"Enam puluh tahun kuterus lalai setiap menit, tapi tak sedetikpun aliran yang datang kepadaku berhenti atau melambat"
Rahmat Tuhan tak akan pernah putus kepada manusia, tiada peduli manusia itu lalai atau tidak. Setiap detik, Tuhan akan selalu memberi tanpa pernah meminta dan dipinta. Begitulah kiranya saya memaknakan keakuan; segalanya bersumber dari yang Satu.
Sedangkan kematian adalah saat pertemuan dengan Tuhan sebagai kekasih sejati manusia. Kematian bukan sebuah akhir perjalanan cinta. Justru ia adalah pintu gerbang menuju cinta yang sesungguhnya.
Bukankah Ibrahim pernah bertanya kepada Izrail: "Mungkinkah Sang Khaliq matikan kekasih-Nya?"
Jawab-Nya: "Apakah Kekasih tak mau jumpa kekasihnya?"
Benar bahwa kekuatan cinta adalah sesuatu yang mistis. Sesuatu yang akan sulit digambarkan dan dikatakan. Meski demikian akan tetap bisa dirasakan. Tentu, belajar cinta dari para pecinta (para sufi), tidak boleh tanpa adanya proses berpikir serta kepasrahan diri. Sebab, islam adalah berpasrah diri, penyerahan diri. Atau dengan kata lain, islam adalah jawaban dari ketidakberdayaan akal manusia untuk menjangkau segala hal.
Noted:
Tulisan ini pernah penulis terbitkan di akun wattpad @Dhedi_R_Ghazali dan akun Facebook @Dhedi_R_Ghazali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H