebagai bahan dasar pembuatan media belajar ini adalah untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi para siswa tanpa mengeluarkan biaya. Barang yang tadinya tidak terpakai jadi bermanfaat

Alat peraga/praktik IPA sederhana yang dikembangkan berupa prototipe, yaitu alat yang sebelumnya tidak ada, atau dapat juga merupakan pengembangan dari alat yang sudah ada. 

Sebagai contoh alat uji elektrolit dan non elektrolit yang dibuat oleh pabrik menggunakan indikator lampu wolfram, elektrodenya batang tembaga dapat dibuat dan dikembangkan dengan membuat prototipe alat tersebut dengan cara mengganti indikator lampu dengan LED serta mengganti elektrode batang tembaga dengan batang karbon yang dapat diperoleh dari batu baterai bekas.

Ada dua aspek keuntungan yang bisa didapatkan dengan penggunaan alat praktek IPA sederhana yaitu dari sisi kinerja kualitatif cukup baik dan di lain sisi menimbulkan efesiensi biaya sehingga sekolah mampu mengirit dana operasional yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain.

Dalam mendukung program pengembangan alat praktek IPA sederhana ada tiga faktor yang sangat menenentukan: 

(1) Pelaksana teknis program yaitu guru dan siswa,
(2) Bahan dan alat (tools) seperti tang, obeng, palu, solder, pemotong kaca/pipa, kikir, gunting, pisau pemotong/cutter dan
(3) Alokasi waktu untuk merancang, membuat, dan mengembangkan alat. 

Program ini melibatkan beberapa siswa yang memiliki motivasi dan daya inovasi yang tinggi yang diharapkan mampu memberikan pengalaman langsung, mengembangkan kreativitas, dan meningkatkan keterampilan serta melatih dalam memahami konsep secara langsung. 

Adapun tugas guru dalam hal ini yaitu memahamkan konsep IPA dari alat yang akan dibuat dan dikembangkan dan senantiasa mendampingi siswa dalam setiap aktivitasnya dari perancangan sampai pada tahap evaluasi keberhasilan produk.

Hasil dari program ini diharapkan mampu mengurangi kesulitan sekolah dalam hal pengadaan atau melengkapi alat praktek IPA yang umumnya tidak mampu dijangkau dari segi biaya. 

Selain itu, membantu guru dalam pembelajaran IPA sehingga penyampaian konsep menjadi lebih bermakna sehingga meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajarinya.

Pada akhirnya tercipta suatu proses pembelajaran berkualitas sesuai harapan kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun