Lalu bagaimana cara mencintainya? Jawabnya adalah dengan doa. Doa yang dipanjatkan setiap subuh (Bait pertama), Siang(Bait kedua), Sore (bait ketiga), Maghrib (Bait ke empat) dan Malam (Bait ke lima). Dengan kata lain, doa-doa itu terlantun setiap hari dari pagi, siang, hingga malam dan kembali pagi lagi. Bukankah luar biasa cara mencintai seseorang sepanjang harinya? Dan puncaknya ada di bait terkahir, bahwa penulis berdoa demi keselamatan orang yang dicintainya.
Kesimpulannya adalah, meskipun kata-kata yang digunakan dalam sebuah puisi sudah lazim atau umum dipakai, jika mampu merangkainya menjadi diksi yang manis dengan majas yang tepat, maka akan bisa menghasilkan puisi yang "apik".Â
Semua butuh proses, dan jangan harap bisa membuat puisi yang apik jika teori tentang puisi saja belum juga dipelajari dan jangan berharap bisa menulis diksi yang ciamik jika tak pernah membaca puisi-puisi kecuali yang dibuatnya. Maka, mari budayakan membaca dan belajar teori untuk dasar melakukan aksi. Salam Sastra
Noted:Â
Tulisan ini pernah saya muat di akun Facebook @Dhedi_R_Ghazali dan juga akun Wattpad @Dhedi_R_Ghazali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H